Site icon Vocasia

Beginilah Perkembangan Media Massa Di Indonesia

Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak perlahan-lahan mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa. Media massa diawali dalam bentuk surat kabar, yang ditulis lalu kemudian dicetak setelah teknologi percetakan berkembang. Kemudian muncul pula majalah, radio, televisi, dan terakhir internet. Bedasarkan perkembangan tersebut, kita perlu menelusuri lebih jauh sejarah dari perkembangan media massa di Indonesia. Oleh karena itu, simak ulasan dibawah ini, ya!

Sejarah Perkembangan Media Massa Di Indonesia

Menurut nurudin (2017) dalam bukunya perkembangan teknologi komunikasi. Sejarah media massa diawali dengan ditemukannya media cetak dan terus mengalami perkembangan selama abad 20 hingga kini. Media massa mencapai puncak kejayaannya di abad 20 hingga dikenal juga sebagai abad komunikasi massa. Memasuki abad 21, media massa mulai menggunakan internet untuk menyebarluaskan berita dan informasi kepada khalayak yang jauh lebih luas.

Bagaimana dengan Indonesia?. Sejarah media massa di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Dan baru mengalami perkembangan yang signifikan setelah bergulirnya era reformasi di penghujung tahun 1990an. Media massa di Indonesia juga terdiri dari macam-macam media komunikasi seperti televisi, radio, film, surat kabar, majalah, dan internet. Di Indonesia, masing-masing media komunikasi tersebut memiliki perjalanan sejarahnya sendiri. Lalu bagaimana sebenarnya perkembangan media massa di Indonesia? berikut adalah ulasannya!

1. Televisi

Televisi(pexels.com/lisa)

Televisi disebut-sebut sebagai contoh nyata perkembangan media massa di Indonesia. Sejarah televisi di indonesia dimulai pada tahun 1962 yang ditandai dengan disiarkannya dua peristiwa besar di Indonesia. Yakni peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1962 di Istana Merdeka. Dan upacara pembukaan Asian Games IV tanggal 24 Agutsus 1962 di Gelora Bung Karno, Jakarta oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sejak saat itulah, TVRI mulai mengudara secara regular dan mulai melebarkan sayapnya ke seluruh Indonesia setelah diorbitkannya Satelit Palapa A1. Keberadaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) diatur oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Sebelum era reformasi bergulir, media massa elektronik seperti radio dan televisi dikuasai oleh pemerintah. Televisi swasta mulai tumbuh setelah stasiun televisi swasta RCTI mulai mengudara secara terbatas di tahun 1988.

Di penghujung abad 20, semakin berkembangnya teknologi komunikasi telah membawa perubahan dalam transmisi siaran dan jumlah televisi swasta pun mulai bertambah. Sebagian besar wilayah Indonesia dapat dijangkau oleh siaran televisi. Merujuk data yang dipublikasikan oleh Dewan Pers, hingga tahun 2015. Jumlah stasiun televisi di seluruh Indonesia mencapai 523 stasiun televisi yang mencakup televisi swasta nasional dan lokal.

2. Radio

Radio(pexels.com/pixabay)

Dibandingkan dengan televisi, sejarah radio di indonesia memiliki perjalanan yang sangat panjang. Dan memiliki peran yang sangat penting dalam penyebarluasan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Tercatat bahwa radio siaran pertama didirikan pada tanggal 16 Juli 1925 dengan nama Bataviase Radio Vereniging atau BRV. Sejak saat itu, bermacam-macam stasiun radio swasta bermunculan di berbagai wilayah. Dan salah satu yang terbesar karena mendapat subsidi dari pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM). Pada masa kemerdekaan, tepatnya tanggal 11 September 1945. Para pimpinan radio yang tergabung dalam Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) sepakat mendirikan organisasi radio yang dinamakan Radio Republik Indonesia.

Sebagaimana televisi, keberadaan radio diatur oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Pada masa Orde Baru, perkembangan radio swasta dimulai di Indonesia. Keberadaan radio siaran swasta diatur dengan ketentuan tersendiri yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970. Tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Ketentuan tersebut meliputi  syarat penyelenggaraan, perizinan, fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab radio siaran serta pengawasannya. Radio siaran swasta di Indonesia membentuk organisasi tersendiri yang diberi nama PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia). Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dewan Pers, hingga tahun 2015, jumlah stasiun radio di Indonesia mencapai 674 stasiun radio.

3. Surat Kabar

Surat Kabar(pexels.com/cottonbro)

Media massa surat kabar adalah salah bentuk pengertian pers dalam arti sempit. Sejarah pers di Indonesia diawali pada masa penjajahan Belanda. yang ditandai dengan diterbitkannya sebuah karya yang ditulis dengan tangan yang bertajuk Memories der Nouvelle (1615). Setelah mesin cetak tiba di Indonesia pada kisaran tahun 1618. surat kabar pertama terbit yang berisi berbagai ketentuan dan perjanjian antara pemerintahan kolonial Belanda dengan pihak kesultanan Makassar. Sejak saat itu, mulailah diterbitkan surat kabar yang umumnya ditujukan untuk membantu pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, berbagai surat kabar di Indonesia digabung menjadi satu. Adapun isi surat kabar tersebut tidak jauh berbeda dengan masa kolonial Belanda. yaitu ditujukan untuk kepentingan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Perkembangan pers di indonesia terus berlanjut di masa kemerdekaan, masa pasca kemerdekaan, dan masa Orde Baru. Beberapa ahli menyebutkan bahwa sistem pers yang berlaku pada masa Orde Baru adalah sistem pers otoriter. Dalam salah satu teori pers yaitu teori otoritarian dijelaskan bahwa dalam sistem pers otoriter. Peran media massa dan fungsi media massa ditujukan untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan untuk menjaga stabilitas nasional. Sehingga, hal-hal yang sifatnya menyerang kebijakan pemerintah akan menimbulkan konsekuensi pembredelan.

Sebagaimana media massa lainnya, surat kabar atau majalah mengalami perkembangan yang sangat signifikan pada masa reformasi. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikeluarkan oleh Dewan Pers yang menyebutkan bahwa hingga tahun 2015. Jumlah media cetak di Indonesia total mencapai  321 pers cetak baik yang diterbitkan secara harian, mingguan,  maupun bulanan.

4. Majalah

Majalah(pexels.com/pixabay)

Majalah hadir untuk melengkapi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh surat kabar. Berbeda dengan surat kabar harian, majalah diterbitkan secara berkala, baik bulanan maupun mingguan. Majalah pertama di dunia adalah “The Gentleman’s Magazine” yang terbit pada tahun 1731 di London. Editor majalah ini adalah Edward Chen yang menggunakan nama pena “Sylvanus Urban”. Pada awalnya majalah berisi tentang humor, karya fiksi, atau essay mengenai politik, sastra, music. Atau topik menarik lainnya yang sifatnya lebih ringan daripada surat kabar.

Di Indonesia sebenarnya majalah sudah mulai terbit sejak zaman penjajahan, namun tidak bertahan lama. Pada Tahun 1014 terbit majalah “De’Craine”, lalu tahun 1939 terbit majalah “Perintis” yang beredar dikalangna supir. Pada masa kemerdekaan, di tahun 1945, di Jakarta terbit majalah “Panja Raya” dibawah pimpinan Markoem Djojohadisoeparto.

5. Tabloid

Tabloid(pexels.com/daria shevtsova)

Dalam hal ini perkembangan tabloid di Indonesia merupakan generasi ketiga munculnya jenis media cetak setelah surat kabar dan majalah. Seperti kita ketahui keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan lima periode dimulai pada tahun 1828 “Zaman Belanda”. Kemudian majalah dimulai pada periode kemerdekaan, tahun 1945. Ada beberapa sumber mengatakan bahwa tabloid dikatakan generasi ketiga karena tabloid beredar pada tahun 1982. yang artinya periode pemerintahan orde baru.

Layaknya surat kabar dan majalah, tabloid juga merupakan bagian jurnalisme konvensional. Keberadaan tabloid ditandai dengan keberadaan perusahaan penerbitan majalah tempo, PT. Grafiti Pers dengan direktur utama ketika itu Eric FH Samola.

PT. Grafiti Pers berpusat di Jawa Timur, Perusahaan tersebut kemudian mengalami kebangkrutan. Yang sehingga lima tahun kemudian “1988”, PT. Grafiti Pers diambil alih oleh Jawa Pos News Network “JPNN”. yang merupakan satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana sudah memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid dan majalah. Dengan tabloid pertama “Swara Surabaya”.

6. Perfilman

Perfilman(pexels.com/obregonia d toretto)

Sebenarnya tidak ada literatur yang menunjukkan kapan pastinya pertama kali film masuk ke Indonesia. Dan ada beberapa sumber yang menyatakan waktu yang berbeda-beda. Ada sumber yang mengatakan bahwa harian Bintang Betawi pada Desember 1900 menaruh iklan bioskop di halamannya. yang mana ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu sudah ada film masuk di Indonesia. Film pada masa itu ditayangkan di bioskop yang terbagi menjadi tiga golongan kelas. yaitu bioskop khusus untuk orang Eropa, bioskop untuk orang berstatus menengah ke atas, dan bioskop untuk orang-orang berstatus bawah.

Film dikenal dengan nama Gambar Hidoep di masa penjajahan Belanda, juga diperkirakan dibawa masuk oleh para pedagang China. Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa pada tahun 1924, masyarakat Indonesia disuguhkan film China untuk yang pertama kalinya. Sejarah, perfilman Indonesia berkembang pesat dari era 2000-an. Kamu tentu masih ingat dengan film fenomelan Ada Apa dengan Cinta, Nagabonar, atau Pertualangan Sherina yang mencuri hati banyak penonton di Indonesia. Kualitas film lokal semakin diasah dan ditingkatkan sehingga tercipta sebuah film yang bagus dan bukan saja mengejar keuntungan materi belaka. Film lokal pun semakin banyak menyuguhkan genre dan variasi yang beragam sehingga tidak monoton dan membosankan, dari kisah asmara hingga action.

7. Internet

Internet(pexels.com/picjumbocom)

Internet mulai masuk ke Indonesia pada medio 1990an. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta pengguna. Dalam waktu dua tahun, jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 44,6 juta pengguna. Jika dibandingkan dengan jumlah pengguna internet tahun 2014 yang hanya mencapai 88,1 pengguna. Dari jumlah tersebut, sebanyak 47,6 persen atau setara dengan 63,1 juta pengguna internet. Menggunakan smartphone atau telepon pintar sebagai perangkat untuk mengakses internet.

Mengikuti perkembangan zaman, di era digital seperti sekarang. Beberapa stasiun radio maupun televisi pun mulai memanfaatkan internet dalam metode siarannya. Beberapa stasiun radio maupun stasiun televisi di Indonesia menyiarkan secara langsung via internet. Kehadiran internet juga memberikan dampak tersendiri bagi usaha penerbitan pers. Perkembangan teknologi komunikasi yang merambah usaha penerbitan pers menyebabkan alih bentuk surat kabar menjadi digital. Beberapa usaha penerbitan pers tidak mampu menghadapi kehadiran teknologi baru. Para pengiklan lebih suka untuk mempromosikan produknya melalui media digital. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan dari iklan yang selama ini menyokong pertumbuhan surat kabar konvensional. Beberapa usaha penerbitan pers bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di berbagai negara di dunia.

Nah itu dia tadi ulasan perkembangan media massa di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam sukses!

Baca Juga : Sejarah Perkembangan Jurnalisme Di Indonesia

Exit mobile version