Kata “gorengan” sudah sangat tidak asing di telinga orang Indonesia. Gorengan memang begitu gurih dan renyah tetapi di balik kenikmatan itu ada masalah kesehatan yang mengincar konsumen. Penyakit jantung, hipertensi, kolestrol tinggi, dan penyempitan pembuluh darah kira-kira seperti itulah gambaran hantu yang menghantui penggemar gorengan. Analogi gorengan dipilih untuk menamai saham yang menggiurkan namun tidak sehat, yakni saham gorengan.
Apa Itu Saham Gorengan?
Saham gorengan adalah lingkungan investasi yang wajib diwaspadai oleh investor, terutama investor pemula. Istilah saham gorengan dalam dunia investasi menggambarkan jenis saham dengan perkembangan yang tidak wajar dibandingkan dengan saham pada umumnya. Rasa gorengan yang lezat mengibaratkan saham yang bisa dibeli dengan harga murah dan penyakit mengibaratkan valuasi harga saham yang bisa turun drastis dalam waktu singkat. Alih-alih mendapatkan return yang besar, malah kerugian besar yang mendatangi para investor.
Pergerakan Saham Gorengan
Pergerakan harga saham yang pada mulanya murah lalu tiba-tiba menjadi tinggi dalam waktu singkat dideteksi sebagai aktivitas tidak wajar atau unusual market activity (UMA). Penyebabnya adalah pelaku investasi raksasa atau bandar saham melakukan pembelian secara besar-besaran sehingga harga saham menjadi tinggi. Peningkatan harga yang tampak menjanjikan membuat investor yang memiliki modal tidak seberapa tertarik untuk berinvestasi dengan harapan mendapat keuntungan. Investor mana yang tidak senang melihat harga saham tinggi? Namun, ketika harga saham melonjak, bandar saham akan secara tiba-tiba menjual saham besar-besaran sehingga harga saham turun drastis mencapai batas auto reject bursa. Investor yang terlanjur membeli saham sudah pasti masuk ke dalam perangkap. Pihak yang paling dirugikan atas skenario ini adalah investor kecil yang hanya menjadi pencuci piring, sedangkan investor besar telah menikmati hidangannya.
Baca juga: Apa itu Investasi Aset Digital?
Ciri-ciri Saham Gorengan
Seorang investor harus mampu mengidentifikasi karakteristik saham agar terhindar dari kejamnya permainan investasi. Berikut adalah ciri-ciri saham gorengan yang harus diketahui.
Harga Saham Tidak Stabil
Harga saham gorengan sangat tidak beraturan. Contoh, apabila hari ini harganya bertengger di Rp100, beberapa saat kemudian menjadi Rp150, lalu menjadi Rp300. Keesokkan harinya, harga saham turun kembali menjadi Rp100.
Fundamental Perusahaan Tidak Jelas
Salah satu ciri saham sehat adalah harganya yang mengikuti perkembangan fundamental perusahaan. Apabila perusahaan meraih keuntungan, harga saham akan naik dan berlaku pula sebaliknya. Namun, hal ini tidak terjadi pada saham gorengan yang pergerakannya sering kali tidak sejalan dengan fundamental perusahaan.
Kapitalisasi Pasar yang Kecil
Kapitalisasi pasar adalah harga keseluruhan yang harus dibayar seseorang apabila ingin membeli 100% kepemilikan perusahaan. Saham gorengan umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang tergolong kecil, yaitu dibawah 1 triliun rupiah. Nilai pasar yang kecil menyebabkan bandar saham mudah menguasai permainan harga saham. Saham yang kerap menjadi sasaran gorengan adalah saham lapis tiga. Saham lapis tiga memiliki kapitalisasi di bawah 500 miliar rupiah dan rata-rata harga saham per lembar yang relatif murah, yakni Rp50 hingga Rp100 per lembar.
Antrian Jual Sedikit
Antrian jual atau penawaran saham gorengan tidak akan sebanyak antrian pembelian karena pemegang saham biasanya hanya satu investor dengan jumlah modal yang besar.
Biasanya Terjadi Pada Emiten yang Baru IPO (Initial Public Offering)
Emiten yang baru menawarkan saham kepada publik sering menjadi objek gorengan bandar saham. Akan tetapi, bukan berarti saham yang baru IPO buruk. Saham yang baru IPO juga memiliki potensi menguntungkan di masa depan.
Baca juga: Perusahaanmu Ingin IPO? Berikut Cara-Caranya!
Cara Menghindari Kejamnya Permainan Saham
Pantau Pasar Saham
Investor harus rajin memantau pasar saham agar tetap up to date mengenai pergerakan harga saham.
Cut Loss adalah Pilihan Terbaik
Apabila telah mengalami kerugian, lebih baik tidak menahan modal lebih lama lagi. Segera relakan saham kamu walaupun dengan harga yang lebih murah. Setidaknya kamu tidak kehilangan seluruh modal ketika harga saham jatuh.
Diversifikasi Saham
Kamu dapat melakukan diversifikasi pada saham lapis pertama dan kedua secara bersamaan. Ini bertujuan agar ketika kamu merugi pada salah satu saham, keuntungan saham lainnya dapat menutupi kerugian tersebut.
Baca juga: Tips Memilih Saham Yang Baik Untuk Pemula
Analisis Pelaku Jual-Beli Saham
Analisis ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan bandar saham di bursa. Bandar saham biasanya membeli dalam jumlah besar (akumulasi), lalu menjualnya dengan jumlah besar juga (distribusi).
Pilih Investasi yang Jelas
Bagi kamu yang baru memulai investasi, sebaiknya pilihlah model bisnis Peer-to-Peer Lending (P2P). P2P memungkinkan investor untuk memilih bisnis yang ingin dibiayai dan tentu saja dengan risiko yang masuk akal. Kamu dapat memilih penyedia jasa P2P online yang sudah disertifikasi dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi bukan tentang keuntungan semata tetapi juga analisis dan strategi. Namun, jangan sampai motivasi kamu untuk berinvestasi musnah gara-gara isu saham gorengan. Masih banyak perusahaan yang memiliki saham dengan pergerakan stabil dan masuk akal terdaftar di bursa. Apabila kamu masih ragu, cobalah mulai dengan reksa dana. Jangan takut untuk memulai investasi, ketika kamu menguasai permainannya, you win the game!
Baca juga: Kenali 5 Jenis Reksa Dana Sebelum Memulai Investasi!