Aset yang sudah digunakan akan mengalami penurunan nilai. Disini nilai residu sendiri digunakan untuk menghitung penurunan nilai pada sebuah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Penghitungan nilai residu dilakukan untuk mengetahui penyusutan aset tetap dan nilai dalam aset tersebut yang sudah tidak memiliki manfaat. Ini dilaksanakan agar perusahaan bisa mengganti atau menghentikan penggunaan aset tersebut.
Pengertian Nilai Residu
Nilai residu adalah nilai aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, semakin lama umur aset maka akan semakin rendah nilai jualnya. Nilai residu dari aset perlu diperiksa sekali dalam setahun pada saat penutupan buku akutansi. Jika nilai estimasi residu berubah saat pemeriksaan, perubahan tersebut harus dicatat saat penutupan buku akutansi.
Saat menjalankan bisnis, kamu akan memiliki aset tertentu, seperti mesin atau lainnya. Bagi perusahaan, aset adalah sesuatu yang bernilai yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan produksi perusahaan.
Contoh sederhananya adalah ketika kamu menyewa aset selama 2 tahun, maka nilai residunya adalah nilai aset pada akhir tahun kedua.
Neraca mencatat aset perusahaan dan menunjukan bagaimana aset tersebut dibiayai. Perlu diingat bahwa aset dicatat pada neraca perusahaan, sedangkan jumlah penyusutan dicatat dalam laporan laba rugi.
Metode Menghitung Nilai Residu
Dikutip dari lama majoo.id; bahwa untuk mencari nilai residu dalam suatu perhitungan biaya penyusutan, kamu perlu mengetahui bahwa nilai residu bisa didapat dengan memperhitungkan biaya penyusutan.
Saat biaya tersebut menjadi pengeluaran utama perusahaan setelah masa manfaat atau fungsinya telah kadaluarsa, hal tersebut harus segera ditangani. Lebih lanjutnya, terdapat 4 metode penyusutan, yakni:
1) Metode Penyusutan Garis Lurus
Metode penyusutan garis lurus adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menghitung biaya penyusutan karena dianggap sebagai cara yang paling sederhana.
Rumus penghitungan dari metode ini adalah :
[Penyusutan] = Harga perolehan – nilai residu : umur ekonomis]
*[:]= dibagi
Dari rumus penghitungan tersebut, kamu bisa lihat bahwa untuk mencari nilai penyusutan bisa dicari dari harga perolehan yang dikurangi dengan nilai residu, lalu dibagi dengan umur ekonomis pada suatu aktivitas tetap.
2) Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Metode penyusutan jumlah angka tahun akan terlihat bahwa nilai penyusutan akan terus berkurang setiap tahunnya.
Selain itu, cara ini juga akan menggunakan nilai residu dalam proses perhitungannya. Rumusnya:
[penyusutan] = sisa umur penggunaan : jumlah angka tahun x harga perolehan dikurangi nilai residu.
3) Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja
Metode selanjutnya persis seperti metode penyusutan dalam hitungan tahun. Nilai residu dalam hal ini berkaitan dengan harga perolehannya.
Rumusnya adalah:
[tarif penyusutan per jam] = harga perolehan – nilai residu + total jumlah jam kerja pada penggunaan aktiva tetap.
4) Metode Hasil Produksi
Metode terakhir yang bisa digunakan adalah metode hasil produksi. Dalam metode ini, beban biaya penyusutan pada aktivitas tetap akan diketahui berdasarkan jumlah satuan produk yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu yang berkaitan.
Dengan begitu beban depresiasi dihitung berdasrkan nilai satu dari hasil produksi sehingga nilai depresiasi di setiap periode akan berubah sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Rumusnya adalah:
[tarif penyusutan per satuan produk] = harga perolehan – nilai residu : jumlah total produk yang mampu dihasilkan.
Cara Menghitung Nilai Residu
Cara menghitung nilai residu dihitung dengan cara sebagai berikut:
[Nilai Residual] = % biaya dipulihkan dari penjualan x Biaya asli
Sebagai contoh kasus, jika kamu membeli barang dengan nilai Rp5.000.000 dan pemulihannya sebesar 10% dari biaya asli, maka nilai residunya sebesar Rp500.000.
Menurut hasil perhitungan di atas, kamu bisa tahu bahwa nilai penyusutan dari barang tersebut adalah sebesar Rp500,00
Dari contoh soal di atas, Anda juga bisa mengetahui nilai residu perusahaan karena pada umumnya sudah tertulis dengan jelas di setiap perhitungan biaya penyusutan.
Contoh Perhitungan Nilai Residu
Contoh dari perhitungan nilai residu kita bisa ambil dari bisnis yang memiliki kendaraan sebagai alat operasional. Untuk itu, mari kita hitung nilai residu untuk perhitungannya. Sebagai asumsi:
Biaya awal kendaraan : 20.000.000
Kehidupan yang bermanfaat dalam beberapa tahun = 6
Depresiasi = 10% per tahun
Jadi, setelah 6 tahun jika perusahaan menjual kendaraan,
Depresiasi 60% dilaporkan selama 6 tahun dan nilai residual adalah 40% dari biaya awal kendaraan.
Salvage value 40% = 8.000.000
Jadi, nilai ini juga disebut sebagai “Nilai Residual Sebelum Pajak”.
Ini adalah jumlah yang dapat diterima perusahaan jika memutuskan untuk menjual kendaraan dan ketika pajak belum diterapkan.
Sekarang, katakanlah perusahaan harus membayar pajak sebesar 15% dari jumlah ini:
15% pada 8.000.000 = 1.200.000
Jadi 8.000.000 – 1.200.000 = 6.800.000
Rp6.800.000 adalah salvage value atau nilai jual kembali setelah perusahaan membayar pajak atas nilai residual barang tersebut.
Jadi, kita melihat bagaimana bisnis perlu mengevaluasi nilai ini sebelum pajak; setelah nilai sisa pajak untuk kendaraan yang dimiliki oleh mereka.
Sekian artikel mengenai “nilai residu”.
Sobat tertarik belajar akuntansi secara lengkap, segera bergabung ke kursus “Jago Akuntansi : Basic Accounting Course (IFRS)”. Buruan, sedang ada PROMO MARET MURAH MERIAH (3M). Klik tombol di bawah ini untuk join: