Pada kenyataannya, tidak semua iklan televisi diciptakan untuk maksud pencitraan. Namun karya televisi dianggap sempurna apabila sampai pada tahap pembentukan sebuah citra. Karena itu produsen maupun copywriter berupaya agar iklan mereka sampai pada penciptaan produk. Umumnya pencitraan dalam iklan televisi disesuaikan kedekatan jenis objek iklan yang diinginkan. Walaupun tidak jarang pencitraan dilakukan secara ganda. Artinya iklan menggunakan beberapa pencitraan terhadap satu objek iklan.
Baca juga : Bahasa sebagai Realitas Sosial, Beserta Penjelasannya
8 Jenis Citra dalam Siaran Televisi
Pada beberapa iklan yang menonjol dalam pencitraan diperoleh beberapa kategorisasi penggunaan pencitraan dalam iklan televisi, sebagai berikut:
1. Citra Perempuan
Seperti yang dijelaskan oleh Tomagola. Bahwa citra perempuan ini tergambarkan sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan. Walaupun citra semacam ini ditemukan dalam iklan-iklan media cetak. Namun citra perempuan yang dijelaskan oleh Tomagola ini juga terdapat pada iklan televisi.
Dalam banyak iklan terjadi penekanan terhadap pentingnya perempuan untuk selalu tampil memikat dengan mempertegas sifat kewanitaannya secara biologis. Seperti memiliki waktu menstruasi (iklan-iklan pembalut wanita). Atau memiliki rambut hitam dan panjang (umumnya iklan sampo), dan lainnya. Pencitraan perempuan dengan citra pigura semacam ini ditekankan lagi dengan menebar isu natural anomy. Yaitu bahwa umur perempuan, ketuaan perempuan, sebagai momok yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan perempuan.
Kemudian citra pilar dalam pencitraan perempuan. Ketika perempuan digambarkan sebagai tulang punggung utama keluarga. Perempuan sederajat dengan laki-laki, namun karena fitrah nya berbeda dengan laki-laki. Maka perempuan digambarkan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rumah tangga. Secara lebih luas, perempuan mempunyai tanggung jawab terhadap persoalan domestik. Ruang domestik perempuan digambarkan dengan tiga hal utama:
- Keapikan fisik dari rumah suaminya (iklan pembersih lantai/perabotan rumah).
- Sumber daya rumah tangga, sebagai istri dan ibu yang baik dan bijaksana (iklan susu/produk dapur).
- Ibu sebagai guru dan sumber legitimasi anak-anaknya (iklan obat anak atau vitamin).
Selanjutnya perempuan dalam iklan televisi juga digambarkan memiliki citra pinggan, yaitu perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur. Karena dapur adalah dunia perempuan (Iklan mie, dan produk makanan lainnya). Terakhir, pencitraan perempuan, yaitu citra pergaulan. Pada citra ini ditandai dengan perempuan dilambangkan sebagai makhluk yang anggun, menawan(produk kecantikan).
2. Citra Maskulin
Sebuah iklan juga mempertontonkan kejantanan, otot laki-laki, ketangkasan, keperkasaan, keberanian menantang bahaya, keuletan, keteguhan hati. Serta bagian-bagian tertentu dari kekuatan daya tarik laki-laki sebagai bagian dari citra maskulin. Pada pencitraan maskulin digambarkan sebagai kekuatan otot lelaki yang menjadi dambaan wanita (iklan minuman isotonik). Atau dicitrakan sebagai makhluk yang tangkas, berani, menantang maut (iklan sampo, dan rokok).
- Baca juga : Metode Bahan Visual dalam Penelitian Kualitatif
- Baca juga : Metode Diary dalam Penelitian Kualitatif
3. Citra Kemewahan dan Eksklusif
Kemewahan dan eksklusif adalah realitas yang diidamkan oleh banyak orang dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang bekerja keras, berjuang hidup untuk memperoleh realitas kemewahan dan eksklusif. Karena itu iklan televisi memproduksi realitas ini ke dalam realitas iklan. Dengan maksud memberi simbol-simbol kemewahan ke dalam objek iklan televisi. Karena disaat pemirsa merefleksikan kemewahan ke dalam pilihan-pilihan mereka. Maka secara tidak disadari citra iklan telah memindahkan simbol-simbol itu ke dalam pilihan-pilihan mereka. Realitas semacam ini paling tidak dapat dilihat pada berbagai iklan mobil atau berbagai iklan properti.
4. Citra Kelas Sosial
Individu juga mendambakan hidup dalam kelas sosial yang lebih baik, kelas yang dihormati banyak orang. Dalam realitas sosial nyata, selain kemewahan. Rasa ingin masuk ke dalam kelas sosial yang lebih baik merupakan realitas yang didambakan banyak orang. Kemudian individu remaja dan perempuan lebih menyukai pencitraan ini. Dalam pencitraan kelas sosial dalam iklan televisi. Kehidupan kelas sosial atas menjadi acuan dan digambarkan sebagai kehidupan yang bergengsi, modern. Dan identik dengan kehidupan diskotik, pesta pora, penuh dengan hiruk-pikuk musik (iklan rokok). Atau kelompok masyarakat yang dekat dengan supermarket, belanja di mall, dan makan di Restoran cepat saji. (iklan tempat belanja ternama).
- Baca juga : Format Desain Penelitian Deskriptif Kualitatif
- Baca juga : Format Desain Penelitian Kualitatif Verifikatif
5. Citra Kenikmatan
Kenikmatan adalah bagian terbesar dari dunia kemewahan dan kelas sosial yang tinggi. Oleh karena itu kenikmatan adalah simbol sosial yang tinggi. Dalam iklan televisi, kenikmatan dapat memindahkan seseorang dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang ada di atasnya.
6. Citra Manfaat
Umumnya orang mempertimbangkan faktor manfaat sebagai hal utama dalam memilih sikap. Dengan demikian, manfaat menjadi nilai dalam keputusan seseorang. Umpanya, untuk memperkuat keputusan pembelian maka perlu memasukkan citra manfaat dalam sebuah media. Seperti iklan saluran tv media, atau iklan obat, dll.
7. Citra Persahabatan
Iklan televisi melakukan pencitraan terhadap persahabatan. Sebagaimana yang tergambarkan pada iklan deodoran, atau produk kecantikan untuk kalangan remaja.
- Baca juga : Metode FGE dalam Penelitian Kualitatif (Focus Group Are Effective)
- Baca juga : Teknik Pengumpulan Data Kuesioner dalam Penelitian Kuantitatif
8. Citra Seksisme dan Seksualitas
Melihat realitas sosial sehari-hari, seksisme dan seksualitas merupakan hal yang amat menarik dibicarakan oleh individu. Seperti iklan kopi, pasta gigi, dan minuman berenergi.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai 8 jenis citra yang sering ditonjolkan dalam siaran televisi. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Baca juga : Bagaimana Cara Mapping Teori dalam Pemilihan Fokus Penelitian