Playing victim adalah fenomena di mana seseorang yang bukan korban sebenarnya malah membuat dirinya merasa dan ada di posisi korban. Orang yang melakukan playing victim akan berpura-pura terluka dan berlagak seperti dia korbannya. Hal itu dilakukan agar korban aslinya dihakimi atas hal yang tidak ia perbuat.
Berbeda dengan playing victim, ada istilah baru yaitu victim blaming. Victim blaming ialah korban yang disalahkan atas apa yang menimpa dirinya. Secara umum, hal ini sangat tidak etis dilakukan terhadap sesame manusia.
Victim Blaming sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk lebih jelasnya, Vocasia sudah merangkum semuanya untuk kamu. Yuk, simak tulisan di bawah!
Pengertian Victim Blaming
Victim blaming adalah fenomena yang terjadi ketika korban kejahatan atau tragedi tertentu bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mereka. Menyalahkan korban (victim blaming) biasanya terjadi dalam konteks pelecehan seksual atau penyerangan dan pemerkosaan, dan korban sering dituduh melakukan penyerangan karena pakaian atau perilakunya. Fenomena ini sangat merugikan korban.
Victim blaming dapat terjadi dalam kejahatan apa pun, meskipun sering terjadi dalam situasi mulai dari kekerasan seksual hingga kekerasan dalam rumah tangga. Namun pada kenyataannya, fenomena ini bisa terjadi kapan saja, dan bisa menimpa siapa saja. Menurut Barbara Gilin, seorang profesor pekerjaan sosial di Universitas Widener, ada penjelasan psikologis di balik fenomena victim blaming.
Kebanyakan orang menyalahkan korban karena mereka ingin merasa aman dan mereka merasa bahwa hal-hal buruk tidak akan pernah menimpa mereka. “Mereka bisa terus merasa aman, sehingga bisa menyalahkan orang lain,” ungkap Gilin. Pendapat lainnya diungkapkan oleh Sherry Hamby, profesor psikologi di University of the South mengenai victim blaming.
“Menurut saya, faktor terbesar yang mendorong victim blaming adalah sesuatu yang disebut hipotesis dunia yang adil. Ini adalah gagasan bahwa orang-orang pantas mendapatkan apa yang terjadi pada mereka,” ungkap Hamby. Menurut Hamby, editor pendiri jurnal Psychology of Violence APA, dilansir dari laman The Atlantis, menyatakan ada kebutuhan yang sangat kuat untuk percaya bahwa kita semua pantas mendapatkan hasil dan konsekuensi dari hal yang kita lakukan.
Penyebab Victim Blaming
Dalam merespons adanya peristiwa atau bahkan tragedi yang terjadi pada orang lain, masyarakat juga kerap melakukan victim blaming atau sikap menyalahkan korban. Ini adalah sebuah respons terhadap sebuah peristiwa dimana terdapat korban dan pelaku.
Seseorang yang melakukan victim blaming berarti memiliki respons yang condong ke menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada dirinya. Orang tersebut tidak menyalahkan si pelaku, bahkan membenarkan tindakannya. Sikap ini banyak terjadi terutama pada kasus-kasus seperti pelecehan seksual, baik yang ringan hingga berat, atau kasus pencurian.
Banyak kasus victim blaming didasari oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian orang lain akan detail peristiwa. Respons ini juga banyak dilakukan akibat adanya perasaan atau ilusi bahwa dengan menyalahkan korban, dunia seperti merupakan sebuah tempat yang aman. Alasannya, tidak ada orang yang sungguh-sungguh ingin merugikan atau mencelakakan orang lain, jika bukan dipicu oleh si korban itu sendiri.
Sebagai contoh dalam sebuah kasus pemerkosaan. Orang yang victim blaming akan lebih condong menyalahkan pakaian korban saat peristiwa terjadi atau mencari-cari kondisi lain. Misalnya, seperti korban yang pulang malam sendirian.
Contoh lain dalam kasus pencurian ponsel. Pelaku victim blaming akan menyalahkan kondisi korban yang menggunakan ponselnya di tempat umum hingga menarik perhatian. Seolah-olah kesalahan pelaku sebagai penyebab utama dikesampingkan.
Contoh Victim Blaming
Victim blaming sering kali terjadi pada wanita, contoh victim blaming dapat dilihat sebagai berikut:
- “Pakaianmu saat itu seperti apa?”
- “Siapa suruh kamu keluar malam-malam?”
- “Kenapa baru lapor sekarang? Kemarin-kemarin kemana saja”
- “Tapi kamu menikmati juga kan?” dan komentar lainnya yang serupa.
Komentar-komentar di atas disebut sebagai victim blaming yaitu perilaku menyalahkan korban. Pelaku victim blaming juga menganggap bahwa terjadinya tindakan pelecehan seksual tersebut akibat dari tingkah laku korban. Alih-alih menyudutkan pelaku pelecehan seksual, banyak masyarakat yang masih sibuk menyalahkan korban.
Menurut Condry (dalam Campbell & Raja, 1999), para korban memang tidak menerima hukuman atau tindak pidana tetapi harus merasakan trauma ulang yang ia dapat dari komentar maupun tanggapan masyarakat atas tindakan keji yang diterima korban. Bahkan tak jarang playing victim ini turut dilayangkan oleh pihak-pihak yang seharusnya punya andil krusial dalam penyelesaikan kasus hingga perlindungan korban untuk mendapatkan keadilan. Kasihan sekali, bukan?
Baca juga: Apa Itu Playing Victim? Berikut Pengertian, Penyebab, Tanda, Dan Cara Menghadapinya