Tanggal:23 November 2024
hikikomori

Waspadai Hikikomori, Fenomena Menarik Diri dari Lingkungan Sosial!

Hikikomori merupakan fenomena yang dialami oleh lebih dari satu juta orang di Jepang. Menurut PM Jepang, Yoshihide Suga sebagaimana yang dilansir oleh tribunnews.com, masalah hikikomori ini menjadi masalah serius yang perlu ditangani oleh pemerintah Jepang. Sebenarnya, apa itu hikikomori hingga pemerintah Jepang menganggapnya sebagai masalah serius? Temukan jawaban selengkapnya dalam paparan berikut ini. 

Baca Juga: Ikigai: Sebuah Makna tentang Hidup

Apa itu Hikikomori? 

hikikomori

ilustrasi hikikomori (sumber: pexels)

Hikikomori merupakan istilah yang digunakan apabila seseorang menarik atau mengurung diri dari pergaulan sosial. Mereka yang mengalami hikikomori akan menolak untuk ke luar dari rumah dan mengisolasi diri mereka sendiri dari masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. 

Fenomena mengurung diri ini belum dapat dikategorikan sebagai masalah kesehatan jiwa. Menurut beberapa sumber, fenomena ini dipicu oleh gangguan mental seperti kecemasan atau depresi yang berakibat pada masalah sosial. Selain itu, fenomena ini juga dapat terjadi karena wabah tren, kebiasaan berperilaku, lingkungan traumatik, pemasungan atau masalah lainnya. Meskipun demikian, pemicu pasti dari fenomena mengurung diri ini masih perlu dikaji secara lebih lanjut. 

Gejala mengurung diri yang terjadi di kalangan remaja atau dewasa ini dianggap mirip dengan gejala agorafobia. Agorafobia sendiri adalah tipe gangguan kecemasan di mana orang yang mengalaminya akan merasa takut dan kerap menghindari tempat yang membuat mereka panik dan merasa terjebak.

Baca juga: Introvert Atau Antisosial? Berikut Perbedaannya

Ciri-ciri Hikikomori 

ilustrasi ciri-ciri hikikomori (sumber: pexels)

Ciri-ciri gejala hikikomori yang diungkapkan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang diantaranya: 

  1. Gaya hidupnya hanya berpusat di dalam rumah 
  2. Tidak memiliki gairah untuk melakukan aktivitas, seperti ke sekolah atau bekerja. Jika fenomena mengurung diri ini terjadi pada anak, maka mereka akan cenderung mengurung diri di kamar. 
  3. Mengubah jam tidur menjadi siang hari dan bangun pada malam hari. Mereka juga akan keluar rumah pada saat malam untuk memenuhi kebutuhan agar tidak berinteraksi dengan banyak orang.
  4. Fenomena mengurung diri yang dilakukan telah terjadi selama enam bulan atau lebih secara berturut-turut 
  5. Tidak memiliki riwayat gangguan mental, seperti skizofrenia, retardasi mental, atau lainnya 
  6. Tidak menjalin hubungan dengan orang, seperti pertemanan. 
  7. Hanya dapat berinteraksi dengan orang asing atau seseorang yang tak dikenal
  8. Lebih banyak bergantung pada orang tua dalam finansial 

Ciri-ciri tersebut tidak dapat dijadikan acuan utama dalam mendiagnosis suatu gejala. Jadi, tetap utamakan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional yang dapat menangani gejala yang dialami sesuai prosedur yang ditentukan.

Baca juga: 20 Ciri Mental Breakdown, Cari Tahu Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Tipe-tipe Hikikomori 

Telah disinggung sebelumnya bahwa fenomena mengurung diri yang banyak dialami oleh masyarakat Jepang ialah tindakan untuk menghindari interaksi dengan kelompok sosial. Meskipun demikian, orang yang mengalami gejala tersebut tidak semua berada di tahap yang sama. Tahap-tahap tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu: 

1. Pra-hikikomori 

Seseorang yang berada dalam tahap ini, masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa, seperti berkuliah, berangkat sekolah, atau bekerja. Namun, mereka cenderung menghindari diri dari segala bentuk interaksi dalam kelompok sosial.

2. Social Hikikomori 

Tahap ini telah ada perilaku menolak bekerja atau belajar. Meskipun demikian, mereka tetap dapat melakukan interaksi sosial secara virtual melalui jaringan internet. 

3. Tachisukumi-gata

Pada tahap ini, gejala yang dialami sudah menunjukkan pengasingan diri di lingkungan sosial secara nyata. Mereka cenderung akan merasa takut secara berlebihan dari dunia luar

4. Netogehajin

Secara harfiah, netogehajin memiliki arti zombie komputer. Gejala ini menunjukkan adanya perilaku pengasingan diri dan menghabiskan waktu di depan komputer atau aktivitas virtual lainnya. 

ilustrasi tipe hikikomori (sumber: pexels)

Apa Perbedaan antara Hikikomori, Ansos, dan Agrofobia? 

Apabila diperhatikan, gejala yang dialami oleh pengidap hikikomori memiliki kesamaan dengan gejala anti sosial atau agrofobia. Padahal, ketiganya memiliki gejala yang berbeda. 

Anti sosial atau Antisocial Personality Disorder (ASPD) merupakan gangguan perilaku yang menggambarkan perilaku melanggar hukum, impulsif, tidak peduli pada keselamatan diri sendiri atau orang lain, bahkan dapat menyakiti orang lain tanpa menunjukkan adanya rasa penyesalan. 

Adapun agrofobia yang termasuk dalam tipe gangguan kecemasan dengan gejala takut dan panik yang biasanya dialami ketika berada jauh dari safe zone

Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat perbedaan dari ketiga fenomena tersebut. Baik hikikomori, anti sosial, atau agrofobia semuanya memerlukan diagnosis dari tenaga profesional yang menangani masalah tersebut. 

Penanganan Hikikomori 

Baca juga: Bantu Kesehatan Mental, Ini Dia 4 Manfaat Terapi Mindfulness

Dikarenakan fenomena ini tidak termasuk gangguan mental atau gangguan jiwa, sehingga penanganan yang diberikan diarahkan pada pendekatan sosial. Pendekatan tersebut, antara lain psikoterapi berkelompok, memberikan aktivitas sosial secara nyata, keterampilan komunikasi, konsultasi dengan tenaga profesional, serta menerapkan smart parenting dalam keluarga. 

Pendekatan sosial pada remaja dapat dilakukan untuk kesiapan mereka menghadapi globalisasi demi masa depan yang lebih baik dengan perubahan perilaku menjadi budi pekerti dan bertanggung jawab. 

Demikian paparan mengenai hikikomori yang tengah marak terjadi di Jepang. Fenomena ini menunjukkan perlu adanya pengelolaan yang baik mengenai pemeliharaan kesehatan mental bagi setiap individu, baik di lingkungan pendidikan, perusahaan, maupun warga negara. Selain itu, perlu adanya tindakan yang serius untuk mengatasi fenomena ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *