Lingkungan pekerjaan yang toxic tentunya membawa beragam pengaruh buruk bagi kehidupan pekerjaanmu, khususnya dalam hal ini kinerja yang tentu berpegaruh pada hasil akhir kerja, nih. Bahkan pada level tertentu lingkungan kerja yang tidak sehat ini tak hanya berpengaruh dalam kemampuan bekerja saja, melainkan sampai pada tahap mengganggu kesehatan fisik hingga mentalmu secara lebih kompleks, lho.
Baca Juga | 6 Tips Cari Kerja sambil Kerja, Wajib Kamu Coba!
Sayangnya, dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja yang toxic itu kamu harus tetap bertahan karena tuntutan untuk terus memenuhi kebutuhan hidup pun untuk membayar beragam cicilan yang masih panjang dan tak mungkin dihentikan. Pada akhirnya mau tak mau kamu harus tetap bertahan bekerja di tengah lingkungan yang toxic. Nah, sebagai jalan tengahnya untuk menghadapi dilema tersebut, kamu harus mememiliki pegangan tentang bagaimana sih caranya bisa keluar dari lingkungan kerja yang toxic tanpa harus keluar dari perusahaan? Daripada penasaran langsung aja simak penjelasannya di bawah ini, ya.
Baca Juga | Deretan Pekerjaan yang Cocok untuk INFP
1. Menjaga pikiran untuk tetap positif
Tak bisa dipungkiri bahwa pembawaan pikiran pribadi kita juga menentukan segalanya, lho. Misalnya saja nih ketika kita melihat seorang pencuri uang di jalanan yang otomatis secara rasional membuat kita berpikiran negatif, akan tetapi pikiran itu bisa berubah dengan berbanding terbalik saat tahu bahwa pencurinya yakni seorang kakek tua renta yang mana uang hasil curian itu nominalnya tak seberapa dan untuk membelikan makan siang untuk cucunya yang kelaparan. Lebih kompleksnya dari yang awalnya berita pencurian itu auto bikin berpikiran negatif dan mampu menyulut emosi bisa berubah jadi sangat berempati saat tahu bahwa kakek tua yang mencuri itu hanya hidup berdua dengan cucunya yang masih kecil.
Baca Juga | 5 Tips Menghilangkan Kebiasaan Negatif, Stop Menunda-nunda!
Dari ilustrasi di atas terbayang bukan betapa dahsyatnya pengaruh dari pola pikir yang positif? Tentunya hal itu juga bisa kamu terapkan dalam urusan pekerjaan di tengah lingkungan kerja yang toxic, ya. Dimana buatlah pikiranmu untuk selalu positif dalam melihat segala yang terjadi dalam pekerjaan, tentunya hal ini bisa membuatmu fokus bekerja, memperbaiki suasana hati, hingga pada akhirnya hasil kerjamu tetap terjaga kualitasnya, ya. Tentunya sebagai pegangan untuk terus mau berpikir positif atas lingkungan kerja yang toxic, kamu harus mengingat apa sih tujuan praktis dari kamu bekerja? Tentu untuk membiayai kebutuhan hidupmu hingga demi semua keluarga yang kamu cinta, ya.
2. Tidak ikut bergosip dengan rekan kerja
Ngomongin soal bergosip, rasanya memang khas dengan orang Indonesia, ya. Tapi coba deh pikirkan apakah saat bergosip itu tak pernah memicu banyak masalah di dalamnya? Mulai dari membicarakan sesuatu yang tidak benar dan cobalah untuk menjadi sesorang yang digosipkan dengan berita negatif padahal secara nyata itu tak benar, bagaimana rasanya? Tentu tak enak bukan? Iya pastinya, jadi jangan mau menggosipkan seseorang jika kamu tak mau digosipkan juga pada lain waktu.
Baca Juga | Bagaimana Sih Cara Menghadapi Rekan Kerja yang Menyebalkan? Simak Penjelasan Ini!
Putuslah rantai pergosipan yang toxic di lingkungan kerjamu itu, ingat bahwa jangan memperlakukan seseorang yang kamu tak mau diperlakukan seperti itu. Terlebih lagi dengan buadya toxic lewat bergosip tentunya membuang-buang waktu kerjamu bukan? Lantas, mengapa tak dipakai untuk mengerjakan pekerjaan agar bisa cepat selesai? Bukankah saat pekerjaan ditunda dana asil ngobrol jadinya makin malas untuk dikerjakan dengan dalih masih bisa nanti? Dan bukankah kalau pekerjaan lebih cepat selesai, maka artinya lebih cepat pula kamu untuk beristirahat? Cobalah bekerja sefefektif mungkin untuk hasil yang maksimal, ya
3. Jangan membawa masalah luar ke dalam pekerjaan
Kalau tadi soal lingkup internal pekerjaan, kali ini lingkup eskternal, nih. Dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan manusia itu tak bsia diepaskan dari sebuah masalah. Memang kita tak bisa menghindarinya karena sejatinya masalah yanga ada dihidup kita itu ya bagian dari sebuah kehidupan dunia. Tapi, yang membedakan ialah bagaimana cara merespon dan menghadapinya, ya.
Baca Juga | Berikut Ciri-ciri Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat, Apakah Kamu Mengalaminya?
Nah, ketika kamu berlarut dalam meratapi nasibmu yang terkena masalah secara terus-menerus sampai terbawa dalam lingkungan pekerjaan tentunya akan berdampak negatif dalam berbagai hal, ya. Mulai dari masalah yang tak kunjung usai karena terus dipikirkan dan bersedih secara berkepajangan hingga semua pekerjaan kantor jadi terbengkalai, nih. Kalau sudah seperti itu pastinya lingkunganmu dalam bekerja jadi toxic, ya. Maka dari itu, saat menghadapi masalah seperti masalah keluarga cobalaah untuk menerima kenyataan dan tenangkan dirimu. Setelah itu jadilah seseorang yang profesional dengan saat bekerja ya seluruh jiwa dan ragamu fokus memberikan kinerja semaksimal mungkin, ya sejenak lupakan masalah eksternalmu, ya. Nah, saat nanti sudah usai urusan pekerjaan, kini porsinya untuk mencari solusi atas masalah hidup yang sedang kamu hadapi, tentunya pemecahan masalah secepat dan setepat mungkin harus segera ditemukan, ya.
Baca Juga | Bagaimana Sih Prospek Kerja Informatika? Cek Jawabannya di Sini!
Demikian penjelasan terkait cara keluar dari lingkungan kerja toxic. Untuk kamu yang ingin mendapatkan informasi-informasi seputar dunia kerja lainnya, segera klik tautan berikut. Jangan lupa juga untuk mengikuti media sosial Instagram Vocasia untuk mengetahui update dan informasi terbaru mengenai kursus-kursus menarik dan edukatif yang pastinya sangat berguna untuk kamu!
Kamu bisa menikmati segala kursus online dari berbagai topik yang sedang kamu butuhkan dengan potongan harga khusus hanya di Vocasia . Ingat bahwa dunia semakin cepat berkembang tanpa menunggu kesiapanmu, kalau bukan dari sekarang kamu menyiapkan kemampuan diri atau menjadikan diri lebih mahir akan suatu hal, lantas menunggu kapan lagi? Segera cek dan temukan kursusmu hanya dengan klik tautan berikut.
Baca Juga | Apa itu Brainstorming?