Sebagai online marketer yang menggunakan website sebagai media pemasarannya, tentu menginginkan website atau blog nya itu dikunjungi oleh banyak orang. Karena itulah, mereka rajin mengoptimasi konten website dan menganalisis SEO hingga mendapatkan angka traffic yang memuaskan.
Biasanya, mereka juga menghubungkan website dengan Google Analytics agar bisa memantau perkembangan website setiap harinya. Namun bagi mereka, ada satu masalah yang membuat website kurang dilirik oleh pembaca. Hal ini bernama bounce rate, jika angka bounce rate ini tinggi, maka situs tersebut dianggap kurang baik.
Baca juga: Yuk, Belajar Mengenal Traffic Pada Website
Kejadian ini disebabkan karena tidak adanya interaksi antara pengunjung web dengan konten yang telah diunggah. Beberapa penyebabnya seperti kualitas web yang kurang sehingga tidak menarik bagi pengunjung. Atau bisa juga web sulit ditemukan pengunjung sehingga harus diperiksa secara menyeluruh.
Lalu, bagaimana cara mengatasi permasalahan ini agar website bisa mengundang banyak pengunjung? Yuk simak ulasan berikut.
Apa Itu Bounce Rate?
Satu hal yang membuat online marketer harus memutar otak agar website dikenal orang, yaitu cara menurunkan angka bounce rate. Untuk melihat bounce rate, dapat menggunakan software seperti Google Analytics, Yoast SEO,dan Semrush.
Dirangkum dari Semrush, bounce rate adalah penghitungan pengunjung website yang telah membuka satu halaman situs web. Namun mereka tidak melakukan apapun pada laman tersebut lalu meninggalkannya dalam rentang waktu kurang dari 0 detik. Bounce rate mengukur banyaknya pengunjung yang meninggalkan halaman tersebut tanpa melakukan apapun. Seperti membeli sesuatu, mengisi formulir, memutar video, atau mengklik tautan, CTA dan internal link lainnya yang di dalam website tersebut.
Lalu, Google Analytics memaparkan bounce rate sebagai angka persentase kunjungan ke satu halaman web, namun tidak diikuti oleh tindakan selanjutnya. Jadi, bounce rate ini bisa dianalogikan sebagai toko yang didatangi pengunjung sebentar, lalu pergi tanpa membeli atau tertarik dengan produknya.
Bounce rate bisa terjadi karena konten yang disajikan dalam website merupakan sebuah clickbait sehingga pengunjung web merasa ditipu. Lalu mereka lebih memilih untuk mencari informasi di website lain yang lebih terpercaya dan sesuai dengan apa yang ia cari.
Baca juga: Apa Itu Google Analytics Dan Bagaimana Cara Menggunakannya
Jenis-jenis Bounce Rate
Setelah mengerti definisi dari bounce rate. Pembahasan selanjutnya yaitu mengenal jenis-jenis bounce rate yang bisa menjadi pertimbangan bagi online marketer dalam mengoptimasi website-nya.
Sitewide bounce rate
Adalah total bounce rate pada semua halaman dalam satu website, lalu dibagi dengan jumlah pengunjung yang telah melihat semua halaman web dalam kurun waktu tertentu.
Segmented bounce rate
Merupakan sitewide bounce rate tapi tidak untuk semua halaman pada suatu website, melainkan hanya sebagian saja.
Page level bounce rate
Yaitu total tingkat pentalan dalam satu halaman web, lalu dibagi dengan jumlah orang yang mengunjungi laman tersebut atau session dalam rentang waktu tertentu.
Itulah tadi beberapa jenis bounce rate yang bisa dianalisis oleh online marketer untuk meningkatkan pengunjung dalam website-nya.
Cara Menurunkan Bounce Rate
Seperti yang telah dibahas di awal tadi bahwa angka atau presentasi bounce rate yang tinggi menandakan hal buruk terjadi pada website tersebut, bukan? Untuk mencegah hal itu terjadi, maka diperlukan suatu cara untuk menurunkan bounce rate, seperti:
Menghindari penggunaan pop-up yang berlebihan
Pop-up merupakan suatu tayangan iklan pada laman website yang biasanya terlihat setelah pengunjung berada pada website, atau bisa juga pop-up muncul sebagai panduan atau navigasi pengguna agar bisa melanjutkan interaksi di dalam web. Kemunculan pop-up ini bisa terjadi kapan saja secara tiba-tiba di layar.
Memang, adanya pop-up ini cukup membantu pengunjung untuk menambah informasi. Namun, jika keberadaan pop-up ini terlalu banyak, malah akan menutupi konten tersebut . Tampilan pop-up yang berlebihan juga akan membuat pengunjung merasa tidak nyaman dan halaman website tidak enak untuk dilihat karena terlihat padat, sehingga mereka akan lebih cepat meninggalkan website tersebut. Hal ini tentu mengakibatkan kerugian karena tidak adanya interaksi antara pengunjung di dalam website tersebut.
Mengatur link menjadi “Open Link In New Tab”
Dengan adanya taktik ini bisa menurunkan angka bounce rate, karena pada dasarnya WordPress telah mengatur setiap link yang dibuka pada tab yang sama. Hal ini bisa mengatur supaya tautan tersebut dapat dibuka di tab baru secara otomatis setiap kali di klik. Tujuannya adalah agar pengunjung tidak menekan tombol kembali jika ingin ke halaman awal. Tentunya ini mempermudah pembaca untuk mencari referensi yang lebih dari satu sumber web.
Misalnya, seorang pembaca membuka enam tautan dalam satu artikel sehingga mereka perlu menekan tombol “back” berkali-kali untuk bisa kembali ke halaman awal yang tadi. Hal ini cukup melelahkan dan juga tidak efektif bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi di berbagai sumber.
Visual website menerapkan tampilan yang mobile friendly
Yang dimaksud dengan tampilan mobile friendly adalah tampilan suatu halaman web bisa di dimanfaatkan orang dengan nyaman. Perlu diingat bahwa pengunjung suatu website tidak hanya membuka artikel menggunakan laptop atau personal computer saja, saat ini mayoritas orang telah melakukan hampir semua aktivitas menggunakan handphone.
Dengan tampilan yang mobile friendly ini bisa membuat pengunjung lebih nyaman berada di suatu website sehingga Interaksi yang terjalin pun lebih lama. Selain itu, tampilan yang mobile friendly juga disukai oleh search engine untuk mempermudah melakukan proses crawl.
baca juga: Mengenal Kriteria Website User Friendly
Mengatur loading speed
Salah satu faktor yang membuat angka bounce rate meningkat yaitu lambatnya kecepatan loading pada suatu laman web. Hal ini kerap membuat pengunjung merasa jengkel dan memikirkan ulang untuk menunggu hingga laman tersebut muncul atau berpindah ke website lain, karena biasanya pengunjung mencari sesuatu di website karena mereka ingin mengetahui suatu informasi dengan cepat dan to the point.
Lambatnya akses ke website membuat orang akan merasa kecewa dan mempengaruhi minat mereka untuk mengunjungi website tersebut karena sebagian besar orang akan menutup laman website yang memiliki kecepatan loading lebih dari 3 detik
Kelambatan waktu loading ini disebabkan oleh berbagai plugin pendukung yang membuatnya lebih berat sehingga mempengaruhi loading speed. Salah satu solusi untuk menghindari hal ini adalah memeriksa plugin dan template website yang digunakan lalu mengoptimasinya agar bisa memperbaiki kecepatan loading.
Baca juga: 7 Tools Cek Kecepatan Website
Meningkatkan kualitas konten
Kualitas konten merupakan hal yang penting dalam menulis suatu artikel bisnis di website. Dan kualitas konten ini tentunya berpengaruh dengan angka bounce rate yang menurun. Untuk mengatasinya, konten pada website bisa ditambahkan dengan visual yang lebih baik dan nyaman untuk dilihat bagi pembaca, paragraf yang tidak terlalu padat, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari dan mudah dimengerti oleh pembaca, sehingga mereka langsung menemukan poin penting informasi didapat dengan cepat.
Faktor lain yang dapat memperbaiki kualitas konten adalah penggunaan heading pada setiap paragraf yang dapat dipecah menjadi beberapa sub-heading, misalnya setelah judul terdapat bab tertentu, maka lebih baik menggunakan heading 2, lalu jika dalam bab tersebut memiliki pecahan materi lagi, sebaiknya menggunakan heading 3. Hal ini membuat pembaca lebih mudah menemukan informasi dalam suatu laman website.
Membuat konten yang sesuai dengan search internet
Terdapat 4 macam search internet yang bisa digunakan oleh orang online marketer yaitu informasional keyword, commercial investigation keyword, transactional keyword, dan navigational keywords. Keempat macam search internet ini tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda seperti:
Information keyword, yang akan menautkan pembaca ke konten yang Memiliki pembahasan yang lebih lengkap tentang suatu topik.
Lalu commercial investigation keyword, adalah kata kunci yang digunakan pembaca untuk menggali informasi tentang yang komparasi beberapa brand.
Transactional keyword, merupakan kata kunci yang digunakan saat berada di tahap pembelian atau transaksi jual-beli.
Dan yang terakhir yaitu navigational keywords, Kata kunci yang langsung mengarahkan ke artikel tentang suatu brand. Saat pencarian, pengunjung langsung diarahkan ke website resmi brand tersebut.
Baca juga: 8 Rekomendansi Keyword Tool Gratis Terbaik!
Menggunakan CTA yang jelas
Terkadang, beberapa artikel suatu website tidak mencantumkan CTA atau Call to Action yang detail pada suatu laman konten. Padahal adanya CTA ini bisa membuat pengunjung mengetahui tentang suatu informasi yang lebih lengkap dan relevan dengan artikel yang dibaca itu. Adanya Call-to-Action ini dapat membantu pengunjung menjalin interaksi pada halaman web. Semakin lama mereka beraktivitas di dalam web, maka semakin lama pula durasi kunjungan pembaca ke suatu artikel, dan hal itu bisa menurunkan angka bounce rate.
Misalnya dalam suatu artikel yang membahas topik ringan, lalu didalamnya disisipkan link dengan “Baca selengkapnya” yang dapat menuntun pengunjung web untuk menggali informasi lebih dalam dari artikel yang telah dibuka nya. Atau menyisipkan link dengan kalimat “Beli sekarang” yang akan mengarahkan pengunjung ke situs pemasaran atau toko online dari website tersebut.
Demikianlah sedikit uraian tentang pentingnya bounce rate dan dampaknya bagi suatu website, khususnya untuk seorang online marketer. Dengan adanya bounce rate ini, juga akan mempengaruhi strategi penjualan yang diterapkan di website bisnis.
Penggunaan website bisnis ini tentu sangat relevan dengan pebisnis yang menerapkan strategi pemasaran melalui digital marketing. Oleh karena itulah, Vocasia memiliki kursus bernama “Memulai Bisnis dengan Menerapkan Strategi Pemasaran melalui Digital Marketing” yang mempelajari beberapa materi antara lain pengenalan digital marketing atau teori dasar digital.