Kalian sudah pernah mendengar apa itu patriarki belum? Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan seseorang laki-laki sebagai sosok otoritas utama paling sentral dalam melakukan sesuatu. Budaya patriarki ini pun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan perempuan. Seorang laki-laki selalu mendominasi atas perempuan. Bahkan sering terjadi pada realita sosial di berbagai negara, lho. Dalam hal ini, laki-laki menjadi subjek sedangkan perempuan hanya sebagai objek yang dapat diatur oleh mereka dalam kehidupan sosial maupun budaya.
Adanya fenomena tersebut membuat perkembangan kaum perempuan menjadi terhambat. Mereka akan merasa bahwa hidupnya tidak berguna dan hanya bisa mengurus rumah tangga saja. Namun, sebagian kaum perempuan tentu saja tidak setuju dengan segmentasi patriarki. Pasalnya pihak perempuan berupaya untuk memperjuangkan derajat ataupun hak mereka serta membebaskan diri dari budaya patriarki tersebut. Walaupun budaya patriarki sulit untuk dihilangkan pada kehidupan, perkembangan zaman yang kian maju membuat pola pikir laki-laki menjadi terbuka. Sehingga, hal seperti ini sudah jarang kita temui pada zaman modern.
Kini, keterlibatan perempuan di ranah publik selain karena didasarkan oleh faktor ekonomi, juga tidak terlepas dari faktor lain yang mempengaruhinya. Contohnya seperti motivasi, keinginan yang besar dari dalam diri untuk berkarya atau berkarier, mengembangkan bakat yang dimiliki, hingga adanya keyakinan dengan cara berpikir positif pada diri sendiri.
Kalian ingin tahu lebih lengkapnya? Vocasia akan membahas seluk-beluk seputar patriarki, simak hingga akhir, ya!
Apa itu Patriarki?
Patriarki adalah sebuah pemikiran yang menempatkan posisi perempuan berada di bawah posisi laki-laki di berbagai aspek bidang seperti pendidikan, pekerjaan, politik, dan lain sebagainya. Patriarki biasanya disebut budaya karena diwariskan secara turun-temurun tanpa kita sadari. Tak hanya itu saja, ia mulanya berawal dari adanya konstruksi perbedaan “gender” di masyarakat.
Istilah gender sendiri merupakan hasil konstruksi sosial yang merujuk pada peran pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan di ranah publik ataupun domestik. Akan tetapi, pada praktiknya peran pembagian kerja tidak sesederhana itu. Hal ini dapat menyebabkan ketimpangan gender dan dapat merugikan salah satu gender karena keberadaannya cenderung akan tersingkirkan begitu saja.
Mengapa Patriarki Tercipta?
Dilansir dalam buku yang berjudul “Perempuan, Masyarakat Patriarki dan Kesetaraan Gender” oleh Lusia Palulungan, dalam sistem budaya dan sosial sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya kaum hawa dipersepsikan dan ditempatkan semata-mata hanya berfungsi sebagai reproduktif. Dari persepsi tersebut bisa kita lihat bahwa pihak perempuan dianggap hanya bisa berada di rumah untuk melanjutkan keturunan dan mengasuh anak sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah yang dikategorikan sebagai pekerjaan domestik yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan saja.
Sementara itu, laki-laki dipersepsikan yang berfungsi sebagai produktif pencari nafkah di ruang publik yang dianggap bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan rumah tangga. Meskipun laki-laki memang pencari nafkah dan kepala rumah tangga, tak jarang ia juga ditempatkan sebagai penguasa di dalam keluarga.
Selain itu, budaya patriarki seperti ini tidak hanya berhenti di dalam keluarga atau rumah saja. Namun, ia juga menjadi budaya masyarakat dan bernegara. Budaya ini tersosialisasi di dalam kehidupan masyarakat karena mendapat legitimasi dari berbagai aspek kehidupan, baik agama maupun bernegara.
Baca juga: Self Management: Pengertian, Aspek, dan Cara Meningkatkannya
Dampak Patriarki Bagi Kaum Perempuan
Hadirnya budaya patriarki di kehidupan masyarakat dapat menyebabkan ketimpangan gender yang akan menyebabkan hal negatif terjadi di kemudian hari. Sehingga, muncullah dampak negatif yang tidak kita inginkan seperti hal di bawah ini:
1. Kekerasan (Violence)
Maksud dari kekerasan ini apa, ya? Artinya adalah tindak kekerasan, baik itu tindakan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu gender atau sebuah institusi keluarga, masyarakat, maupun negara terhadap gender lainnya.
2. Beban ganda
Beban ganda merupakan beban pekerjaan yang diterima oleh salah satu gender apabila dibandingkan dengan gender lainnya. Karena dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh budaya patriarki, banyak masyarakat, khususnya penganut feminis yang menuntut kesetaraan gender. Kesetaraan gender dapat diartikan sebagai suatu keadaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak dan kondisi atau kualitas hidup yang sama (sederajat). Keadilan gender dapat tercerminkan dalam keadaan di mana perempuan serta laki-laki memiliki hak, status, dan wewenang yang sama di muka hukum dan memiliki peluang serta kesempatan yang adil dalam menikmati hasil pembangunan.
3. Stereotip
Penandaan, pelabelan, atau stereotip sering kali memiliki sifat negatif secara umum dan akhirnya melahirkan ketidakadilan dalam masyarakat. Stereotip sering kali digunakan sebagai salah satu alasan untuk membenarkan suatu tindakan yang dilakukan oleh satu kelompok atas kelompok lainnya. Merugikan sekali, bukan?
4. Subordinasi
Penilaian terhadap suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis gender lebih rendah dari gender yang lain. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat telah memilah sekaligus memisahkan peran gender perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap memiliki tanggung jawab serta memiliki peran dalam urusan domestik serta reproduksi, sedangkan laki-laki memiliki peran dalam urusan produksi serta urusan publik.
5. Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses pemikiran peminggiran yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang dapat mengakibatkan kemiskinan. Ada beragam cara yang dapat digunakan untuk mengubah seseorang maupun kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.
Nah, itulah informasi mengenai apa itu patriarki. Semoga dapat membantu dan bermanfaat agar cakrawala ilmu kamu semakin bertambah. Ikuti terus media sosial kami supaya tidak ketinggalan info menarik lainnya, ya!