Menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung jawab penuh dalam suatu organisasi yang dimilikinya. Selain itu, menjadi seorang pemimpin pasti memiliki tantangan yang tidak mudah untuk menuntun anggota organisasi. Untuk membuat setiap anggota dalam sebuah organisasi mau mengikuti dan mendukung apa yang menjadi sebuah tujuan bersama, maka diperlukan yang namanya kepemimpinan. Menjadi seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang merupakan hal terpenting selamat organisasi berlangsung.
Kelangsungan organisasi tersebut, termasuk organisasi yang berkaitan dengan pendidikan, seperti sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya. Bagaimana jadinya jika, pemimpin yang memiliki peran penting ini, tidak dapat memimpin organisasinya dengan baik? Tentu saja lembaga pendidikan yang dipimpin akan mengalami berbagai macam kendala.
Bisa saja lembaga tersebut tidak dapat mencapai tujuannya. Karena itulah mengapa setiap tenaga pendidik diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai gaya kepemimpinan dalam ruang lingkup pendidikan. Sehingga kelak dapat mengambil sebuah sikap yang tepat sesuai dengan situasi yang dialami.
Baca Juga: Prinsip kepemimpinan!
Gaya kepemimpinan di bidang pendidikan terlihat pada pola-pola yang dilakukan dan dikembangkan oleh kepala sekolah dalam berbagai kebijakan sebagai pemimpin, yang meliputi pembinaan terhadap semua personil sekolah dan pelaksanaan program-program pendidikan di sekolah. Lalu untuk pendidik, gaya kepemimpinan seperti apa yang cocok? Simak berikut ini, ya.
Beberapa Gaya Kepemimpinan yang Cocok Dalam Pendidikan
Menjadi seorang pemimpin tentu memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjalani suatu organisasi, sebagai seorang pemimpin juga memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Namun, berikut gaya kepemimpinan yang dapat dipelajari dan diterapkan oleh siapa saja yang bergerak dalam dunia pendidikan, di antaranya:
1. Gaya Kepemimpinan Militeristis
Pemimpin dengan gaya ini kerap bersikap layaknya berada dalam militer. Pemimpin akan membentuk sebuah sistem pendidikan yang memiliki tingkat disiplin sangat tinggi, sering mengadakan berbagai jenis upacara. Selain itu, semua yang terlibat dalam organisasi pendidikan tersebut, baik itu rekan kerja maupun para murid biasanya diharuskan memiliki sikap yang formal.
Gaya kepemimpinan ini memang sangat baik untuk menciptakan lembaga pendidikan yang disiplin dan teratur. Namun, dengan gaya kepemimpinan ini tidak cocok di semua situasi, lho! Pasalnya kekurangan dari gaya kepemimpinan ini adalah situasi yang akhirnya menjadi kaku. Sehingga, kurang cocok untuk murid yang masih kanak-kanak dan memerlukan lingkungan yang menyenangkan.
Baca Juga: Cara menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana!
2. Gaya Kepemimpinan Kharismatis
Pada gaya kepemimpinan yang kharismatis, pemimpin akan menjadi sosok yang begitu dikagumi oleh para pengikutnya, baik itu partner kerja maupun murid yang dipimpin dalam sebuah lembaga. Pemimpin yang berkharisma dikenal memiliki daya tarik yang luar biasa.
Bahkan, tidak dapat dijelaskan secara nyata oleh para anggotanya. Kemampuannya dalam memikat orang lain membuatnya memiliki pengikut dalam jumlah yang sangat banyak. Kharisma yang dimiliki pemimpin ini pada dasarnya tidak hanya karena satu hal yang spesifik saja. Tidak terpaut oleh hal-hal khusus, seperti usia, penampilan, kekayaan, maupun hal-hal lainnya.
3. Gaya Kepemimpinan Pendidikan Lazes Faire
Adalah gaya kepemimpinan yang melibatkan pemimpin hanya dalam kapasitas kecil, sedangkan para bawahannya terlibat secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah. Pemimpin yang menganut gaya lazes faire kerap menjadi pemimpin yang disenangi.
Disenangi oleh para karyawan maupun anak didik yang dipimpin. Bagaimana tidak, pemimpin ini pada dasarnya memberi cukup banyak kebebasan kepada para guru maupun staf yang ada. Selain itu, gaya kepemimpinan ini biasanya akan melibatkan semua pihak ketika hendak mengambil sebuah keputusan, terlepas dari jabatan apa yang dimiliki oleh orang tersebut.
Hal ini sesuai dengan nilai yang dianut oleh gaya lazes faire, yaitu nilai yang memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, serta memiliki kesetiaan pada organisasi maupun kepada sesama. pada dasarnya manusia akan patuh akan norma dan peraturan yang telah dijadikan komitmen bersama. Serta mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.
Baca Juga: Cara menjadi pemimpin yang tegas
4. Gaya Kepemimpinan Pendidikan Demokratis
Gaya pemimpin ini, memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas dan tanggung jawab para bawahan.
Dalam berbagai hal yang berkaitan dengan organisasi atau lembaga pendidikan, baik itu siswa, staf, hingga guru, dan jajaran lainnya. keputusan dan suara dari setiap orang merupakan sesuatu yang sangat penting dan layak untuk dipertimbangkan. Tentu saja, dalam lembaga pendidikan gaya kepemimpinan seperti ini cukup baik untuk diterapkan.
Selain itu kualitas dari lembaga pendidikan yang dipimpin juga dapat menjadi lebih baik. Sebab keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik serta dapat diterima oleh semua pihak. Kekurangan yang dimiliki oleh pemimpin juga bisa diatasi dengan adanya orang-orang yang mendukungnya dari bawah.
5. Kepemimpinan yang Transformatif
Gaya ini berfokus pada bagaimana menjadikan setiap pengikut, baik itu guru maupun staf dan siswa memiliki sebuah komitmen yang sama dengannya. Dalam mencapai sasaran atau tujuan dari lembaga pendidikan di tempat mereka berada. Dengan begitu, tidak hanya pemimpin saja yang bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut. Semua orang diharapkan mampu memiliki rasa tanggung jawab.
Dengan gaya kepemimpinan ini, skill dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan, yang artinya pemimpin harus bisa menarik perhatian setiap orang serta meyakinkan mereka untuk mendukung apa yang dipikirkan. Dengan catatan, tentu tidak selamanya orang lain akan setuju dengan pendapatnya. Maka dari itu, pemimpin perlu mengomunikasikan dengan baik dan meyakinkan.
6. Gaya Kepemimpinan yang Visioner
Seorang yang visioner juga membutuhkan dukungan serta komitmen dari orang yang dipimpin, agar bisa mencapai tujuan dari lembaga pendidikan yang dipimpin. Seorang pemimpin tidak hanya cukup memiliki pemikiran dan ide yang cemerlang saja. Tetapi, perlu memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan, merumuskan dan mengimplementasikan. Hingga semua orang yakin bahwa tujuan yang dimiliki dapat diwujudkan.
Hal penting lainnya yang dimiliki oleh pemimpin visioner ialah rasa percaya diri. Seorang pemimpin dapat dengan mantap menyampaikan apa yang menjadi ide-idenya. Dengan kepercayaan dirinya, orang akan sangat susah untuk membagikan ide cemerlangnya. Itulah gaya kepemimpinan visioner.
7. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Pemimpin dengan gaya paternalistik akan berperan layaknya seorang bapak kepada anak-anaknya, yang dianggap masih belum dewasa dan membutuhkan perlindungan darinya, dan beranggapan bahwa guru-guru dan staf yang ada memiliki harapan besar pada dirinya.
Pemimpin seperti ini biasanya memanglah memiliki wawasan yang luas dan sangat disenangi oleh sebagian besar orang. Terlebih lagi oleh pada murid yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Pasalnya, pemimpin akan menciptakan suasana layaknya sebuah keluarga besar.
Kebersamaan antara seluruh anggota menjadi hal yang penting. Hanya saja, di sisi lain pemimpin menjadi tampak membatasi setiap bawahannya dalam memberikan keputusan. Sebab dianggap belum dewasa. Staf dan guru-guru yang dipimpin tidak memiliki kesempatan yang besar untuk berkreasi ataupun memikirkan ide-ide yang baru. Mereka hanya bertugas untuk mengikuti dan mendukung apa yang menjadi ide dari pemimpin mereka.
8. Gaya Kepemimpinan Pendidikan Otokratik
Pemimpin otokratik menganggap bahwa pengikutnya sama saja dengan alat yang ada dalam organisasi. Pemimpin seperti ini sama sekali mengesampingkan apa yang menjadi kemampuan dari orang lain, baik staf maupun siswa. Dengan begitu, setiap orang yang dipimpin tidak akan memiliki kesempatan untuk berkreasi atau pun menyampaikan ide yang mereka miliki.
Pemimpin otokratik benar-benar menitikberatkan otoritas yang dimiliki sebagai pemimpin. Gaya kepemimpinan ini mengutamakan pelaksanaan dan penyelesaian tugas setiap orang. Jelas saja, pemimpin seperti ini sering menjadi pemimpin yang tidak disenangi oleh banyak orang, karena bersifat egois.
Bawahannya akan merasa tidak dihargai, diabaikan peranannya dalam lembaga pendidikan tersebut, yang akhirnya berdampak pada penurunan kualitas dari kinerja setiap pengikut. Bahkan, pemimpin otokratik dapat menggantikan tujuan organisasi dengan tujuan pribadinya.
Nah, bagaimana cara bangun gaya kepemimpinan kamu? Kamu sudah memahami apa saja gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kepribadianmu? Dengan begitu, kamu harus membangun gaya kepemimpinan yang baik untuk menjalankan suatu organisasi atau lembaga, terapkan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas tugasnya, ya.