Site icon Vocasia

Mengenali Agenda Setting dan Framing dalam Media Massa

Media massa merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk dalam cara kerja komunikasi massa, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada banyak orang. Dalam media massa kita perlu mempelajari teori agenda setting, dan juga framing. Karena pada dasarnya, agenda setting merupakan kegiatan menciptakan public awareness atau kesadaran masyarakat. Caranya adalah dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa. 

Sedangkan, framing adalah bagaimana cara media massa dalam menempatkan sebuah berita dan memberikannya makna tertentu kepada khalayak. Agenda setting dan framing memiliki kesamaan, perbedaan, maupun penerapannya dalam media massa. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai agenda setting, maupun framing, langsung saja simak penjelasan dibawah ini ya!

Antara Agenda Setting dan Framing

Bedasarkan buku Opini Publik terbitan tahun 2019. Para ahli membedakan framing dari agenda setting dalam kualitas dan isi dari liputan media dari sebuah isu serta banyaknya jumlah liputan. Namun beberapa pihak berpendapat bahwa framing dapat dipahami sebagai jenis lain dari efek agenda setting. Dengan kata lain, efek agenda setting dapat memengaruhi persepsi publik tentang arti penting dari sebuah isu serta bagaimana memahami masalah. Ada atau tidaknya framing sebagai perhatian tersendiri atau hanya sebuah teoretis. Beberapa ahli yang menekankan bahwa agenda setting dan framing beroperasi melalui aksesibilitas. Mencatat bagaimana paparan media tentang masalah meningkatkan aksesibilitas dalam pikiran seseorang. Sementara efek framing yang sangat berbeda, mengandalkan hanya pada efek penerapan. Dengan kata lain, ketika sebuah masalah dibingkai dalam hal makna, penyebab, solusi, dan tanggung jawab. Menurut Tewksbury dan Scheufele, efek utama dari frame itu adalah untuk membuat informasi spesifik,citra, atau ide-ide yang bisa diterapkan dalam isu tersebut.

Untuk membandingkan keduanya, Weaver (2007) menjelaskan framing dan agenda setting tingkat kedua memiliki karakteristik sebagai berikut:

Persamaan

Perbedaan

Antara Aksesibilitas (Agenda Setting) dan Penerapan (Framing)

Menurut Price dan Tewksbury (1997). Bagaimanapun, agenda setting dan framing dibangun di ranah teoretis yang berbeda: agenda setting berdasarkan aksesibilitas. Sedangkan framing berkaitan dengan penerapan (yaitu relevansi antara fitur pesan dan gagasan seseorang disimpan atau pengetahuan). Penjelasan aksesibilitas berbasis agenda setting juga diterapkan pada tingkat kedua agenda setting. Artinya, mentransfer arti penting atribut masalah (yaitu agenda setting tingkat kedua) adalah fungsi aksesibilitas.

Untuk efek framing, bukti empiris menunjukkan bahwa dampak dari frame pada persepsi publik terutama ditentukan oleh perasaan akan pentingnya frame tertentu. Bukan oleh kecepatan dari frame yang dipilih. Artinya, cara efek framing berbeda dari cara agenda setting tingkat kedua berlangsung (yaitu aksesibilitas). 

Aksebilitas (Agenda Setting)

Price dan Tewksbury (1997) berpendapat bahwa efek agenda setting didasarkan pada model aksesibilitas pengolahan informasi. Aksesibilitas dapat didefinisikan sebagai “berapa banyak” atau “seberapa baru”. Seseorang telah diterpa isu-isu tertentu. Secara khusus, individu mencoba untuk melakukan upaya kognitif yang kurang dalam membentuk penilaian sosial. Mereka lebih cenderung mengandalkan informasi yang mudah diakses. Hal ini menyebabkan probabilitas yang lebih besar bahwa informasi yang lebih mudah diakses akan digunakan ketika orang membuat penilaian tentang isu-isu tertentu.

Penerapan (Framing)

Menurut Scheufele (2000), framing berfokus pada penerapan skema kognitif yang sudah ada pada individu, yang berbeda dari agenda setting dan priming. Framing adalah proses memilih aspek-aspek tertentu dari sebuah isu untuk mengarahkan perhatian orang dan untuk membawa mereka pada penafsiran tertentu. Seleksi frame media tertentu dapat memengaruhi cara khalayak berpikir tentang masalah. Hal ini mungkin terdengar mirip dengan atribut agenda setting. Keduanya tampak memeriksa atribut atau aspek isu yang ditekankan di media. Karena itu, beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa framing harus dianggap sebagai perpanjangan dari agenda setting.

Akan tetapi, framing didasarkan pada model penerapan yang secara konseptual berbeda dari model aksesibilitas yang digunakan dalam agenda setting. Menurut Goffman (1974), individu secara aktif mengklasifikasikan dan menafsirkan pengalaman hidup mereka untuk memahami dunia di sekitar mereka. Klasifikasi dan interpretasi ini menjadi skema baru yang ditambahkan ke dalam skema yang sudah lama ada. Framing memengaruhi bagaimana khalayak berpikir tentang isu-isu, bukan dengan membuat aspek-aspek tertentu lebih menonjol daripada yang lain. Melainkan dengan menerapkan isyarat interpretif yang sesuai dengan skema individu yang sudah ada.

Nah itu tadi penjelasan mengenai agenda setting dan juga framing. Bagaimana menurutmu? komen dibawah ya!

Exit mobile version