Setiap yang dilihat hendaknya dicatat karena sekadar mengamati dapat mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang telah diamatinya. Hal ini disebabkan kemampuan pengamatan seseorang lebih lemah dari yang seharusnya diingat. Serta kemampuan ini pun berbeda satu dari yang lainnya. Karena mungkin seseorang lebih tertarik pada fenomena tertentu. Maka lebih gampang mengingatnya daripada harus mengingat-ingat fenomena lain yang tidak diamatinya.
Sebaliknya, objek pengamatan dengan mudah berubah. Apabila tahu bahwa dia sedang diamati dan dicatat semua tingkah lakunya. Hal ini mungkin terkecuali jika pengamatan dilakukan pada benda eksakta atau hewan. Ini pula berarti bahwa untuk pengamatan terhadap benda eksakta dan hewan, problem pencatatan tidak perlu menyulitkan.
Problem pencatatan pada observasi selalu dihubungkan dengan observasi kepada manusia.
Ada beberapa kesulitan dalam mencatat hasil pengamatan, yaitu:
- Apabila peristiwa yang hendak diamati berlangsung amat cepat.
- Pencatatan biasanya mengganggu konsentrasi pengamat karena harus membagi perhatian.
- Objek pengamatan menunjukkan sikap mengubah diri, bahkan keberatan apabila tahu dirinya sedang diamati dan dicatat.
Persoalannya sekarang, bagaimana seharusnya mencatat hasil observasi. Oleh karena itu, di bawah ini adalah bagaimana cara mencatat hasil pengamatan dalam observasi. Simak yuk!
Bagaimana Proses Mencatat Pengamatan dalam Observasi
Mencatat hasil observasi harus memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Waktu Pencatatan
Hal terbaik mencatat adalah pada saat objek pengamatan yang diamati tersebut sedang terjadi. Atau disebut dengan pencatatan langsung (on the spot). Walaupun harus menghadapi kesulitan di atas. Tetapi pencatatan on the spot tetap masih dianggap sebagai alternatif yang terbaik. Karena dapat menghindari bias dan penjumlahan akibat kelupaan. Hal ini tentunya tinggal bagaimana pengamat meyakinkan objek pencatatannya tidak berbahaya bagi objek pengamatan.
Baca juga : Perlengkapan Wawancara dalam Sebuah Penelitian
2. Cara Pencatatan
Apabila pencatatan on the spot tidak mungkin dilakukan. Maka pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci (keywords). Ini artinya pengamat tetap mencatat pada saat peristiwa berlangsung. Namun yang dicatat merupakan kata-kata kunci yang nantinya disempurnakan setelah pengamatan berlangsung. Hal ini sedikit mengalami kesulitan bila dibandingkan dengan cara pertama. Tetapi pengamat tetap dituntut agar memiliki dan menghafal beberapa kata kunci.
Baca juga : Alat Bantu Observasi dalam Penelitian
3. Mencatat di Sela Pengamatan
Cara ini adalah alternatif lain yang bisa dilakukan. Yaitu pengamat mencatat hasil pengamatannya di sela-sela objek pengamatan tidak dapat direkam kegiatannya. Ini berarti kegiatan pengamatan terhenti, dan ini adalah saat yang tepat untuk mencatat hasil pengamatan sementara. Suatu contoh kita sedang mengamati interaksi pengedar obat terlarang dengan relasinya. Pada saat pengamatan dilakukan, secara tiba-tiba datang petugas kepolisian. Alhasil peristiwa ini terhenti, karena masing-masing mereka harus menyelamatkan diri dari tangkapan petugas tadi. Pada saat ini pencatatan dilakukan sambil menunggu interaksi tersebut berlangsung lagi.
Prinsip dari pencatatan hasil pengamatan ini adalah pencatatan merupakan suatu yang dibutuhkan. Tujuannya agar dapat terhindar dari kesalahan akibat kelupaan. Namun pencatatan juga dilakukan tanpa harus berpengaruh terhadap objek yang langsung diamati.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai bagaimana proses mencatat pengamatan dalam observasi. Semoga artikel ini bermanfaat, dan jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Baca juga : Kesulitan Umum pada saat Peneliti Melakukan Observasi