Site icon Vocasia

Yuk Kenalan dengan Osteoporosis

Sumber: Halodoc

Osteoporosis adalah penyakit yang memengaruhi tulang dan dapat menyebabkan kerapuhan, kelemahan, dan keretakan tulang. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang lebih tua, meskipun dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Osteoporosis ini mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan keretakan dan patah tulang.

Tulang sendi merupakan suatu jaringan hidup yang terus-menerus membangun dan memecah. Saat kita tumbuh dan berkembang, tubuh kita membangun lebih banyak tulang daripada yang dipecah. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Tubuh kita mulai kehilangan lebih banyak tulang daripada yang dibangun dan mulai mengalami penurunan kepadatan tulang. Walaupun demikian, tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik.  

Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Amerika Serikat, Osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 (satu) di antara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% penderita penyakit Osteoporosis adalah wanita. Departemen kesehatan mencatat, jumlah penderita Osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan menduduki negara dengan penderita osteoporosis terbesar kedua dibawah China. Menurut data international Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita di seluruh dunia mengalami risiko patah tulang akibat osteoporosis. Sedangkan pada pria, risikonya berada pada angka 13%. 

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, kondisi Osteoporosis bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

Lalu, apa saja faktor yang memengaruhi seseorang dapat mengidap osteoporosis, khususya di usia yang dapat dikatakan cukup muda? Berikut beberapa faktornya, antara lain:

 

Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis cenderung menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas. Seiring dengan meningkatnya usia, pertumbuhan tulang juga akan semakin berkurang. Proporsi Osteoporosis cenderung lebih rendah pada kelompok lansia dini (usia 55-65 tahun) daripada lansia lanjut (usia 65-85 tahun).

Seperti yang dikatakan sebelumnya, kemungkinan wanita untuk mengidap osteoporosis cenderung lebih tinggi dibandingkan pria. Secara keseluruhan perbandingan wanita dan pria adalah 4 : 1. Hal ini didukung dengan fakta bahwa berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium yang berpengaruh pada tingkat kemungkinan mengidap osteoporosis.

Wanita Afrika-Amerika umumnya memiliki massa otot yang lebih tinggi. Massa tulang dan massa otot memiliki kaitan yang sangat erat, dimana semakin berat otot, tekanan pada tulang semakin tinggi sehingga tulang semakin besar. Penurunan massa tulang pada wanita Afrika-Amerika yang semua cenderung lebih lambat daripada wanita berkulit putih. Hal ini juga ditambah dengan adanya perbedaan hormon antar ras. 

Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang Osteoporosis rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada anak seusia mereka (kira-kira 3-7 % lebih rendah). Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Seseorang dengan tulang yang besar yang kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) akan mempunyai tulang yang lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai tulang yang lebih kecil pada usia yang sama. 

Aktivitas fisik akan memberikan beban tambahan ke rangka tulang yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi dan merangsang pembentukan tulang. Sedangkan, apabila aktivitas fisik yang dilakukan cenderung rendah, massa tulang pada tubuh akan berkurang seiring berjalannya waktu. Proporsi seseorang mengidap Osteoporosis yang memiliki tingkat aktivitas fisik dan pekerjaan harian tinggi pada rentang usia  25 sampai 55 tahun cenderung lebih rendah dibandingkan dengan individu yang memiliki aktifitas fisik dengan tingkat sedang dan rendah.

Lalu, apabila kita sudah mengetahui bahwa kita mengidap osteoporosis, apakah tidak ada yang bisa kita lakukan? Jawabannya tidak. Dalam penangannya, terdapat beberapa suplemen yang dapat dikonsumsi dalam rangka penanganan osteoporosis. Beberapa obat-obatan tersebut antara lain:

Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum terjadi, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoporosis, terlebih di usia yang tergolong cukup muda. Hal-hal ini dapat dilakukan, antara lain:

Penulis: Bintang Anugrah Alam (Kelompok A)

Mahasiswa Studi Independen Vocasia – Batch #4

Exit mobile version