Gaya kepemimpinan pada dasarnya dapat dilihat dari bermacam-macam sudut pandang. Bila dilihat dari sudut perilaku pemimpin, apa yang dikemukakan oleh Tannenbaum dan Schmidt (dalam Amran, 1999). Perilaku pemimpin membentuk suatu kontinum dari sifat otokratik sampai demokratik. Menurut beliau sifat ekstrim ini dipengaruhi oleh intensitas penggunaan kekuasaan oleh pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh pengikut. Kombinasi dari kedua faktor inilah yang menentukan pada tingkat mana seorang pemimpin mempraktikkan perilaku kepemimpinan.
Di samping itu, ada beberapa pendapat tentang gaya kepemimpinan yang diajukan oleh pakar. Semuanya dapat ditelusuri dalam beberapa literatur kepemimpinan, organisasi, dan manajemen. Studi dari Ohio State University misalnya. Mengemukakan dua orientasi utama pemimpin di dalam menerapkan kepemimpinan. Yaitu orientasi pada hubungan kemanusiaan dan orientasi pada struktur tugas (Nimran, 1999).
Baca Juga | 5 Tipe Kepemimpinan Di Dunia, Yang Manakah Kamu?
Teori Gaya Kepemimpinan
Menurut Sutarto (dalam Tohardi, 2002). Pendekatan perilaku berlandaskan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari:
- Bagaimana cara memberi perintah,
- Bagaimana cara memberikan tugas,
- Cara berkomunikasi,
- Cara membuat keputusan,
- Usaha mendorong semangat bawahan,
- Memberikan bimbingan,
- Menegakkan disiplin,
- Bisa mengawasi pekerjaan bawahan,
- Mengecek laporan dari bawahan,
- Memimpin rapat,
- Menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.
Baca juga | Apa Itu Leadership? Pengertian Dan Cara Membangunnya!
10 Gaya Kepemimpinan
Sedangkan gaya kepemimpinan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Gaya Persuasif
Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.
Baca Juga | 8 Contoh Teknik Komunikasi Persuasif Dalam Kehidupan Sehari-Hari
2. Gaya Refresif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
3. Gaya Partisipatif
Ialah gaya kepemimpinan dengan cara memimpin memberikan kesempatan kepada bawahan. Untuk ikut secara aktif baik mental, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya di organisasi.
4. Gaya Inovatif
Ialah pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaharuan di dalam segala bidang. Baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia.
Baca Juga | Tips Ampuh Melatih Jiwa Kepemimpinan, Coba Yuk!
5. Gaya Investigatif
Merupakan gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya. Sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi serta inisiatif dari bawahan kurang berkembang. Karena bawahan takut melakukan kesalahan-kesalahan.
6. Gaya Inspektif
Merupakan pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler. Kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
7. Gaya Motivatif
Adalah pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program, dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide, program dan kebijakan dapat dipahami oleh bawahan. Sehingga bawahan mau merealisasikan semua ide, program dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin.
8. Gaya Naratif
Seorang pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan apa yang ia kerjakan. Dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.
9. Gaya Edukatif
Sosok pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan. Alhasil bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari ke hari. Bahwasanya seorang pemimpin yang bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangkan pendidikan dan keterampilan.
10. Gaya Retrogresif
Sosok pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya. Oleh karena itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahannya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Maka dengan kata lain pemimpin yang bergaya retrogresif sangat senang melihat bawahannya selalu terbelakang, bodoh, dan sebagainya.
Baca Juga | Pengaruh Opinion Leader Dalam Proses Pembentukan Opini Publik
Teori Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif Fiedler
Menurut Fiedler (dalam Tohardi, 2002) tidak ada seseorang yang dapat menjadi pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya kepemimpinan untuk segala situasi. Untuk itu pemimpin yang berhasil harus mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi yang berbeda-beda pula.
Teori Fiedler (dalam Tohardi, 2002), mengkhususkan diri pada perilaku pemimpin dalam memimpin yaitu berorientasi kepada tugas atau berorientasi pada bawahan. Ada 3 (tiga) sifat situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
- Hubungan antara pemimpin dengan bawahan,
- Derajat susunan tugas,
- Kedudukan kekuasaan seorang pimpinan (Fiedler dalam Tohardi, 2002).
Teori Gaya Kepemimpinan berdasarkan Perspektif Likert
Sehubungan dengan permasalahan yang diteliti, hanya membahas gaya kepemimpinan gaya partisipatif. Menurut Likert (dalam Thoha, 1992) mengemukakan bahwa pemimpin yang berhasil juga bergaya participative management. Maksudnya gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin yaitu jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan pada komunikasi. Selain itu, semua pihak dalam organisasi, bawahan maupun pimpinan, menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung. Likert merancang 4 (empat) sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut.
Sistem 1
Dalam sistem ini pemimpin bergaya sebagai exploitative-authoritative. Manajer atau seorang pemimpin dalam hal ini sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya. Suka mengeksploitasi bawahan, dan sikap paternalistik. Cara pemimpin ini dalam memotivasi bawahannya dengan memberi ketakutan, hukuman-hukuman, dan pemberian penghargaan diberikan secara kebetulan. Pemimpin dalam sistem ini, hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah. Kemudian hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas saja.
Sistem 2
Dalam sistem ini pemimpin dinamakan “Otokratik yang baik hati”. Pemimpin atau manajer-manajer yang termasuk dalam sistem ini mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan. Mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman. Memperbolehkan adanya komunikasi ke atas. Mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan. Serta memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan. Bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya.
Sistem 3
Di dalam sistem ini gaya kepemimpinan dengan sebutan manajer konsultatif. Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Biasanya dalam hal kalau ia membutuhkan informasi, ide, atau pendapat bawahan, dan masih menginginkan melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. Seorang pemimpin bergaya konsultatif ini melakukan motivasi dengan penghargaan dan hukuman yang kebetulan. Kemudian juga berkehendak melakukan partisipasi. Dia juga suka menetapkan dua pola hubungan komunikasi yakni ke atas dan ke bawah. Dalam hal ini mereka membuat keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat bawah. Bawahan disini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasannya.
Baca Juga | Memahami Perbedaan KOL Dengan Influencer
Sistem 4
Oleh Likert sistem ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif. Seorang manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan nya. Selanjutnya dalam setiap persoalan. Selalu mengadakan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari bawahan. Serta mempunyai niatan untuk menggunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis, dengan berdasarkan partisipasi kelompok dan keterlibatan pada setiap urusan. Terutama dalam penentuan tujuan bersama dan penilaian kemajuan pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pemimpin bergaya partisipatif ini juga mau mendorong bawahan dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan tanggung jawab yang besar. Kemudian bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugasnya bersama atasannya (Likert dalam Thoha, 1992).
Berdasarkan pendapat Likert (dalam Thoha, 1992), manajer yang termasuk sistem ini mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin. Setiap organisasi yang termasuk sistem manajemen 4 ini, adalah sangat efektif di dalam menetapkan tujuan-tujuan dan mencapainya. Pada umumnya organisasi semacam ini lebih produktif.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai teori gaya kepemimpinan menurut para ahli. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa berikan saran atau tanggapanmu di kolom komentar, ya!
Baca Juga | Teori Organisasi Menurut para Ahli, Lengkap Beserta Penjelasannya