Menurut kamu, bisakah keahlian seseorang diukur dari usianya? Misalkan, karyawan yang lebih tua pasti lebih profesional daripada yang lebih muda. Mungkin kamu pernah memiliki pengalaman pahit dipindahtugaskan karena dirasa kapasitas orang seusia kamu tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tertentu? Kejadian-kejadian tersebut mengindikasikan tempat kerja kamu dipenuhi dengan pemikiran ageism. Baik disengaja maupun tidak, ageism adalah salah satu bentuk diskriminasi terhadap manusia. Pentingkah kita mengetahui tentang ageism? Penting sekali! Kita tidak pernah bisa mengukur seberapa buruk perilaku diskriminatif dapat memengaruhi kehidupan seseorang. Yuk pahami lebih jauh tentang ageism!
Pengertian Ageism
Ageism adalah sebuah prasangka buruk terhadap seseorang dipandang dari faktor usia. Prasangka ini kemudian menjadi alasan seseorang dianggap tidak cocok untuk mengampu posisi atau tanggung jawab tertentu. Ageism biasanya menyerang orang berusia tua yang dianggap sudah tidak produktif dan keahliannya tidah relevan dengan dunia sekarang. Namun, jangan salah sangka dulu! Ageism juga bisa menyerang anak muda. Prasangka yang biasa muncul berkaitan dengan anak muda adalah manja, lemah, belum mahir, terlalu idealis, dan masih banyak lagi. Ageism bukan hanya tindakan tetapi juga cara berpikir dan memandang manusia terhadap manusia lainnya. Jadi, dapat ditarik benang merah bahwa ageism adalah salah satu bentuk dikriminasi baik dalam tindakan maupun pemikiran yang membedakan manusia berdasarkan usia.
Baca juga: Tips Efektif Mendapatkan First Impression yang Baik di Kantor!
Jenis-jenis Ageism
1. Ageism Institusional
Ageisme jenis ini umum terjadi di tempat kerja, yaitu ketika institusi memelihara ageism melalui kebijakan dan tindakan. Salah satu tanda ageism institusional yang sangat mudah untuk dikenali adalah melibatkan penyertaan fisik dalam aturan, prosedur formal, dan budaya institusional secara luas. Dalam hal ini, penyekatan pegawai/karyawan berdasarkan usia di tempat kerja dianggap sebagai fenomena yang biasa.
2. Ageism Interpersonal
Ageism interpersonal biasa terjadi dalam interaksi sosial. Sikap dan pemikiran yang ditunjukkan oleh seseorang di lingkungannya mengarah pada membangun semacam segmentasi berdasarkan usia terhadap orang yang ditemui. Ageism jenis ini tidak hanya terjadi di tempat atau situasi tertentu alias di mana dan kapan saja bisa terjadi.
3. Ageism yang Terinternalisasi
Ageisme yang terinternalisasi adalah fenomena ketika seseorang menginternalisasi paham ageism dan menerapkannya pada diri sendiri. Tidak jarang kondisi ini menyebabkan seseorang mengurung diri dan stres karena menganggap diri tidak memiliki manfaat.
Selain tiga poin di atas, ada cara lain untuk mengkategorikan ageism, yaitu: ageism implisit dan eksplisit. Sesuai dengan namanya, ageism implisit adalah ketika seseorang secara tidak sadar bahwa tindakan dan perilakunya mengandung pemikiran ageism. Sedangkan, ageism eksplisit adalah ketika seseorang dengan sadar melakukan tindakan ageism terhadap orang lain.
Baca juga: Perbedaan Kerja di Kantor dan Lapangan
Ageism di Tempat Kerja
Wajarkah ageism terjadi di tempat kerja? Segelintir orang mungkin tidak mempermasalahkan bagaimana usia berpengaruh terhadap lingkungan kerja. Namun, banyak orang yang mengganggap ageism di tempat kerja sebagai permasalahan serius. Ageism akan memunculkan kata-kata, seperti: tidak mampu, tidak ahli, tidak menarik, terlalu kuno, terlalu antusias, dan lain-lain bahkan ketika seseorang belum membuktikan dirinya. Bagaimana seseorang bisa menunjukkan kapasitas dirinya secara maksimal ketika ia tidak diberikan kesempatan hanya karena faktor usia? Misalkan, kamu baru bekerja selama satu bulan di perusahaan A. Saat meeting, kamu berbicara untuk menyampaikan pendapat dan solusi atas permasalahan yang sedang didiskusikan. Namun, alih-alih mempertimbangkan pendapatmu, atasan malah menolaknya mentah-mentah karena kamu dianggap amatiran dan tidak tahu apa-apa.
Baca juga: 5 Tips untuk Memilih Kantor
Contoh Ageism di Tempat Kerja
Praktik ageism sering tidak terlihat secara kasat mata. Maka dari itu, sebaiknya kamu mengenali tanda-tanda ageism sebagai berikut.
- Karyawan yang masih muda diberikan job yang membosankan, karyawan senior diberikan job yang menantang.
- Sering tidak melibatkan karyawan muda dalam rapat karena dianggap belum memahami perusahaan secara mendalam.
- Kesempatan untuk mengembangkan skill, baik pelatihan, seminar, konferensi, dan lainnya, hanya ditawarkan kepada karyawan muda.
- Percakapan-percakapan yang merendahkan kemampuan seseorang karena faktor usia.
- Sulit mendapatkan cuti karena karyawan muda tidak memiliki tanggung jawab rumah sebesar karyawan senior.
- Buku panduan kerja hanya menjelaskan kebijakan terhadap pelecehan seksual, tidak disertai dengan kebijakan diskriminasi umur.
- Merencanakan kegiatan Tim yang Cocok untuk rentang usia tertentu sehingga karyawan usia lain tidak diikutkan di dalamnya.
Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja di Lingkungan Kantor
Cara Menghadapi Ageism di Tempat Kerja
1. Jangan Lakukan Diskriminasi
Apabila kamu menerima perilaku ageism di tempat kerja, jangan melakukan aksi diskriminasi balik. Hadapi dengan sabar dan tanggapi dengan tenang. Tunjukkan pada mereka bahwa kamu bisa menjadi pendengar dan pembicara yang baik serta memberikan perspektif yang menarik terlepas dari berapapun usiamu.
2. Kolaboratif Ketika Bekerja
Salah satu latar belakang ageism di tempat kerja adalah komunikasi yang tidak efektif. Orang lain mungkin mengetahui keberadaanmu tetapi tidak mendalami personalmu. Tunjukkan bahwa dirimu adalah seorang team player yang fleksibel. Kamu bisa bergaul dan adaptif dengan orang golongan lebih muda maupun lebih tua.
3. Tunjukkan Sikap Positif
Memiliki sikap positif akan memudahkan kamu diterima oleh lingkungan. Oleh karena itu, tunjukkan kepada orang-orang di tempat kerjamu bahwa kamu adalah orang yang passionate ketika bekerja. Dengan begitu, mereka akan menganggap kamu patut diandalkan dalam segala jenis pekerjaan.
4. Berbicara dengan Profesional
Memang tidak mudah untuk menempatkan diri dalam lingkungan yang berbeda usia. Rasa canggung dan tidak sefrekuensi kerap muncul menyertai. Namun, perasaan ini tentu tidak boleh menghantui selamanya. Apabila kamu merasa tersesat, cobalah temui tenaga profesional yang bisa memberikan kamu nasihat dan pandangan-pandangan baru mengenai cara bersikap dalam lingkungan yang tidak seimbang.
5. Beritahu Atasan
Apabila kamu merasa ageism yang terjadi di tempat kerjamu sudah tidak bisa ditoleransi, cobalah beritahu atasan. Ada kemungkinan atasan mau menawarkan solusi berdasarkan pengalaman atau ilmu yang dimiliki. Apabila tidak ada peraturan yang membahas mengenai ageism di perusahaanmu, kamu juga dapat mengkomunikasikannya kepada atasan. Dengan begitu, perusahaan dapat mengambil tindak lanjut atas permasalahan tersebut.
6. Berbicara Langsung dengan Pelaku
Terkadang ada latar belakang terselubung yang menyebabkan seseorang dapat bersikap diskriminatif. Kamu mungkin tidak pernah mengetahui alasan dan motif sesungguhnya. Oleh karena itu, cobalah untuk membuka dialog yang santai dan tenang dengan pelaku ageism.
7. Bangun Objektivitas
Pelaku ageism seringkali hidup di tengah prasangka dan mengabaikan realitas. Tunjukkan bahwa performa kamu layak untuk perusahaan dengan memberikan gambaran objektif mengenai topik bahasan. Data-data faktual yang kamu tunjukkan akan memaksa orang di sekitar meruntuhkan prasangka tersebut.
Demikianlah ulasan singkat tentang ageism. Dipandang dari sisi manapun, ageism adalah prasangka buruk yang berpotensi meruntuhkan impian seseorang. Apakah kamu pernah mengalami salah satu atau beberapa contoh ageism di atas? Kenyamanan kerja tidak kalah pentingnya dengan kualitas pekerjaan. Bukankah akan menjadi sangat menyenangkan bisa bekerja tanpa rasa sakit hati?
Baca juga: Cara Mendapatkan Teman di Kantor