Pada masa awal kajian teori tentang khalayak menempatkan posisi khalayak sebagai penerima pasif. Dari konten yang diproduksi oleh institusi media. Khalayak seolah-olah tidak memiliki kuasa dan menjadi pihak yang didominasi. Kemudian muncul periode dimana khalayak aktif dalam memilih dan menggunakan media. Serta mengonstruksi makna sesuai dengan kode-kode kultural, maupun sosial dari khalayak itu sendiri. Selain itu, khalayak tidak serta-merta didominasi oleh makna yang dibangun oleh media. Karena khalayak berada dalam posisi yang tidak simetris dengan media.
Aktivitas khalayak tidak hanya dilihat pada saat sedang menggunakan media semata. Setelah terpapar oleh (konten) media. Maka khalayak juga bisa dilihat sebagai bagian dari sebuah fase atau proses komunikasi itu sendiri. Hal itu yang memberikan konsekuensi efek, sampai pada pemenuhan kebutuhan yang berbeda.
Berdasarkan sumber buku Teori dan Riset Khalayak Media (2019). Berikut adalah penjelasan mengenai teori khalayak pasif dan aktif. Simak dibawah ini, ya!
Taksonomi Historis Khalayak Pasif-Aktif
Schramm (1971) sebagaimana dikutip oleh Power, Kubey, dan Kiousis (2017: 116). Memberikan perhatian khusus tentang adanya perdebatan akademik tentang teori awal komunikasi terkait tentang khalayak. Ada semacam upaya untuk menjawab ide tentang khalayak pasif yang memanipulasi khalayak. Melalui pesan yang dipublikasikan dengan konsep-konsep tentang khalayak aktif. Sampai pada khalayak yang sangat melakukan seleksi terhadap media dan kontan (program) yang akan mereka gunakan. Perdebatan khalayak pasif/aktif ini muncul karena proses komunikasi yang selama ini dianggap sebagai peluru. Yang secara magis mampu mentransfer ide, perasaan, pengetahuan, dan motivasi secara otomatis. Dari pikiran khalayak ke khalayak lainnya. Kenyataannya ketika konsep ini diterapkan di media massa. Alhasil adanya konsep maupun praktik yang sangat kontras sekali. Karena khalayak menggunakan media tergantung dari ketertarikan dan apa yang ingin mereka capai.
Dengan demikian, kita memiliki dua polarisasi konsep. Yakni khalayak pasif, dianggap sebagai korban dari pesan yang diproduksi media. Sementara khalayak aktif diarahkan oleh keinginan individu dalam menggunakan media berdasarkan keuntungan yang akan didapat.
Baca Juga : Begini Efek Media terhadap Masyarakat
Teori Khalayak Pasif
Tony Wilson (2009: 10-11) menegaskan bahwa kajian tentang khalayak. Dalam perspektif teori media strukturalis di tahun 1970-an. Perspektif tersebut, melihat khalayak sebagai silent subjects dan passive audiences. Selain itu, kajian tersebut melihat bagaimana determinasi dan reaksi khalayak terhadap pertunjukan sinema. Bahwa “audience are constructed by the text”. Hal ini menunjukkan bahwa, khalayak pasif seolah-olah dikonstruksi oleh media dan mengikuti (ideologi) dari politik film yang ditonton.
Mengutip McCabe (1985:6) yang memfokuskan diri pada pemahaman terhadap tanda-tanda di film. Serta bagaimana makna-makna yang dibangun dalam teori strukturalis khalayak. Memang secara konsep dilihat sebagai pihak penonton yang terpapar media. Baik melalui gambaran visual maupun audio yang menyertainya.
Sementara dalam teori resepsi khalayak disebutkan bahwa khalayak dilihat secara aktivitas mental (psikologis). Untuk melihat bagaimana sebuah teks itu dipahami saat pertama kali dikonsumsi oleh khalayak.
Teori Khalayak Aktif
Konsep khalayak aktif muncul pertama kali sejak abad ke-18 dalam tulisan Goethe yang berjudul Faust. Kemudian pada tahun 1916, Hugo Munsterberg telah pula mendekati konsep ini. Dengan psikoanalitik melalui konsep yang disebut dengan “projection”. Sebuah konsep yang menjelaskan bagaimana penonton film secara intens menyerap apa yang ditonton. Dan menyebutnya sebagai “photoplays” (Paul Power et al, 2002: 125).
Secara terminologi, penjelasan dari Levy dan Windahl banyak dirujuk oleh para periset tentang khalayak aktif. Bahwa orientasi khalayak secara sadar dan selektif terhadap proses komunikasi. Secara singkat, hal ini menunjukkan bagaimana penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan keinginan. Yang didefinisikan oleh anggota khalayak itu sendiri. Serta partisipasi aktif tersebut dalam proses komunikasi kemungkinan terfasilitasi, terbatas. Dengan kata lain tergantung dari harapan dan efek atau pengaruh yang terhubung dengan tayangan media.
Periode yang menempatkan khalayak aktif ini juga menunjukkan adanya upaya yang dilakukan oleh khalayak terkait penggunaan media. Misalnya dengan Teori Uses and Gratification. Teori tersebut menjelaskan bagaimana khalayak tidak sekedar menerima pesan yang disampaikan oleh media. Tetapi, khalayak memilih dan menentukan media, termasuk konten program yang akan digunakan. Tergantung dari kebutuhan serta apa yang didapat.
Teori Khalayak Pasif dan Aktif
Terdapat batasan antara khalayak aktif/pasif. Bisa dikatakan bahwa ada keadaan (konteks) saat khalayak pasif dan kapan mereka aktif. Dalam hal ini, pendekatan psikologis menjadi cabang dalam sebuah pohon genealogi kajian khalayak.
Kajian yang dilakukan oleh Hovland dianggap sebagai memberikan dasar. Untuk melihat bagaimana secara psikologis, secara pasif menerima pesan dalam komunikasi persuasif. Secara psikofisiologis, bahwa ada reaksi yang muncul saat secara pasif khalayak menerima pesan. Reaksi tersebut bisa berupa pupil mata yang mengecil atau membesar, gelombang di otak. Maupun refleks-refleks lainnya.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai teori khalayak pasif dan aktif. Bagaimana menurutmu?. Jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Baca Juga : Pendekatan Riset Kualitatif Khalayak, Beserta Penjelasannya
Leave a Reply