Site icon Vocasia

Book Insight: Grit – Sukses Butuh Passion dan Ketekunan

Konsep Grit bagi Pengembangan Diri

Book Insight: Konsep Grit bagi Pengembangan Diri

Siapa yang sudah pernah membaca buku Grit karya Angela Duckworth?

Pernah dengar istilah grit? Konsep grit bagi pengembangan diri belakangan ini semakin banyak dibahas, terutama dalam konteks pendidikan, karier, dan pengembangan potensi jangka panjang. Grit bukan sekadar soal semangat sesaat, tapi kombinasi antara passion dan ketekunan yang konsisten. Melalui buku Grit karya Angela Duckworth, kita diajak memahami bahwa kesuksesan bukan hanya milik mereka yang berbakat, tapi juga mereka yang terus berjuang dan nggak mudah menyerah.

Buku Grit cr. Medium

Nah, kalau kamu penasaran apa saja insight menarik dari buku ini, yuk simak rangkumannya sampai akhir!

Apa Itu Grit?

Grit adalah kombinasi antara hasrat (passion) dan daya juang (perseverance) untuk mencapai tujuan jangka panjang. Ini bukan soal bakat atau kepintaran, tapi soal konsistensi dan ketekunan untuk terus berjalan meskipun jalanan menanjak, terjal, bahkan kadang gelap.

Angela Duckworth menyimpulkan bahwa orang-orang sukses—baik di bidang akademik, olahraga, hingga militer, bukanlah mereka yang paling pintar atau paling berbakat, tapi mereka yang nggak gampang nyerah dan tahu apa yang mereka kejar.

Kenapa Grit Lebih Penting dari Bakat?

Sering kali kita terlalu terobsesi pada “bakat”. Padahal, penelitian Duckworth justru menunjukkan bahwa bakat saja tidak cukup—bahkan bisa jadi titik lemah jika membuat kita cepat puas. Sebaliknya, mereka yang punya grit cenderung:

Effort atau usaha yang konsisten, dua kali lebih menentukan dibanding bakat dalam menghasilkan keterampilan dan kesuksesan.

Baca juga: Passion: Perbedaan dengan Hobi dan Cara Menemukannya

Grit Bisa Dilatih! Ini 4 Pilar Utamanya:

1. Minat 

Menemukan sesuatu yang kamu nikmati dan bisa membuatmu penasaran terus-menerus. Minat ini bisa tumbuh seiring waktu, bukan muncul tiba-tiba.

2. Latihan

Melatih keterampilan secara sengaja dan berkelanjutan, bukan asal latihan. Fokusnya adalah menjadi lebih baik dari sebelumnya, bukan sekadar mengulang.

3. Tujuan

Menghubungkan apa yang kamu lakukan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirimu—seperti ingin memberi dampak positif untuk orang lain.

4. Harapan

Keyakinan bahwa kamu mampu terus belajar, bangkit dari kegagalan, dan bertumbuh. Harapan inilah yang menjaga kita tetap berjuang saat hasil belum terlihat.

Peran Lingkungan dalam Membangun Grit

Angela Duckworth juga menekankan bahwa grit bukan hanya tanggung jawab individu. Lingkungan sekitar—orang tua, guru, mentor, bahkan budaya kerja—memegang peranan penting. Lingkungan yang mendukung, namun tetap menantang, akan membantu seseorang membangun daya tahan dan semangat jangka panjang.

Contohnya, sekolah atau tempat kerja yang memberi ruang untuk belajar dari kegagalan justru cenderung melahirkan individu dengan grit tinggi.

Baca juga: Budaya Yang Baik Seperti Apa? Simak Contoh-Contoh Berikut!

Cara Meningkatkan Grit dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Tentukan tujuan jangka panjang, lalu pecah menjadi langkah kecil yang bisa dicapai.
2. Jaga konsistensi, meski progres terasa lambat.
3. Tumbuhkan rasa penasaran dengan terus belajar dan eksplorasi hal baru.
4. Bangun rutinitas latihan yang fokus pada peningkatan, bukan hanya pengulangan.
5. Cari komunitas positif yang bisa mendukung perjalananmu.
6. Rayakan proses, bukan hanya hasil.

Grit Bukan Bakat, Tapi Pilihan

Lewat Grit, kita belajar bahwa konsep grit bagi pengembangan diri bukan soal jadi paling pintar, tapi soal terus melangkah. Karena yang sukses, adalah mereka yang tidak berhenti.

Karena pada akhirnya, bukan tentang seberapa cepat kamu mencapai garis akhir—tapi seberapa teguh kamu terus melangkah, bahkan saat jalan terasa berat. Grit bukan hanya tentang jadi hebat, tapi tentang memilih untuk tetap berjuang. Dan itu, adalah kekuatan sesungguhnya. 🌟

Exit mobile version