Dalam penelitian kualitatif, tentu diperlukan yang namanya pengumpulan data untuk menyusun sebuah laporan penelitian. Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen. Terhadap semua metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Salah satunya adalah metode wawancara mendalam. Menurut sumber buku Penelitian Kualitatif edisi ke-2 (2007). Berikut adalah penjelasan mengenai metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Simak dibawah ini, ya!
Baca juga : Perbandingan Desain Penelitian Kualitatif Burhan Bungin dan Craswell
Metode Wawancara dalam Penelitian Kualitatif
1. Metode Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian. Dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan, atau orang yang diwawancarai. Kemudian dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara. Dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara. Sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Dia juga berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun, kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan. Mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhiri. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Selain itu, informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi. Ataupun fakta dari suatu objek penelitian.
2. Metode Wawancara Bertahap
Bentuk wawancara yang kedua ini sedikit lebih formal dan sistematik. Bila dibandingkan dengan wawancara mendalam. Tetapi masih jauh tidak formal dan tidak sistematik bila dibandingkan dengan wawancara sistematik. Pada wawancara terarah dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam (in-depth). Namun kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden. Dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara.
Karakter utama dari wawancara ini adalah dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan sosial informan. Kehadiran wawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari objek penelitian yang dapat dilakukan secara sembunyi atau terbuka. Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini. Mempunyai keandalan dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya. Karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar informan. Untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan, serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.
3. Bentuk-Bentuk Subjek dan Objek Wawancara
Apabila dilihat dari subjek dan objek maka metode wawancaranya dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
- Pertama, wawancara individu dengan individu, yaitu wawancara yang dilakukan antara seseorang dengan lainnya.
- Kedua, wawancara individu dan kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan seseorang terhadap suatu kelompok.
- Ketiga, wawancara kelompok dengan individu, yaitu sekelompok pewawancara mewawancarai seseorang.
- Keempat, wawancara kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu dua kelompok yang saling mewawancarai. Atau satu kelompok yang mewawancarai kelompok lainnya.
4. Melaksanakan Wawancara yang Baik
Berbicara dengan orang lain merupakan aktivitas yang relatif mudah. Tetapi melakukan wawancara merupakan kegiatan yang tidak mudah. Hal ini disebabkan wawancara memiliki batas-batas metodologis yang harus dipatuhi oleh pewawancara. Adapun berbicara (ngobrol), tidak memiliki metodologi tertentu. Dalam arti orang biasa mengajak ngobrol lawan bicaranya sesuka hati, tanpa dikendalikan oleh misi pembicaraannya. Karena itu, jika muncul pertanyaan bagaimana melakukan wawancara dengan baik. Maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan. Yaitu, bagaimana kemampuan pewawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi wawancara. Serta bagaimana kesiapan dari responden.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Baca juga : Citra dalam Iklan sebagai Realitas Sosial Media