Tanggal:22 November 2024

7 Penyebab dan Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah, Kok Bisa?

Bahasa adalah jati diri bangsa merupakan slogan yang mungkin sering kamu dengar. Jika bahasa adalah sebuah jati diri yang oleh KBBI dimaknai sebagai ciri-ciri, gambaran, identitas, inti, jiwa, spirit, atau daya gerak sebuah bangsa, maka punahnya bahasa berarti punahnya jati diri bangsa tersebut.

Kursus online IELTS Vocasia

Bagaimana kondisi bahasa daerah di Indonesia? Akankah bertahan atau malah mendapatkan ancaman kepunahan? Temukan jawabannya pada penjelasan di bawah ini!

Baca juga: Hal-hal yang Dibutuhkan dalam Penelitian

Bagaimana Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia?

Keadaan Bahasa Daerah Indonesia. Sumber: pexels.com

Keragaman bahasa daerah adalah salah satu ciri khas dari Indonesia. Memiliki ratusan bahasa ternyata ada beberapa bahasa yang di antaranya berada dalam kondisi kritis atau sangat terancam punah. Dilansir dari indonesiabaik.id, kondisi ini telah disebutkan dalam penelitian dalam pemetaan dan pelindungan bahasa daerah di Indonesia yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1991-2017.

Lebih spesifik disebutkan adanya empat bahasa daerah yang berada dalam kondisi kritis atau sangat terancam di antaranya Bahasa Reta (Kab. Alor, NTT), Bahasa Saponi (Kab. Waropen, Papua), Bahasa Ibo (Kab. Halmahera Barat), dan Bahasa Maher (Pulau Kisar, Maluku). Selain itu, adapun bahasa daerah yang terancam punah yang tersebar di lima wilayah Indonesia antara lain NTT (Nedebang), Sumatera (Bajau Tungkal, Lematang), Maluku (Hulung, Samasuru), Sulawesi (Ponosakan/Ponosokan, Konjo, Sangihe Talaud, Minahasa/Gorontalo), dan Papua (Mander, Namla, Usku, Maklew/Makleu, Bku Mansim Borai, Dubu, Irarutu, Podena).

Dilansir dari kompas.com, Badan Bahasa sejak tahun 2011-2019 juga menyediakan data kajian yang menunjukkan bahwa adanya kepunahan pada sebelas bahasa daerah di Indonesia antara lain didominasi oleh bahasa daerah di Maluku yakni: (1) Bahasa Kajeli/Kayeli, (2) Bahasa Piru, (3) Bahasa Moksela, (4) Bahasa Palumata, (5) Bahasa Ternateno, (6) Bahasa Hukumina, (7) Bahasa Hoti, (8) Bahasa Serua, dan (9) Bahasa Nila. Adapun bahasa daerah yang berasal dari Papua yakni Bahasa Tandia dan Bahasa Mawes.

Kondisi tersebut membuat Badan Bahasa Kemendikbud melakukan kategori terhadap status bahasa daerah Indonesia menjadi kategori aman (masih dipakai oleh semua anak dan semua orang dalam etnik tersebut), rentan (semua anak-anak dan kaum tua menggunakan bahasa daerah tetapi jumlah penutur sedikit), kemunduran (sebagian penutur anak-anak, kaum tua, dan sebagian penutur anak-anak lain tidak menggunakan bahasa daerah), terancam punah (semua penutur 20 tahun ke atas dan jumlahnya sedikit, sementara generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri), kritis (penutur bahasa daerah berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit), dan punah (tidak ada lagi penutur bahasa daerah).

Melalui penggambaran kondisi bahasa daerah di Indonesia juga berkaitan dengan upaya pembelajaran muatan lokal di setiap sekolah untuk menanggulangi kondisi terancamnya bahasa daerah di Indonesia. Namun, hal tersebut sepenuhnya dilakukan sehingga masih terbatas dan ditambah dengan generasi muda yang kebanyakan tidak lagi menuturkan bahasa daerah di sekolah, rumah, maupun lingkungan pertemanan di sekitarnya karena faktor lain seperti modernitas. 

Adapun UNESCO (2003) menggolongkan enam tingkat keadaan bahasa berdasarkan penilaian vitalitas atau daya hidup bahasa. Dua diantara tingkatan tersebut yaitu terancam dan sangat terancam. Bahasa yang terancam disebut sebagai akibat anak-anak tidak lagi menggunakan bahasanya di rumah sebagai bahasa ibu, sedangkan bahasa yang sangat terancam karena bahasa itu hanya digunakan antar generasi tua, tetapi tidak kepada anak-anak.

UNESCO juga memberi perkiraan sekitar 3.000 bahasa lokal akan punah di akhir abad ini karena terlihat hanya separuh dari jumlah bahasa yang dituturkan oleh penduduk dunia saat ini yang masih akan eksis menjelang tahun 2100. Sejalan dengan hal tersebut tahun 1999, UNESCO menetapkan Hari Bahasa Ibu setiap 21 Februari. Penetapan hari bahasa ibu dapat menjadi kesadaran suatu bangsa untuk menjaga bahasa ibu kepada generasi penerus pada setiap bangsa.

Baca juga: Franchise Tahu Susu Cihuni

Penyebab Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah 

Kondisi Bahasa Daerah Terancam Punah. Sumber: unsplash.com

Dilansir dari gatra.com, memuat informasi langsung saat webinar “Talk to Scientists” dari peneliti Masyarakat dan Budaya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakni Obing Katubi dengan menyebutkan adanya faktor penyebab kepunahan bahasa daerah antara lain sebagai berikut.

1. Faktor penaklukan 

Faktor penaklukan dapat didasarkan dengan penaklukan ekonomi, budaya, maupun politik. Proses penaklukan ini berpengaruh terhadap kepunahan bahasa daerah sebab adanya aspek yang membuat suatu hal dirasa tertinggal secara perlahan. Penaklukan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahasa di belahan dunia lain pun bernasib sama. 

2. Faktor pagebluk atau epidemi

Pagebluk dalam KBBI dimaknai sebagai wabah (penyakit): epidemi. Pagebluk juga bisa memusnahkan suatu bahasa apabila penutur suatu bahasa jumlahnya sedikit. Hal ini juga dikhawatirkan terjadi pada bahasa-bahasa di Indonesia bagian timur karena jumlah penutur bahasanya tidak sebanyak penutur bahasa daerah seperti Bahasa Jawa dan Sunda.

Bayangkan saja jumlah penutur Bahasa Jawa kurang lebih berkisar 70 juta jiwa, tetapi melihat ironisnya jumlah penutur bahasa daerah di Indonesia bagian timur hanya 100 sampai dengan 1000 orang, bahkan ada juga yang tinggal puluhan orang. Jika komunitas tersebut terkena pagebluk atau penyakit yang sangat mematikan, bahasa dan kebudayaan pun akan berpotensial terancam punah.

Baca juga: Kata Sinonim Bahasa Inggris

3. Tekanan ekonomi

Ekonomi juga bisa membuat sekelompok penutur bahasa meninggalkan bahasa daerahnya. Hal tersebut kemudian terjadi karena sekelompoknya lebih memilih untuk menjadi penutur bahasa lainnya yang secara ekonomi bisa lebih menguatkan kedudukan sosio-ekonomi mereka.

4. Kontak bahasa dan budaya

kontak bahasa dan budaya yang meleburkan bahasa banyak terjadi di Indonesia timur. Karena kontak bahasa dan budaya, akhirnya suatu kelompok penutur bahasa menggunakan lingua franca yang sering digunakan, seperti bahasa Melayu-Papua, Melayu-Alor, Melayu-Kupang, dan Melayu-Ambon.

Baca juga: Alasan Bahasa Inggris menjadi Bahasa Internasional

5. Politik bahasa

Politik bahasa dalam hal ini contohnya adalah anak-anak pelajar dilarang menggunakan bahasa daerah mereka di sekolah. Jika menggunakan bahasa daerah, mereka akan mendapatkan hukuman. Hal tersebut malah akan berakibat buruk karena nantinya bahasa daerah malah dianggap tidak penting dan tidak ada gunanya.

Seharusnya, dalam praktik di Sekolah Dasar (SD) level bawah perlu dijunjung tinggi penggunaan bahasa daerah yang baik dan benar. Tidak perlu ada larangan ataupun imbauan yang membuat siswa enggan menggunakan bahasa daerah sehari-hari selama penggunaannya baik dan sopan. 

6. Sikap keengganan 

Sikap negatif atau sikap tak peduli dari kelompok penutur bahasa terhadap bahasa yang terancam punah biasanya terjadi karena adanya stereotip negatif tertentu dari kelompok penutur bahasa lain terhadap bahasa yang eksistensinya terancam. Oleh sebab itu, membangun toleransi dan menghargai masing-masing bahasa daerah perlu dibangun oleh setiap kalangan masyarakat.

7. Loyalitas kelompok penutur

Sikap dan loyalitas dari kelompok penutur bahasa itu sendiri merupakan kebalikan dari poin sebelumnya yaitu keharusan untuk bersikap positif dan loyal pada setiap kelompok penutur bahasa. Meski jumlah penuturnya sedikit, bisa meredam kepunahan suatu bahasa dengan adanya peningkatan sikap positif. Sebaliknya, jika jumlahnya banyak, tapi kemudian penuturnya tidak menunjukkan sikap loyal terhadap bahasa daerahnya, kepunahan bahasa tersebut tidak dapat dielakkan lagi.

Baca juga: Kosakata Bahasa Inggris dan Cara Membacanya beserta Artinya

Demikian penjelasan mengenai kondisi bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Yuk tetap gunakan bahasa daerah sesuai tempat tinggalmu masing-masing agar tidak terancam punah!

Ingin membaca artikel menarik lainnya? Kamu bisa klik tautan berikut. Jangan lupa ikuti kami di Instagram untuk mengetahui update dan informasi terbaru yang pastinya sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang kamu miliki!

Vocasia adalah salah satu platform edukasi secara online yang bersertifikat dengan menyediakan banyak pelatihan keahlian di berbagai macam bidang dan tentunya kamu berkesempatan untuk belajar bersama mentor-mentor berpengalaman!

Nikmati segala penawaran khusus di Vocasia berupa potongan harga untuk mengikuti berbagai kelas online agar kamu semakin mahir dalam berbagai kemampuan! Segera temukan kursus terbaru yang cocok untuk kamu hanya dengan klik tautan berikut.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *