Site icon Vocasia

Emotional Numbness: Mati Rasa dalam Psikologi dan Cara Mengatasinya

Mati rasa dalam psikologi dikenal juga dengan istilah emotional numbness. Menurut Goodwin dalam bukunya, hal ini terjadi ketika sistem limbik dibanjiri dengan hormon stres. Situasi stres yang tinggi dapat membebani emosi secara berlebihan, sehingga menyebabkan kelelahan pada tubuh. Kombinasi dari keduanya dapat menyebabkan perasaan terkuras dan, akibatnya ialah perasaan mati rasa tersebut.

Mati rasa bisa juga menjadi mekanisme coping untuk melindungi diri dan mencegah lebih banyak rasa sakit memasuki jiwa atau fisik yang berkaitan dengan trauma. Kondisi mati rasa atau emotional numbness juga sering dikaitkan sebagai bentuk ciri dari berbagai gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Emotional numbness atau mati rasa secara emosional merupakan sesuatu yang kebanyakan orang akan alami di beberapa titik dalam hidup mereka. Biasanya, perasaan ini bersifat sementara. Seringkali, kondisi mati rasa emosional ini menghasilkan pembatasan sementara dalam kapasitas untuk merasakan atau mengekspresikan emosi yang dialami oleh seseorang.

Kondisi ini sama seperti kamu mematikan perasaan dan hal itu juga mematikan kemampuan untuk merasakan kesenangan, terlibat dalam interaksi positif dan aktivitas sosial, hingga mengganggu keterbukaan untuk keintiman, minat sosial, serta keterampilan memecahkan masalah. Namun, apa sebenarnya definisi dari emotional numbness itu? Dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Baca juga: 5 Tahap Proses Berfikir Menurut Para Psikolog

Apa Itu Emotional Numbness?

Menurut seorang psikolog, Mayra Mendez, emotional numbness adalah kondisi di mana seseorang merasa hampa dan kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang dirasakannya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh stres berat atau kecemasan berlebihan. Dalam kondisi ini, penderita bisa kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya.

Faktor paling umum yang dapat menyebabkan perasaan hampa ini ialah depresi, kecemasan dan akibat konsumsi obat-obatan. Selain itu, tingkat stres yang tinggi juga mampu membuat seseorang mati rasa. Hormon stres dalam tubuh akan memengaruhi hormon lain sehingga membuat suasana hati seseorang tidak dalam kondisi baik.

Biasanya, banyak orang memilih untuk memutuskan hubungan dengan dunia luar setelah mengalami kejadian buruk. Hal ini dilakukan untuk melindungi diri supaya tidak merasa sakit atau disakiti lagi. Mungkin dengan begitu akan membuat jiwa merasa lega dan bisa melanjutkan hidup dengan tenang. Namun, hal tersebut salah. Menutup akses perasaan dengan orang lain justru akan membuat seseorang merasa hampa dan terbentuklah mati rasa secara emosional itu. Adapun beberapa hal yang menjadi ciri dari emotional numbness ialah.

Baca juga: Apa itu Psikologi Positif?

Cara Mengatasi Mati Rasa dalam Psikologi

Terlepas dari bagaimana rasanya, kondisi emotional numbness sebenarnya bisa diobati. Langkah pertama dalam mengobati emotional numbness adalah mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang mendasarinya. Dokter dapat membantu dengan cara ini, meskipun mereka mungkin merujuk ke terapis atau psikiater. Berikut ini beberapa cara mengatasinya.

1. Hubungi Terapis

Saat mulai merasa hampa dan mati rasa kamu bisa menghubungi psikiater atau psikolog dan berkonsultasi. Seorang terapis profesional akan melakukan konseling untuk mengetahui akar masalah dan melakukan terapi demi menemukan solusi yang terbaik. Para dokter akan memberikan saran yang bisa dilakukan serta obat untuk meredakan kecemasan. Pengobatan yang dilakukan tentunya akan membantu kamu kembali mendapatkan perasaan emosional yang sempat hilang.

2. Kurangi Kadar Stres

Stres merupakan faktor yang berkontribusi besar terhadap penyebab mati rasa secara emosional. Dengan mengelolanya secara baik, akan memberikan dampak positif bagi tubuh, mengurangi hormon stres, dan bisa membantu kamu mendapatkan kembali perasaan emosional.  Kurangi stres dalam hidup, dan latih teknik penghilang stres.

3. Temui Support System

Berbagi perasaan dengan orang-orang terdekat bisa sedikit mengurangi beban. Meski akan sulit untuk membuka perasaan pribadi, tapi adanya dukungan dari keluarga atau teman bisa sangat bermanfaat. Kehadiran orang-orang terdekat juga bisa membuat kamu merasa lebih aman. Sedikit demi sedikit, coba belajar untuk mengekspresikan emosi dalam mengatasi masalah ini.

4. Melakukan Aktivitas Fisik

Olahraga yang tepat bisa membuat tubuh memproduksi hormon endorfin (hormon yang memicu perasaan positif). Khususnya, olahraga lari, berenang, yoga, atau kickboxing dikenal ampuh untuk menghilangkan stres. Akan tetapi, apabila olahraga tersebut masih dirasa berat atau sulit, cukup dengan jalan-jalan ringan di pagi hari saja pun sudah bisa menghilangkan stres.

5. Istirahat Cukup

Istirahat cukup yang berkualitas juga tidak kalah penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Meski kamu sering sibuk, usahakan untuk menyisihkan waktu istirahat yang berkualitas. Menurut penelitian, 7 jam adalah jangka waktu tidur yang disarankan untuk orang dewasa.

Baca juga: Yuk Simak! Apa Itu Terapi Musik Dengan Segudang Manfaatnya

6. Latihan Pernapasan Ringan dan Grounding

Untuk dapat melatih ‘rasa’, praktik latihan pernapasan ringan dan grounding dapat menjadi salah satu solusi yang menuntunmu. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil jeda sejenak dari kesibukan untuk membantumu menuju pada kesadaran dan dapat terhubung dengan baik dengan lingkungan sekitarmu.

Latihan teknik pernapasan ringan dan grounding bisa dilakukan dengan menarik napas dalam-dalam dan memperhatikan setiap napas yang masuk dan keluar dari dalam tubuh. Selanjutnya kamu dapat merasakan setiap elemen yang ada di sekitarmu dengan menggunakan panca indramu. Mulai dari seperti menyentuh objek di sekitar, rasakan dengan seksama berat, tekstur, maupun hawa yang dihasilkan dari objek tersebut.

Nah, itulah penjelasan mengenai emotional numbness atau mati rasa dalam psikologi dan cara mengatasinya. Apablia kamu merasakan mati rasa secara emosional, mungkin cara-cara di atas dapat membantumu mengatasi masalah tersebut. Namun, alangkah baiknya kamu menemui professional seperti psikolog ataupun psikiater terlebih dahulu, agar dapat mengetahui masalah yang sebenarnya kamu alami. Dengan menghubungi professional juga akan mencegahmu dari self diagnose. Semoga bermanfaat! Jangan lupa baca artikel kami yang lainnya juga, ya!

Exit mobile version