Tanggal:19 April 2024

Sudah Tahu Model Evaluasi Kirkpatrick? Berikut Penjelasannya!

Langkah yang ditempuh oleh perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik adalah dengan melakukan evaluasi. Dalam rangka perbaikan karyawab maupun organisasi, tim learning and development (L&D) perusahaan mengambil langkah evaluasi yang dibarengi dengan adanya pelatihan (training programs).

Perusahaan yakin melalui pelatihan, keterampilan dan kompetensi karyawan dapat terasah. Maka dari itu, tentunya perusahaan ingin mendapatkan hasil terbaik dan maksimal dari kegiatan tersebut. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh suatu pelatihan terhadap seseorang atau dalam hal ini karyawan perusahaan, perusahaan dapat menggunakan model evaluasi Kirkpatrick.

Pengertian Model Evaluasi Kirkpatrick

Ilustrasi pelatihan atau training programs (freepik)

Model evaluasi training Kirkpatrick adalah alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi sesi pelatihan di tempat kerja. Metode ini menggunakan sistem empat tahap untuk mengumpulkan informasi pada sesi pelatihan yang diberikan, yang kemudian dianalisis. Analisis tersebut menentukan apakah pelatihan tersebut bermakna bagi karyawan dan menghasilkan output yang diinginkan.

Penamaan model evaluasi Kirkpatrick bukan tanpa alasan. Model evaluasi training ini disamakan dengan pencetusnya yakni Donald Kirkpatrick, Ph.D. yang merupakan seorang praktisi pendidikan sekaligus profesor emeritus dari University of Wisconsin. Selain sebagai profesor, Kirpatrik juga merupakan mantan presiden ASTD, organisasi untuk pelatihan dan pengembangan.

Konsep tersebut awalnya merupakan subjek penelitian dari disertasinya untuk meraih gelar doktor. Penelitian dilakukan pada tahun 1954 dan hingga kini dijadikan salah satu acuan untuk evaluasi pelatihan.

Baca juga: Apa Itu Learning And Development? Langkah Penting Untuk Karyawan

Empat Level Evaluasi dan Penjelasannya

Empat level model evaluasi Kirkpatrick (freepik)

Gagasan Donald Kirkpatrick mengenai model evaluasi training Kirkpatrick diperkenalkan kepada khalayak lebih luas melalui artikel yang dimuat di US Training and Development Journal. Namun, popularitas gagasan tersebut lebih dikenal lagi lewat bukunya sendiri berjudul Evaluating Training Programs.

Dalam model evaluasi Kirkpatrick, evaluasi pelatihan dapat dilakukan dalam empat level. Berikut penjabarannya:

  1. Reaksi (reaction)

Reaksi menjadi tahap awal dalam konsep evaluasi Kirkpatrick. Pada level ini perusahaan melalui tim learning and development (L&D) meminta pendapat dari berbagai pihak terkait pengalaman belajar setelah mengikuti pelatihan atau kursus. Pertanyaan tersebut mengerucut pada kepuasan peserta pelatihan.

Perusahaan menggunakan masukan atau umpan balik untuk bahan evaluasi pelatihan. Reaksi dari peserta ini diharapkan mampu meningkatkan potensi perbaikan di masa mendatang. Pelatihan diharapkan menjadi titik balik untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi individu dalam organisasi atau perusahaan.

Umpan balik yang didapatkan perusahaan bukan sekadar materi, reaksi melingkupi penilaian instruktur, topik pembahasan, presentasi, hingga lokasi pelatihan. Penilaian dengan bahasan yang luas terkait reaksi peserta akan menjadi bahan evaluasi untuk mengadakan pelatihan yang lebih baik lagi.

  1. Pembelajaran (learning)

Konsep evaluasi Kirkpatrick selanjutnya adalah pembelajaran. Dalam level ini evaluasi mengedepankan pada tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang disampaikan. Apakah materi yang disampaikan bisa diterima peserta dengan baik? Cara penyampaian sudah ideal?

Instruktur pelatihan akan menentukan tujuan dari sebuah pelatihan yang kemudian akan dituangkan dalam pretest dan post test. Ujian diberikan kepada peserta pelatihan sebelum dan sesudah mendapat materi. Tentu instruktur akan menetapkan standar penilaian dari masing-masing ujian.

  1. Perilaku (behaviour)

Konsep evaluasi Kirkpatrick yang dilakukan pada tahap ini adalah mengukur perubahan sikap dan perilaku pada peserta pelatihan. Perubahan perilaku diukur menggunakan dasar pelatihan dan keterampilan yang selaras dalam peningkatan performa di pekerjaan.

Perubahan perilaku ini sifatnya bisa subjektif, mengingat faktor perubahan bisa muncul secara subjektif dari dalam diri peserta masing-masing. Misalnya peserta tidak memiliki keinginan untuk berubah. Evaluasi Level 3 dilakukan dengan pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan.

  1. Output/Hasil (result)

Level 4 dalam konsep evaluasi Kirkpatrick menekankan pada hasil nyata pelatihan. Misalnya apakah program training mampu memberikan dampak terhadap penurunan biaya, peningkatan produktivitas dalam pekerjaan, peningkatan kualitas dan efisiensi karyawan.

Output atau hasil ini nantinya menentukan pengembalian investasi atau return on investment (ROI). Perusahaan akan menilai apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil yang diperoleh. Evaluasi tahap 4 membutuhkan pengukuran tujuan pelatihan sebelum dan sesudah kegiatan.

Baca juga: Pengertian Dan Tujuan Pelatihan Kerja Pada Karyawan

Tips Menggunakan Model Evaluasi Kirkpatrick

Ilustrasi observasi perusahaan terhadap umpan balik dari karyawan (freepik)

Model evaluasi Kirkpatrick merupakan model penilaian sangat berpengaruh pada dunia evaluasi training. Bagi kamu yang merupakan Learning and Development (L&D) perusahaan, berikut tips yang dapat diterapkan agar berhasil menggunakan model evaluasi ini.

  1. Pastikan kamu memulai setelah mengetahui apa yang harus kamu hasilkan

Memulai perencanaan dengan mempertimbangkan hasil yang ingin diperoleh adalah cara paling efisien untuk mencapai hasil yang diinginkan. Putuskan satu sampai tiga hal tertentu mengenai apa yang diinginkan perusahaan terhadap apa yang didapatkan oleh peserta dari pelatihan tersebut. Hal ini harus ditetapkan sebagai hasil yang diinginkan agar dapat diukur pada tahap ketiga dan keempat model.

  1. Bersikap transparan dengan semua orang

Sebelum kamu menyelenggarakan sesi pelatihan, beri tahu setiap orang untuk apa pelatihan itu akan digunakan dan jelaskan hasil yang diinginkan. Menginformasikan peserta pelatihan tentang kapan dan bagaimana mereka akan dinilai dan menjelaskan metode evaluasi kepada orang yang bertanggung jawab mengawasi kemajuan peserta pelatihan.

Selain itu, berikan struktur dan kejelasan harapan. Hal ini dapat mengurangi kecemasan terkait penilaian dan memberi tahu setiap orang bahwa mereka merupakan pemangku kepentingan yang memiliki peran penting dalam keseluruhan rencana perusahaan.

  1. Izinkan anonimitas

Sebagian besar model Kirkpatrick bergantung pada keakuratan informasi yang dikumpulkan di tahap satu. Agar alat evaluasi berdampak, feedback atau umpan balik dari setiap peserta pelatihan harus otentik. Jika memungkinkan, umpan balik pada tahap ini harus anonim agar peserta dapat jujur. Dengan mengizinkan anonimitas, seseorang yang baru mengenal perusahaan cenderung merasa cukup nyaman untuk menawarkan reaksi yang lebih jujur ​​terhadap sesi pelatihan.

  1. Memiliki jadwal untuk setiap tingkat evaluasi

Agar setiap tahap model Kirkpatrick berdampak semaksimal mungkin, buat garis besar rencana kapan setiap langkah akan terjadi dan patuhi itu. Buat semua pemangku kepentingan juga mengetahui jadwal agar semuanya dapat ikut berpartisipasi secara penuh.

  1. Bantu manajer menggunakan penguatan positif

Beberapa mentor menganggap tahap satu dan dua mudah dicapai karena sifat langsung dan dapat ditindaklanjuti dari kedua langkah ini. Jika seorang mentor merasa maju ke tahap ketiga dari alat ini lebih menantang, berikan mereka instruksi dan alat yang memungkinkan mereka untuk menawarkan penguatan positif yang teratur kepada peserta pelatihan.

  1. Lacak dan analisis data

Model evaluasi training Kirkpatrick membuat banyak informasi terkumpul dari karyawan di berbagai tingkatan dalam sebuah tim. Gunakan kesempatan ini dengan melacak dan menganalisis sebanyak mungkin elemen terkait. Hal ini juga dapat lebih maksimal dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta pelatihan dalam tahap reaksi karena kamu mungkin menemukan korelasi antara teknik pelatihan khusus dan keberhasilan dalam model tahap kedua, ketiga atau keempat.

  1. Gunakan data untuk membuat sesi pelatihan yang lebih efektif

Selalu gunakan data ketika mengadakan sesi pelatihan agar apabila data pada sesi pelatihan selanjutnya menunjukkan peningkatan, itu akan berguna bagi perusahaan untuk mengubah sesi pelatihan mendatang. Hal ini bertujuan agar sesi pelatihan selanjutnya berlangsung efektif.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, model evaluasi Kirkpatrick merupakan model penilaian yang sangat berpengaruh pada dunia evaluasi training karena dengan model evaluasi ini perusahaan dapat melakukan pelatihan pada karyawan lebih terarah dan optimal.

Bagi karyawan kantor, pelatihan merupakan sarana untuk meningkatkan keterampilan dan mengasah kompetensi yang kamu miliki. Pelatihan bisa dapatkan dari perusahaan dan bisa secara mandiri, salah satunya dengan mengikuti kursus di Vocasia. Vocasia menyediakan berbagai kursus yang dapat menunjang keterampilan kamu sebagai karyawan, salah satunya kursus kuasai rumus excel.

Hanya dengan waktu 180 menit, kamu akan memperoleh kemampuan untuk mengoperasikan VBA Macro, membuat Macro, dan mendesain lembar kerja VBA Macro. Ikuti kursusnya disini dan kuasai rumusnya. Siapa tahu kamu mendapat predikat karyawan teladan bulan ini berkat kemampuanmu ini!

Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Efisiensi Karyawan, Bekerja Maksimal Tapi Tetap Ringan!

banner Kursus Online Bisnis Growth Hacking di Vocasia
Keakraban pelanggan
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *