Site icon Vocasia

Anggar: Sejarah hingga Teknik Dasar

Anggar merupakan ilmu beladiri yang menggunakan senjata. Beladiri ini berkembang menjadi seni budaya olahraga ketangkasan dengan senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memotong, menusuk, atau menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan kelincahan tangan. Olahraga ini dapat dinikmati oleh segala usia dan menawarkan banyak manfaat. Dengan mempelajari olahraga anggar, kamu akan mempelajari bagaimana strategi melawan lawan dengan berbagai tingkat keterampilan, dan membangun ketahanan, fisik, kelincahan, dan akurasi.

Sejarah Olahraga Anggar

Secara etimologi kata ‘anggar’ dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Perancis yaitu ‘en garde’ yang berarti ‘bersiap’. Kata ‘en garde’ digunakan sebelum permainan anggar dimulai, untuk memberi perintah ‘bersiap’ kepada pemain. Dalam bahasa Perancis sendiri, anggar disebut sebagai escrime. Meskipun saat ini anggar dianggap olahraga yang menghibur, namun sejarah olahraga ini cukup panjang.

Bukti pertarungan pedang sudah ada sejak periode Mesir Kuno pada 1190 SM dengan pertarungan dan duel berlanjut hingga abad ke-18. Anggar pada awalnya merupakan bentuk pelatihan militer dan mulai berkemban menjadi olahraga di abad ke-14 atau ke-15 baik di Jerman dan Italia. Master anggar Jerman mengorganisir serikat pertama, yang paling terkenal adalah Marxbrueder dari Frankfurt pada tahun 1478.

Popularitas olahraga ini meningkat pada abad ke-17 dan ke-18 karena penemuan senjata dengan ujung pipih yang dikenal sebagai foil, seperangkat aturan yang mengatur area target, dan topeng wire-mesh. Salah satu pelopor anggar sebagai olahraga adalah Domenico Angelo pria asal Italia yang mengajar bangsawan Inggris seni pedang di akademinya di Soho, London pada paruh kedua abad ke-18.

Buku Angelo ‘L’Ecole des armes’ (Sekolah Anggar) meletakkan dasar-dasar postur dan gerak kaki yang hidup sampai hari ini. Olahraga ini juga semakin populer di Prancis, dengan Camille Prevost menyusun konversi dasar pertama.

Image: Freepik

Sejarah Anggar di Indonesia

Pada era kolonial, tentara Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat itu terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan olahraga. Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan klewang (pedang) atau sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para bintara, perwira, dan mahasiswa.

Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunyai keahlian bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drs. Singgih, Soeparman, Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey, Suratman, Mantiri, C.H Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah olahraga militer tersebut didirikan guna mendidik para pelatih anggar dan olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan di Bandung dan Magelang. Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi mengenai perkembangan olahraga anggar di Indonesia.

Pada era perang kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta. Mereka mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan menggunakan sangkur.

Dalam PON (Pekan Olahraga Nasional) pertama yang diselenggarakan pada tahun 1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan serta didistribusikan oleh para pelatih anggar dan mantan instruktur militer Belanda. Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia, para pelatih anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan olahraga anggar dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di beberapa daerah. Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Perkumpulan anggar Jakarta didirikan oleh Kasimin Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Awal tahun 1950, Kasimin Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama dengan Suratmin. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda, permainan anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan tinggi olahraga. Pada lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan cara bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang. Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai dipertandingkan dalam PON (Pekan Olahraga Nasional) kedua yang diselenggarakan pada 1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan dalam setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang. Induk organisasi olahraga anggar di Indonesia bernama IKASI (Ikatan Anggar Seluruh Indonesia).

Baca juga| Tertarik Dengan Golf? Berikut Tips Memilih Seragam Golf!

Senjata Olahraga Anggar

Terdapat tiga bilah anggar yang digunakan dalam anggar Olimpiade yaitu foil, epee, dan saber, masing-masing memiliki komposisi, teknik, dan area target penilaian yang berbeda. Foil memiliki berat maksimum 500 gram dan merupakan senjata dorong. Hanya ujung bilah yang dihitung dengan area target batang tubuh yang ditutupi oleh lame.

Epee merupakan senjata dorong tetapi memiliki berat maksimum 775 gram. Hanya ujung bilah yang dihitung tetapi area target adalah seluruh tubuh sehingga tidak ada lame. Saber adalah senjata potong dan dorong dengan berat maksimum 500 gram. Seluruh bilah dapat mencetak gol dengan area target di bagian atas tubuh, ditutupi oleh lame, termasuk masker wajah dan penutup leher yang juga harus terbuat dari bahan konduktor.

Masker yang dirancang khusus dan pakaian berlapis memberikan perlindungan yang diperlukan agar olahraga ini cocok untuk segala usia. Untuk alasan keamanan dan memastikan semua orang menikmati pengalaman mereka, pedang plastik digunakan untuk memberikan kelas kepada kelompok usia anak-anak.

Baca juga| 12 Teknik Dasar Bulu Tangkis Yang Perlu Kamu Ketahui!

Image: Freepik

Aturan Permainan Olahraga Anggar

Pertarungan anggar berlangsung di atas alas yang disebut strip atau piste, dengan panjang sekitar 14 meter dan lebar 2 meter. Senjata dua pemain anggar masing-masing dihubungkan dengan tali melalui lengan baju mereka ke mesin penilaian listrik yang dipasangkan dengan lawan.

Selanjutnya, mereka menguji apakah senjata dan tali berfungsi dengan benar dengan menyentuh lawan pada target mereka, pakaian logam yang disebut lame. Mereka kembali ke garis start masing-masing dengan jarak 4 meter, memberi hormat kepada lawannya, memakai topengnya, dan masuk ke posisi en garde, menghadap lawannya dan bersiap untuk anggar.

Wasit kemudian menginstruksikan awal pertarungan. Pemain anggar tetap menghadap ke arah lawan mereka dan tidak boleh meninggalkan strip selama pertandingan. Untuk mendapatkan skor, pedang pemain sensitif secara elektronik, seperti area penilaian tubuh, dan dihubungkan dengan kabel tubuh ke kotak skor. Ketika poin dicatat, ada nada yang terdengar dan lampu menyala.

Baca juga| Ketahui 5 Lisensi Kursus Pelatih Sepakbola Berikut

Nah, demikian informasi mengenai olahraga anggar. Olahraga anggar menjadi jenis olahraga yang rutin dipertandingkan dalam Olimpiade. Dengan mempelajari olahraga anggar, secara otomatis akan melatih ketangkasan, kelincahan, kekuatan fisik, dan akurasi.

Exit mobile version