Site icon Vocasia

Experiential Marketing: Pengertian hingga Tips Penerapannya

Experiential marketing bisa disebut sebagai live marketing atau live marketing experience. Strategi ini disukai oleh banyak brand untuk bisa mendapatkan perhatian audiens. Strategi pemasaran ini cocok kamu pertimbangkan bila ingin meningkatkan brand awareness, brand loyalty, hingga meningkatkan Customer Lifetime Value yang terus terbangun dari waktu ke waktu. Namun, strategi ini tidak memiliki definisi baku sehingga dapat membingungkan ketika kamu baru mengenalnya.

Melalui artikel ini, kamu akan mengenal lebih jauh tentang experiential marketing bagi bisnis. Yuk, simak penjelasan berikut!

Apa Itu Experiential Marketing?

Experiential marketing adalah strategi pemasaran berbasis pengalaman. Ide dari strategi ini adalah menciptakan dampak yang mengesankan bagi konsumen dan mampu mendorong mereka untuk membagikan pengalaman tersebut secara online maupun offline. Strategi ini merupakan langkah untuk memikat konsumen dalam sebuah pengalaman langsung dan nyata.

Experiential marketing dapat diibaratkan seperti menonton konser. Menurut kamu, apa yang membuat orang rela mengeluarkan uang dan antri berjam-jam untuk membeli tiket konser? Padahal mereka bisa rebahan di kasur sambil mendengarkan lagu yang sama persis dari Spotify atau YouTube, kan?

Yup, betul! Jawabannya adalah karena pengalaman yang diberikan. Dengan menonton konser, mereka tak hanya mendengarkan lagu, tapi kelima panca inderanya juga aktif. Mereka bisa merasakan atmosfernya, melihat pemusik favoritnya secara langsung, bertemu dengan sesama penggemar, dan pengalaman lain yang tak akan bisa dirasakan dari rumah.

Nah, pengalaman unik yang tak ada duanya bagi konsumen inilah yang berusaha dicapai oleh experiential marketing. Pengalaman-pengalaman ini dapat mencakup suatu acara (event), bagian dari suatu acara, maupun pengalaman lain yang tidak berkaitan dengan acara apapun. Hasilnya, brand kamu akan lebih “hidup” dan membekas di hati konsumen karena mereka aktif berinteraksi dengannya sehingga turut meningkatkan brand loyalty.

Manfaat Experiential Marketing Bagi Bisnis

Manfaat experiential marketing bagi bisnis (freepik)

Kamu perlu mempertimbangkan untuk menjalankan experiential marketing karena strategi ini mendatangkan banyak manfaat bagi bisnis. Apa saja itu?

  1. Membangun hubungan yang otentik dengan pelanggan

Saat ini banyak orang yang skeptis dengan brand. Ditambah lagi dengan adanya media sosial, brand dituntut semakin transparan dan bekerja keras untuk menarik perhatian orang dan kecintaan mereka terhadap brand tersebut. Nah, experiential marketing memungkinkan brand melakukan berbagai cara kreatif yang berbeda sehingga kamu dapat benar-benar terhubung dengan pelanggan di dunia nyata. Dengan memberikan keterlibatan, interaksi dan pengalaman secara nyata kamu pun dapat memulai percakapan antara brand dan pelanggan.

  1. Meningkatkan brand loyalty

Experiential marketing menawarkan kesempatan pada konsumen untuk terhubung dengan brand pada tingkat yang lebih personal ketimbang metode pemasaran tradisional. Hubungan ini yang dapat menciptakan brand loyalty terutama bila aktivasi dari experiential marketing tersebut dijalankan dengan benar.

Baca juga: Apa Itu Brand Loyalty? Definisi, Fungsi, Dan Contohnya

  1. Mendapatkan data-data mengenai pelanggan

Strategi pemasaran ini juga memungkinkan kamu untuk dapat mengumpulkan data-data penting mengenai konsumen yang berpartisipasi dalam pengalaman yang kamu ciptakan untuk kemudian digunakan dalam meningkatkan strategi kamu.

  1. Dampak sosial dan word-of-mouth

Experiential marketing dapat berharga bagi brand bukan karena hubungan yang dapat dibangunnya dengan konsumen tetapi juga karena potensi dampak sosial yang dapat tercipta. Dalam banyak kasus, konsumen yang benar-benar bersenang-senang di dalam event experiential marketing akan dengan sukarela membagikan pengalamannya tersebut dengan orang lain. Tentu kekuatan word-of-mouth ini akan sangat bermanfaat bagi brand kamu.

Sebuah riset menunjukkan bahwa rekomendasi word-of-mouth dapat mendorong 20 hingga 50 % semua keputusan pembelian, di mana rekomendasi word-of-mouth dari experiential marketing mencakup 50 hingga 80% dari semua rekomendasi tersebut.

Baca juga: Apa Itu Word Of Mouth (WOM)? Pengertian Dan Strategi Pemasaran Yang Ampuh Meningkatkan Penjualan

  1. Pemahaman aktif mengenai produk kamu

Salah satu tujuan pemasaran adalah mengedukasi konsumen tentang suatu produk. Hal ini hanya berhasil jika konsumen terlibat. Itu mengapa experiential marketing dapat memberikan manfaat yang baik bagi brand dari sisi ini. Pasalnya dengan experiential marketing kamu dapat melekatkan brand dengan pengalaman yang menyenangkan ini di mana pelanggan jadi dapat memahami produk dengan lebih baik daripada hanya melihat iklan di tv saja.

5 Jenis Experiential Marketing Beserta Contohnya

Agar kamu bisa mendapat gambaran lebih jelas, di bawah ini kami akan memberikan jenis-jenis beserta contoh experiential marketing yang bisa dicoba.

  1. Pameran produk

PlayStation Events (Polygon)

Alih-alih menjelaskan panjang lebar mengenai manfaat produk, biarkan konsumen merasakan sendiri produk tersebut secara langsung. Simpel, bukan? Namun walaupun begitu, pameran produk ini berhasil membantu 65% konsumen untuk memahami produk dengan lebih baik daripada iklan biasa, lho. Nah, pameran produk ini bisa kamu lakukan dengan dua cara, yaitu menggelar event khusus atau sekedar menaruh produk baru kamu di toko.

Contoh experiential marketing pertama bisa Anda lihat pada PlayStation Events. Event ini merupakan acara tahunan untuk memamerkan daftar video games yang akan dirilis di konsol PlayStation pada tahun tersebut. Sepanjang event berjalan, para pengunjung bisa mencoba memainkan semua video games tersebut di booth yang sudah disediakan.

Sedangkan contoh kedua bisa kamu temukan dengan mudah di toko smartphone resmi seperti Apple Store atau Mi Store. Biasanya, beberapa smartphone rilisan terbaru dan terpopuler akan ditaruh di atas meja sehingga pengunjung bisa mencoba semua fiturnya dengan bebas.

  1. Seminar atau webinar

Webinar Vocasia (Dok. pribadi Vocasia)

Menjalankan seminar atau workshop itu tak hanya membangun koneksi tetapi juga mengedukasi konsumen kamu di saat yang sama. Jenis experiential marketing ini juga tak kalah populer dari pameran produk dan sudah diterapkan oleh bisnis besar maupun kecil. Bahkan, mungkin kamu juga pernah menjadi peserta dari experiential marketing ini.

Oh ya, seminar tak harus dijalankan secara offline, lho. Kamu juga bisa melakukannya secara online dengan webinar. Sebagai contoh, Vocasia juga rutin menjalankan webinar yang bisa kamu ikuti secara cuma-cuma alias gratis. Eits, tentu saja ilmunya gak cuma-cuma karena materi yang diusung selalu relate dengan perkembangan zaman.

  1. Event

Building a Better Bay Area (Adweek)

Pada experiential marketing, event itu tak hanya terbatas pada event pameran produk seperti nomor satu di atas. Namun, semua event seperti konser, festival, dan lain sebagainya. Tinggal bagaimana tingkat kreativitas kamu dan jenis kecocokan dengan bisnis yang dijalankan. Semakin unik dan kreatif event, semakin memorable pula di hati konsumen.

Contoh experiential marketing event yang unik bisa Anda temukan pada event bernama Building a Better Bay Area yang diselenggarakan oleh Google pada tahun 2015 silam. Ceritanya, Google berniat menyumbang $5,5 juta ke beberapa organisasi nonprofit yang ada di Bay Area. Namun alih-alih langsung menyumbangkan uang tersebut, Google mengadakan event terlebih dahulu. Event ini mengajak publik untuk memilih jenis organisasi nonprofit apa saja yang pantas mendapatkan uang tersebut. Voting dilakukan secara online dengan hastag #GoogleImpactChallenge dan offline dengan menyebar poster di Bay Area.

  1. User Generated Content

User Generated Content (UGC) adalah konten yang dibuat oleh pengguna dari produk kamu. Entah itu gambar, video, suara, dan lain sebagainya. UGC termasuk dalam experiential marketing karena kamu mengajak konsumen untuk terlibat secara langsung dalam pemasaran produk. Ini tentu saja adalah pengalaman yang memorable karena kamu menghargai konsumen dan membuat mereka merasa menjadi bagian dari brand.

UGC dapat dilakukan dengan mengadakan giveaway, membuat hashtag khusus, memberikan like atau komentar ke audiens, dan memposting ulang konten yang telah ada ke akun media sosial brand milikmu. Brand yang menerapkan UGC adalah brand kopi Starbucks. Dalam media sosialnya seperti Instagram, Starbucks kerap memposting ulang konten yang dimiliki oleh konsumennya baik yang berupa foto maupun video.

  1. Pengalaman imersif

Virtual try on (Divante)

Bisa dikatakan, pengalaman imersif adalah mengajak konsumen untuk benar-benar masuk dan merasakan dunia dari produk kamu. Kamu bisa memanfaatkan teknologi canggih seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR). Selain itu, bisa juga dengan mengubah dunia nyata menjadi mirip dengan dunia yang ada di dalam produk kamu.

Jenis experiential marketing ini masih sangat jarang diterapkan. Tak heran karena menggunakan teknologi yang cukup canggih. Sehingga membutuhkan budget yang cenderung lebih besar dibandingkan jenis yang lainnya.

Contoh experiential marketing ini di Indonesia bisa kamu temukan pada KCMTKU. Perusahaan kacamata ini menyediakan fitur bernama Virtual Try-on yang menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Di websitenya, para pengunjung bisa “mencoba” berbagai model kacamata via kamera HP atau laptopnya.

Sedangkan untuk contoh pengalaman imersif berskala besar, kamu bisa melihat AMC di event SXSW pada tahun 2017 lalu. Tujuan experiential marketing ini adalah untuk mempromosikan serial TV Breaking Bad dan Better Call Saul buatan AMC. Di event ini, AMC membuka restoran fiktif yang muncul di serial tersebut, lengkap dengan menu yang bisa dipesan dan aktor aslinya yang memang menjadi pegawai di serialnya.

7 Tips Menerapkan Experiential Marketing Pada Bisnis

Tips menerapkan experiential marketing pada bisnis (freepik)

Sampai sini pasti kamu sudah paham apa itu experiential marketing, kan? Namun, jangan terburu-buru dulu untuk membuat konsep experiential marketing, ya! Sebab, kami ada beberapa tips yang perlu kamu perhatikan agar experiential marketing bisa sukses dan viral. Berikut tipsnya.

  1. Punya tujuan yang jelas

Menentukan tujuan yang jelas adalah langkah penting yang tak bisa Anda lewatkan, lho. Sebab, tujuan bisa membantu kamu memahami apa yang sebenarnya hendak dicapai dengan experiential marketing. Sehingga kamu bisa lebih fokus dan mempermudah membuat konsep experiential marketing yang akan dijalankan.

Beberapa contoh tujuan experiential marketing adalah:

  1. Asli dan tidak dibuat-buat

Tujuan utama experiential marketing yaitu untuk membangun koneksi personal dengan konsumen. Jadi wajar kalau experiential marketing itu haruslah asli dan tak dibuat-buat. Dengan kata lain, experiential marketing wajib mencerminkan identitas brand kamu selama ini.

Maka dari itu, kamu harus berfokus pada apa yang membuat brand milikmu unik saat merencanakan konsep experiential marketing. Tunjukkan apa yang membuat kamu berbeda dari kompetitor sejenis. Serta, pamerkan apa yang membuat konsumen mencintai brand kamu.

  1. Harus menceritakan sesuatu

Semua experiential marketing yang sukses selama ini mempunyai cerita di baliknya, lho. Tak percaya? Coba kamu scroll ke atas dan amati contoh-contoh experiential marketing sebelumnya. Pasti semuanya menggunakan teknik storytelling untuk bisnis yang memang terbukti ampuh.

Sebab, cerita adalah salah satu cara paling powerful untuk meninggalkan kesan yang mendalam pada konsumen kamu. Lewat cerita, kamu akan menyadari dan mengakui kesulitan yang dimiliki konsumen. Serta di saat yang sama, juga menawarkan solusi melalui brand kamu. Semakin personal dan relevan cerita kamu, semakin besar kemungkinan experiential marketing akan sukses.

  1. Jangan lupa follow up

Memang, experiential marketing itu seringnya hanyalah event yang terjadi sekali atau dalam waktu terbatas. Namun, bukan berarti experiential marketing akan selesai saat event sudah bubar, ya. Experiential marketing berjalan terus karena kamu harus menjaga momentum dengan tetap berkomunikasi dengan konsumen.

Bagaimana caranya? Kamu bisa menerapkan email marketing, menghubungi lewat media sosial, hingga mengirim surat sekalipun setelah event selesai. Lalu, singgung kembali cerita atau pesan-pesan yang kamu sampaikan di experiential marketing. Dengan begitu, brand kamu akan tetap terngiang-ngiang di kepala konsumen walau event sudah lama selesai. Plus, kamu juga akan mendapatkan leads yang sangat berharga bagi bisnis ke depannya.

  1. Minta feedback dari konsumen

Tidak setiap hari kamu berhubungan langsung dengan konsumen, bukan? Maka dari itu, experiential marketing merupakan waktu yang tepat bagi kamu untuk mendapatkan feedback dari konsumen. Kamu bisa minta feedback terkait bagaimana konsumen melihat brand kamu, apa yang konsumen sukai dari experiential marketing ini, dan lain sebagainya. Tak usah takut untuk bertanya ini itu karena kemungkinan besar konsumen kamu akan dengan senang hati menjawabnya.

Baca juga: Zero Moment Of Truth (ZMOT): Pengertian, Manfaat, Dan Strategi Menjalankannya

  1. Mendorong social sharing

Seperti yang kamu ketahui, experiential marketing adalah wadah bagi konsumen untuk aktif berinteraksi dengan brand. Nah, experiential marketing yang bagus itu tak hanya memberikan interaksi secara langsung, tapi juga di dunia maya.

Maka dari itu, experiential marketing kamu sebaiknya bisa mendorong konsumen untuk berbagi momen tersebut di media sosialnya (social sharing). Entah melalui User Generated Content, penggunaan hashtag tertentu, kontes online, dan lain sebagainya.

Social sharing juga bisa menjadi ajang untuk promosi gratis brand kamu, lho! Jadi sebaiknya, kamu gabungkan saja experiental marketing dengan social media marketing agar social sharing ini bisa terwujud.

  1. Bisa diukur

Bagaimana kamu tahu kalau experiential marketing itu sukses atau gagal? Yup, dengan mengukurnya. Mengukur strategi pemasaran bisa membantu kamu untuk mengetahui apa yang perlu diperbaiki, apa yang perlu ditingkatkan, hingga merencanakan strategi pemasaran selanjutnya.

Metrik pengukuran yang digunakan bisa berbeda-beda tergantung tujuan experiential marketing yang kamu lakukan. Misalnya, tujuan kamu adalah untuk meningkatkan brand awareness. Nah, berarti metrik untuk mengukurnya adalah mention di media sosial, jumlah likes, sharing, dan lain sebagainya.

Nah, sekarang kamu semakin mengerti apa itu experiential marketing hingga tips menerapkannya, kan? Experiential marketing tidak selalu harus melibatkan produk. Oleh karena itu, ketika ingin menerapkan strategi pemasaran ini kamu dapat mengembangkan kreativitasmu seluas mungkin agar hasil yang diinginkan benar-benar efektif bagi brand dan juga pelanggan.

Oh ya, experiential marketing ini hanyalah satu dari banyaknya strategi pemasaran yang bisa kamu terapkan untuk bisnis. Strategi pemasaran yang sedang hype di kalangan pebisnis adalah digital marketing. Sebagai pebisnis, tak ada salahnya kamu memperkaya pengetahuan kamu tentang digital marketing dengan mengikuti kursus Digital Marketing di Vocasia.

Yakin deh, bisnis kamu semakin berkembang setelah mengikuti kursus ini karena kamu akan memahami fundamental digital marketing, memanfaatkan SEO dan SEM, memanfaatkan social media marketing, hingga melakukan digital marketing activation. Yuk, segera akses kursusnya disini!

Exit mobile version