Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi didunia. Dalam gambaran yang sederhana. Seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik. Berita adalah apa yang ditulis disurat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang ditampilkan di televisi. Sebuah berita itu menampilkan fakta, menyangkut seseorang atau banyak orang, dan juga merupakan sejumlah peristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi.
Seorang calon wartawan atau calon jurnalis tentunya harus memiliki keterampilan menulis yang baik. Terutama dalam menulis berita. Nah di artikel ini terdapat penjelasan mengenai tiga teknik dalam menulis berita bedasarkan buku Jurnalistik Indonesia (2017). Simak dibawah ini, ya!
3 Teknik dalam Menulis Berita
1. Pola Penulisan Piramida Terbalik
Dalam teknik melaporkan (to report), setiap jurnalis itu tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya, bukan laporan tentang fakta bagaimana seharusnya. Selain itu berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta objektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak mana pun. Termasuk dari kalangan jurnalis, editor, dan kaum investor media massa itu sendiri. Untuk menjaga prinsip objektivitas itulah, mengapa setiap jurnalis dituntut untuk senantiasa bersikap jujur. Ia tidak boleh memanipulasi atau merekayasa fakta dan kebenaran. Kemudian ia juga tidak boleh menambah atau mengurangi fakta yang ditemukannya.
Teori jurnalistik mengajarkan, berhubung fakta dalam bentuk berbagai peristiwa yang terjadi di dunia begitu banyak. Sedangkan waktu yang dimiliki jurnalis yakni reporter dan editor media massa sangat terbatas. Maka harus dicari cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan atau menuliskan fakta-fakta tersebut. Cara itu dinamakan pola piramida terbalik. Disebut piramida terbalik, berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama. Baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Paragraf pertama merupakan rangkuman fakta terpenting dari seluruh rangkaian kisah berita (news story). Dengan demikian apabila paragraf pertama merupakan berita sangat penting, maka semakin kebawah menjadi kurang penting, agak kurang penting, tidak penting. Rumusnya: semakin ke bawah semakin tidak penting.
Berita disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik karena berpijak kepada tiga asumsi:
- Memudahkan khalayak pembaca/pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik, atau penting diketahui, atau yang ingin dicari.
- Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang penting. Misalkan berita terlalu panjang.
- Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah dikuasainya. Sekaligus menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat.
2. Berita Ditulis dengan Rumus 5W+1H
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik. Artinya, berita itu mudah disusun dalam pola yang sudah baku, dan mudah serta cepat dipahami isinya oleh pembaca, pendengar, atau pemirsa. Dalam setiap peristiwa yang dilaporkan. Harus terdapat enam unsur dasar yakni apa (what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), dan bagaimana (how).
What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu. When berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit. Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Why berarti mengapa peristiwa itu sampai terjadi. How berarti bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa tersebut. Keenam unsur itu dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan menarik. Dengan demikian khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa tinggal ‘menyantapnya’ saja. Jika masih tertarik dan memiliki cukup waktu. Mereka bisa membaca paragraf-paragraf berikutnya dari yang penting sampai ke yang sama sekali tidak penting.
Dalam konteks Indonesia, para praktisi jurnalistik kerap menambahkan satu unsur lagi yaitu aman (safety, S), sehingga rumusnya menjadi 5W1H(1S). Maksudnya, berita apa pun yang disiarkan, diyakini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi media massa bersangkutan dan bagi masyarakat, serta pemerintah. Berita surat kabar dan televisi misalnya senantiasa merujuk pada formula 5W1H(1S) itu dengan pertimbangan khalayak pemirsa yang dilayaninya heterogen.
2. Pedoman Penulisan Teras Berita
Dalam anatomi berita sebagaimana terlihat dalam gambar pada puncak piramida. Kita menemukan judul (headline), disusul baris tanggal (date line), teras berita (lead), perangkai (bridge), tubuh (body), dan kaki berita (leg). Menurut teori jurnalistik, judul harus mencerminkan pokok berita sebagaimana tertuang dalam teras berita. Judul yang baik harus diambil dari teras berita dan tidak boleh dari tubuh apalagi sampai dari kaki berita. Sedangkan teras berita yang baik harus mencerminkan keseluruhan uraian isi berita.
Pedoman Penulisan Teras Berita
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menjelaskan secara rinci dalam sepuluh pedoman penulisan teras berita:
- Teras berita yang menempati alinea/pargraf pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea itu terdiri atas lebih satu kalimat, akan tetapi sebaliknya jangan melebihi tiga kalimat.
- Dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, teras berita jangan mengandung lebih dari 30-45 perkataan. Apabila teras berita singkat, misalnya terdiri atas 45 perkataan/kurang dari itu, maka hal itu lebih baik.
- Teras berita harus ditulis dengan baik sehingga: (1) mudah ditangkap, cepat dimengerti, mudah diucapkan, dan diingat. (2) kalimatnya singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku, serta ekonomi bahasa, jadi menjauhkan kata-kata mubazir. (3) jelas melaksanakan ketentuan satu gagasan dalam satu kalimat. (4) tidak mendomplengkan/memuatkan sekaligus unsur 3A dan 3M (apa, siapa, mengapa, bilamana, di mana, bagaimana). (5) dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 3A-3M.
- Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah atau pelengkap keterangan hendaknya dimuat dalam badan berita.
- Berikan unsur apa dalam ungkapan kalimat sesingkat mungkin yang menyimpulkan atau mengintisarikan kejadian yang diberitakan.
- Selain itu dalam teras berita ada unsur siapa. Namun apabila unsur siapa itu tidak menonjol maka sebaiknya jangan dipakai dalam permulaan berita.
- Jarang menggunakan unsur bilamana pada permulaannya. sebab unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian.
- Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur tempat dahulu, kemudian disusul oleh unsur waktu.
- Unsur bagaimana dan mengapa diuraikan dalam badan berita, jadi tidak dalam teras berita.
- Selain itu teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang, asalkan kutipan itu bukan kalimat yang panjang.
Nah itu tadi penjelasan mengenai tiga teknik dalam menulis berita. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa berikan pendapatmu di kolom komentar ya!
Baca Juga : 11 Kriteria Umum Nilai Berita Menurut para Ahli