Tanggal:25 April 2024
guilt trip

Guilt Trip, Tindakan Pencipta Rasa Bersalah pada Korban

Guilt trip merupakan tindakan yang menciptakan rasa bersalah pada korban. Padahal korban tidak melakukan kesalahan. Hati-hati apabila Anda mengalami hal ini. Bisa jadi, Anda menjadi korban guilt trip. Agar Anda lebih mengenal dan berhati-hati terhadap tindakan guilt trip, simak paparan berikut ini. 

Baca juga: Mengenal Gaslighting: Pengertian, Dampak, Dan Contohnya Di Kehidupan Sehari-Hari

Apa itu Guilt Trip 

ilustrasi guilt trip (sumber: pexels)

Guilt trip merupakan sebuah teknik yang dilakukan oleh seseorang untuk menyebabkan rasa bersalah atau bertanggung jawab atas sesuatu. Teknik ini mampu membuat korban atau orang yang diberi rasa bersalah mengubah perilaku, perasaan, atau pola pikirnya terhadap hal yang terjadi. 

Selain hal tersebut, orang yang melakukan jebakan bersalah ini mampu memanipulasi perasaan dan perilaku korbannya, sehingga dapat menyebabkan hubungan menjadi toxic dan berujung pada kerenggangan hubungan. 

Maka dari itu, apabila seseorang pernah “menjebak” Anda dengan memunculkan rasa bersalah atau bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak Anda lakukan. Anda juga cenderung merasa dimanipulasi atas perasaan tersebut, maka bisa jadi Anda merupakan korban guilt trip. 

Waspadai tindakan manipulasi tersebut yang dapat terjadi dalam setiap hubungan, baik percintaan, persahabatan, maupun keluarga. 

Baca juga: Apa Itu Playing Victim? Berikut Pengertian, Penyebab, Tanda, Dan Cara Menghadapinya

Ciri-ciri Orang yang Melakukan Guilt Trip 

Meskipun orang yang melakukan manipulasi rasa bersalah tidak dapat terlihat secara jelas, namun terdapat beberapa ciri-ciri umum yang dapat Anda waspadai sebagai tindakan manipulasi perasaan bersalah. Berikut ciri-cirinya. 

  1. Mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan oleh korban di masa lalu 
  2. Meninggalkan komentar atau menunjukkan sikap yang membuat korban merasa telah melakukan sesuatu yang tidak atau lebih banyak dari yang pelaku lakukan 
  3. Mengungkit kebaikan maupun pengorbanan yang telah dilakukan 
  4. Melakukan silent treatment terhadap korban 
  5. Melakukan perilaku pasif-agresif atau mengekspresikan perasaan negatif secara tidak langsung 
  6. Membuat komentar sarkasme 
  7. Menunjukkan perilaku sedang marah, namun melakukan penyangkalan setelahnya 
  8. Membuat korban merasa berutang budi pada pelaku 
  9. Mengacuhkan usaha korban untuk menyelesaikan masalah 
  10. Memberikan bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaksenangan, seperti menghela napas, menyilangkan tangan, mengerutkan wajah, maupun membanting sesuatu 

Tidak hanya memanipulasi korban sehingga muncul rasa bersalah, pelaku guilt trip juga berperilaku seolah menghindari konflik hingga akhirnya mendapatkan simpati dari orang lain. 

Baca juga: Kenali Perbedaan Simpati Dan Empati Beserta Contohnya!

Jenis-jenis Guilt Trip 

Berikut ini beberapa jenis manipulasi perasaan bersalah yang memiliki tujuannya masing-masing. 

1. Manipulasi 

Jebakan rasa bersalah satu ini bertujuan untuk membuat korban termanipulasi atas sesuatu yang pelaku inginkan. 

2. Menghindari Konflik 

Meski kedengaran seperti perilaku baik, namun tujuan dari jebakan rasa bersalah ini ialah untuk membuat pelaku mendapatkan hal yang diinginkannya tanpa perlu mengalami perdebatan atau konflik secara langsung. 

3. Edukasi Moral 

Pelaku dari jebakan rasa bersalah satu ini menginginkan korbannya melakukan perilaku yang pelaku anggap benar.

4. Memancing Emosi 

Pelaku yang melakukan jebakan rasa bersalah biasanya menginginkan simpati dari orang lain. Pelaku juga menginginkan dirinya dijadikan pihak yang dirugikan agar simpati dan perhatian dari orang lain datang kepadanya. 

Baca juga: Apa Itu Victim Blaming? Berikut Pengertian, Penyebab Serta Contohnya

Dampak Buruk Guilt Trip 

Berikut beberapa dampak buruk yang disebabkan oleh manipulasi perasaan bersalah, yaitu: 

1. Merusak Hubungan 

Sebuah studi yang dimuat dalam “Journal of Personality and Social Psychology” pernah menyatakan bahwa jebakan rasa bersalah dapat berpotensi merusak hubungan. Lebih lanjut, studi tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang perasaannya tersakiti oleh pasangannya cenderung menggunakan perasaannya tersebut untuk membuat pasangannya merasa bersalah. 

Selain itu, adanya sikap menjebak rasa bersalah pada pasangan berpotensi merusak kepercayaan yang telah dibangun serta membuat pasangan merasa dimanipulasi. 

2. Mengundang Rasa Benci 

Riset yang bertajuk “ A Qualitative Investigation of a Guilt trip” menyebutkan bahwa perilaku menjebak rasa bersalah pada korban dapat berpotensi menyebabkan permusuhan atau munculnya perasaan dendam, sehingga akan timbul rasa benci terhadap orang yang melakukannya. 

3. Mengganggu Kesehatan Mental 

sumber: pexels

Kondisi psikologis yang diakibatkan oleh jebakan rasa bersalah dapat berupa gangguan kecemasan, depresi, hingga gangguan obsesif kompulsif atau disebut juga sebagai OCD. 

Orang yang mengalami jebakan rasa bersalah berpotensi juga untuk menarik diri dari lingkungannya karena muncul perasaan malu dan ketidakpercayaan diri membawa dirinya sendiri pada pergaulan. 

Baca juga: Bahaya! Kenali Depresi Tersenyum (Smiling Depression) Sebelum Terlambat

Demikian paparan mengenai guilt trip yang berisi pengertian, ciri-ciri orang yang melakukan manipulasi perasaan bersalah, dan dampak buruk yang dihasilkan dari tindakan manipulasi tersebut. Semoga dengan artikel ini, Anda dapat senantiasa selalu waspada dan hati-hati dalam menjalin hubungan sesama manusia. 

kursus pelatihan membuat bisnis pempek vocasia
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *