Pendekatan kualitatif selain didasari oleh filsafat fenomenologisme dan humanistis, juga mendasari pendekatannya pada filsafat lainnya. Seperti empiris, idealisme, kritisme, vitalisme, dan rasionalisme maupun humanisme. Dengan kata lain bahwa pandangan yang mengatakan hanya pendekatan kuantitatif (positivisme). Yang mendasari pemikirannya terhadap empirisme, idealisme, kritisme, dan rasionalisme. Adalah pandangan yang keliru. Karena pada kenyataannya pendekatan kualitatif juga menggunakan semua pandangan filsafat, yang juga digunakan oleh pendekatan kuantitatif. Tentu dengan bentuk penafsiran yang sesuai dengan kepentingan fenomenologi. Hal mana juga dilakukan oleh positivisme terhadap paradigma kuantitatif. Ketika menafsirkan filsafat-filsafat yang mendasarinya.
Dalam tradisi berpikir positivisme, bahwa pendekatan kualitatif dipandang sebagai kritik terhadap positivisme. Para ahli filsafat menamakannya dengan postpositivisme. Lahirnya post positivisme karena beberapa hal:
- Secara ontologis, postpositivisme bersifat critical realism. Memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam. Tetapi suatu hal yang mustahil apabila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti).
- Secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidak cukup. Tetapi harus menggunakan metode triangulation. Yakni penggunaan bermacam macam metode, sumber data, peneliti, dan teori.
- Selanjutnya secara epistemologis. Hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan. Seperti yang diusulkan oleh aliran positivisme.
Baca juga : Analisis Konstruksi Sosial Media Massa
Hubungan Filsafat Fenomenologi dengan Filsafat lainnya dalam Pendekatan Kualitatif
Aliran filsafat umumnya menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran. Apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif. Dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin. Sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal.
Pengaruh empirisme terhadap pendekatan kualitatif. Terletak pada bagaimana upaya pendekatan kualitatif memecahkan misteri makna berdasarkan pada pengalaman peneliti dan objek kajiannya. Kemudian pendekatan kualitatif memandang bahwa makna adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman seseorang dalam kehidupan sosialnya bersama orang lain. Makna bukan sesuatu yang lahir di luar pengalaman objek penelitian atau peneliti. Akan tetapi menjadi bagian terbesar dari kehidupan penelitian ataupun objek penelitian.
Di samping itu, idealisme menjadi roh dari analisis-analisis kualitatif, baik dari awal penelitian sampai dengan akhir penelitian. Pendekatan kualitatif yang memberi otonomi sebesar-besarnya kepada peneliti. Dalam mengembangkan proses-proses mental yang terjadi antara peneliti dan objek penelitian. Fenomena yang terjadi dalam penelitian membutuhkan proses-proses mental peneliti untuk memaknakannya. Dengan demikian pandangan-pandangan Hegel tentang idealisme mempengaruhi peneliti-peneliti kualitatif. Serta ikut mengkonstruksi hasil-hasil penelitian. Peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam semua proses penelitian. Kekuatan kritisme peneliti menjadi senjata utama menjalankan semua proses penelitian.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai hubungan filsafat fenomenologi dengan filsafat lainnya dalam penelitian kualitatif. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Baca juga : Isi dan Struktur Penulisan Laporan Penelitian