Ketika menekuni bisnis online, pasti kamu pernah mengalami kasus di mana website online rame, tetapi penjualannya masih sepi. Jika mengalami kondisi ini, sudah saatnya kamu untuk menerapkan conversion rate optimization atau CRO dengan lebih baik. Conversion rate optimization adalah upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang melakukan konversi.
Nah, konversi adalah tindakan pengunjung yang sesuai dengan harapan dari pemilik website. Contoh konversi antara lain pengunjung dapat membuat akun di website, berlangganan newsletter dengan memberikan data diri lengkap, hingga membeli produk atau layanan yang ditawarkan.
Lalu, bagaimana cara agar bisa meningkatkan konversi pada website bisnis online? Artikel ini akan membahasnya secara lengkap mulai dari pengertian CRO, hingga manfaat dan langkah melakukan optimasi pada website.
Apa itu CRO (Conversion Rate Optimization)?
Secara umum, conversion rate optimization adalah upaya dalam meningkatkan pengalaman pengunjung agar lebih interaktif dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar setiap pengunjung dapat memberikan tindakan terhadap produk atau layanan yang kita tawarkan dalam website.
Sebagai pelaku bisnis online, mengetahui berapa conversion rate sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar kamu mengetahui parameter kesuksesan serta menentukan target lebih tinggi ke depannya.
Cara menghitungnya cukup mudah, yakni dengan membagi jumlah pengunjung yang melakukan konversi dengan total pengunjung pada sebuah halaman website kemudian kalikan 100.
Misal, jumlah pengunjung website berjumlah 5000 pengunjung dan pembelian yang terjadi sebanyak 50. Maka kamu bisa menghitung conversion rate dengan cara membagi 50 terhadap 5000 kemudian kalikan 100 persen, hasilnya adalah satu persen. Artinya, persentase konversi website adalah sebanyak satu persen.
Apa saja Manfaat Conversion Rate Optimization?
Memahami CRO dapat membantu kamu mendapatkan pengunjung yang lebih banyak. Selain itu, ada beberapa manfaat utama dari CRO ini. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Meningkatkan Keuntungan
Pemilik bisnis pasti ingin mendapatkan keuntungan dari produk yang dijual. Nah, untuk meningkatkan penjualan melalui website, teknik CRO ini bisa menjadi solusi yang tepat. Faktanya sudah banyak yang membuktikan bahwa penjualan mereka dapat meningkat setelah melakukan optimasi pada strategi CRO yang dilakukan.
Sebagai gambaran, jika kamu menjual produk dengan harga Rp 50.000. Dari seratus pengunjung website, lima diantaranya membeli produk tersebut. Jika laba tiap produknya sebesar Rp 25.000, keuntungan penjualannya adalah Rp 125.000 dengan conversion rate 5%.
Jika kamu berhasil menaikkan conversion rate menjadi 10%, artinya akan ada 10 orang yang membeli produk dengan total laba bisnis menjadi Rp 250.000.
2. Memudahkan Memahami Konsumen
Jika pengunjung website banyak dan hanya sedikit yang membeli, artinya kamu perlu mencari tahu penyebabnya dengan CRO. Kamu bisa melakukan analisa tentang bagaimana pengunjung berinteraksi dengan website dan apa yang mereka harapkan darinya.
Misal, jika pengunjung batal membeli produk pada tahapan check out, bisa saja karena tahapannya yang tidak sederhana. Jadi, cobalah membuat alur belanja yang lebih sederhana. Jika perlu, lakukan beberapa ujicoba lain untuk lebih memahami kondisi proses tersebut.
Ketika alur website bisa lebih baik, funnel marketing website tentu akan lebih efektif untuk meningkatkan konversi.
3. Mengurangi Cost per Acquisition (CPA)
Mendatangkan pengunjung website dengan menerapkan strategi marketing merupakan hal yang penting. Namun, lebih penting lagi untuk membuat mereka mau bertransaksi. Sebab, cost per acquisition (CPA) akan lebih rendah.
Ketika kamu mengeluarkan biaya Rp1.000.000 untuk mendatangkan 10.000 pengunjung ke halaman sebuah produk. Ternyata hanya ada 1.000 orang yang akhirnya membeli produk. Artinya dengan conversion rate 10%, biaya mendapatkan konsumen (CPA) tersebut sebesar Rp.1000.
Jika conversion rate-nya ditingkatkan menjadi 15%, CPA-nya akan menjadi Rp1.000.000 : 1500 = Rp 667. Maka kamu hanya memerlukan Rp 667 untuk satu orang pengunjung. Lebih rendah, bukan?
4. Berdampak Positif terhadap SEO
Search engine optimization atau SEO adalah u[aya mengoptimalkan website agar mendapatkan peringkat teratas pada hasil pencarian Google. Nah, SEO dan CRO akan saling berkaitan.
Penerapan SEO yang baik akan membuat website mendapatkan lebih banyak pengunjung yang sesuai dengan model bisnis yang dijalankan. Dengan melakukan CRO, pengunjung akan merasa nyaman karena isi website sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Selain itu, pengalaman pengunjung pada website akan memuaskan.
Kesesuaian isi dan kualitas pengalaman pengunjung merupakan faktor yang menjadi pertimbangan Google dalam menentukan peringkat website. Dengan CRO yang baik, maka peringkat website pada Google pun akan meningkat.
5. Menghasilkan Pelanggan Tetap
CRO tidak hanya akan meningkatkan pembelian, namun juga loyalitas pelanggan. Misal, setelah melakukan pembelian pertama, kamu bisa menawarkan promo produk yang relevan kepada konsumen tersebut.
Cara tersebut sangat penting sebagai bagian dari layanan untuk pelanggan. Namun, kamu perlu menyesuaikan dengan hasil riset dalam proses CRO agar efisien dan tepat sasaran.
Persiapan Sebelum Melakukan Conversion Rate Optimization
Conversion rate optimization adalah upaya untuk menambah jumlah transaksi dari jenis konversi agar bisnis yang telah dibangun bisa terus berkembang. Banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan ketika menerapkan strategi conversion rate optimization. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menerapkan strategi ini.
1. Tools Optimasi
Langkah awal yang wajib kamu lakukan ketika akan melakukan CRO adalah analysis tools dan platform untuk testing. Tools analysis ini akan terhubung dengan website untuk bisa memantau data pengunjung. Bisa berupa jumlah pengunjung, ataupun aktivitas yang lainnya di website kamu.
Dengan informasi yang didasarkan data dari tools analysis ini, kamu bisa tahu conversion rate halaman website. Dengan demikian, secara otomatis kamu juga bisa melihat halaman mana saja yang konversinya paling sedikit.
2. Tim Optimasi
Jika kamu telah menyiapkan tools analysis, sekarang saatnya memilih tim optimasi yang sesuai. Tim optimasi ini terdiri dari:
- CRO manager: bertugas merancang strategi CRO dan memantau pelaksanaannya.
- Data analisis: Memuat data setiap pengunjung.
- Web designer: Bertugas membuat tulisan untuk website.
- Web developer: Bertugas membuat coding untuk website.
Namun, bagaimana jika bisnismu belum besar dan belum memiliki tim optimasi di atas? Kamu masih bisa melakukan conversion rate optimization dengan langkah-langkah di bawah ini!
Baca juga| People Management Adalah: Pengertian, Manfaat, Dan Skill
9+ Langkah Conversion Rate Optimization
Untuk menjalankan conversion rate optimization, kamu harus menerapkan langkah-langkah berikut ini.
Langkah 1: Tentukan Fokus Anda
Dalam melakukan CRO, kamu tidak bisa mengoptimalkan semua hal sekaligus. Kamu harus menentukan masalah yang ingin diatasi terlebih dahulu, misal:
- Homepage tidak menciptakan kesan pertama yang baik pada pengunjung website.
- Informasi di halaman produk kurang menjelaskan produk dengan baik, atau tidak menampilkan ulasan.
- Tombol call to action untuk mengajak pengunjung membeli, berlangganan, atau membuat akun, tidak terlihat jelas.
- Konten blog tidak sesuai untuk pengunjung website, misalnya kamu membagikan tips perawatan rambut, padahal tidak menjual produknya.
- Tulisan dan desain landing page gagal mendorong pengunjung untuk membeli atau berlangganan.
Idealnya, kamu fokus di penyebab utama kenapa website kurang menghasilkan konversi. Untuk bisa menentukannya, kamu bisa membuat alur evaluasi dengan pertanyaan berikut ini:
- Mengapa jumlah pengunjung website tidak meningkat?
- Apa penyebab banyaknya jumlah pengunjung yang pergi setelah mengakses homepage?
- Halaman produk dikunjungi banyak orang namun pembeli masih sedikit, apa penyebabnya?
Agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kamu perlu tahu apa yang terjadi saat konsumen akan bertransaksi. Caranya adalah dengan memahami funnel marketing.
Langkah 2: Pahami Funnel Marketing Bisnis
Funnel marketing adalah tahapan yang dilalui konsumen ketika berinteraksi dengan bisnis yang kamu jalankan. Mulai dari mengenal bisnis hingga menjadi pelanggan.
Setiap jenis bisnis memiliki panjang funnel marketing yang berbeda. Ada yang memiliki tahapan banyak, namun ada juga yang sedikit. Contoh funnel marketing yang sederhana biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu:
- Awareness: Konsumen baru mengenal bisnismu.
- Consideration: Konsumen mulai menimbang-nimbang produk yang kamu pasarkan.
- Decision: Konsumen siap membeli produk kamu.
Dengan memahami funnel marketing kamu akan mengetahui hal apa saja yang menghambat konversi pada tiap tahap. Dengan demikian, kamu bisa menentukan strategi marketing yang tepat untuk mendorong konsumen ke tahap selanjutnya.
Misal, ketika kamu menemukan banyak orang berhenti pada tahap consideration. Bisa jadi penyebabnya karena mereka tidak puas dengan produk yang kamu jual. Solusinya adalah kamu perlu melakukan survey kepada konsumen.
Nantinya feedback dari konsumen bisa menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas produk. Kemudian, komentar positif dari konsumen bisa dijadikan testimoni positif untuk mengundang lebih banyak pembeli.
Langkah 3: Pahami Matriks Penting yang Berhubungan
Conversion rate optimization adalah upaya untuk menambah jumlah transaksi dari jenis konversi agar bisnis yang telah dibangun bisa terus berkembang. Agar conversion rate optimization lebih optimal, gunakanlah matriks untuk memantau performa strategi search engine marketing secara keseluruhan.
Ada beberapa jenis matriks yang bisa kamu gunakan, diantaranya adalah:
- Website traffic metric: Mengukur performa kunjungan website.
- Engagement metric: Mengukur interaksi audiens di kanal pemasaran yang kamu gunakan.
- Conversion metric: Mengukur banyaknya konversi.
- Revenue metric: Menganalisis jumlah pendapatan dari penjualan produk.
Untuk mengetahui matriks tersebut, kamu bisa menggunakan tools seperti Google Analytic yang bisa memberikan informasi secara otomatis.
Langkah 4: Lakukan Benchmarking Data
Ketika kamu telah mengetahui matriks yang relevan dengan bisnis, selanjutnya adalah melakukan benchmarking data dengan kompetitor.
Benchmarking data adalah proses membandingkan skor matriks pada website kamu dengan milik beberapa perusahaan lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui posisi bisnis kamu dalam persaingan.
Untuk melakukan benchmarking data, kamu membutuhkan riset pasar. Contohnya dengan membaca statistik pasar dan melakukan survey lapangan. Setelah itu, kamu bisa mengumpulkan hasil riset dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:
Contoh tabel tersebut dapat memudahkan untuk membandingkan skor matriks dengan milik kompetitor. Dengan demikian, kamu bisa mengetahui matriks apa saja yang perlu ditingkatkan agar menghasilkan lebih banyak konversi.
Misal, penjualan kompetitor di industri tersebut ternyata 10% lebih tinggi. Artinya, kamu masih harus melakukan beberapa perbaikan, contohnya adalah:
- Merapikan informasi produk agar konsumen memahami manfaat produk.
- Menampilkan ulasan pelanggan sebagai testimonial.
- Memperjelas tombol call to action agar konsumen tidak bingung.
- Meningkatkan kecepatan loading halaman agar konsumen tidak perlu menunggu.
Langkah 5: Tentukan Target Sesuai Benchmark
Setelah mengetahui skor matriks, kamu akan mengetahui hal apa yang perlu ditingkatkan. Hal itu akan membantu untuk menentukan target conversion rate optimization.
Agar target bisnis jelas, kamu perlu merumuskannya ke dalam contoh poin-poin berikut:
- Tujuan utama: Meningkatkan jumlah pembelian di halaman produk.
- Definisi kesuksesan: semua engagement metric lebih unggul dari kompetitor.
- Matriks kesuksesan: Bounce rate 2%, Average Time on Page 52s, Pageviews per Session 2 Pages/session, Impression 1.2M.
- Target: Meningkatkan jumlah pembelian di halaman produk sebesar 15% dengan memberikan engagement yang lebih baik dari kompetitor.
Baca juga| Business To Government Adalah: Pengetian, Kelebihan, Dan Contohnya
Langkah 6: Jalankan Solusi Terbaik
Conversion rate optimization adalah upaya jangka panjang. Namun, kamu tetap bisa menerapkan solusi terbaik saat ini untuk menaklukkan hambatan konversi, seperti:
- Menggunakan channel marketing yang sesuai dengan target pasar.
- Bagi kamu yang menggunakan website, mengoptimalkan kecepatan loading website adalah hal yang penting agar pengunjung bisa memilih produk dengan lancar.
- Menerapkan copywriting adalah pilihan yang tepat agar pengunjung semakin tertarik dengan penawarannya.
- Memperjelas tombol call to action sehingga pengunjung tahu harus mengklik bagian untuk membeli produk.
- Membuat panduan checkout untuk menghindari kebingungan saat pembelian.
- Memberikan promo untuk mendorong pembelian.
- Menampilkan testimoni, review, atau trust signal lainnya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
Langkah 7: Pantau dan Tingkatkan Performa Website Sesuai Metrik yang Ditentukan
Jika sudah melakukan solusi tersebut, kamu bisa mengetahui efektivitasnya dengan melakukan conversion tracking. Tujuannya yaitu untuk mengukur kinerja pemasaran secara umum.
Untuk melakukannya, kamu membutuhkan Google Analytic untuk menampilkan matriks seperti overal traffic dan bounce rate. Setelah melakukan conversion tracking, bandingkan skor pada website dengan matriks kesuksesan yang telah ditentukan pada langkah nomor 5.
Misal, jika bounce rate halaman produk masih lebih dari 2%, dapat disimpulkan upaya optimasi yang dilakukan masih belum berhasil.
Langkah 8: Lakukan Riset untuk Mendapatkan Insight Lebih Dalam
Conversion rate saja tidak akan cukup untuk mengukur CRO yang telah dilakukan. Kamu juga harus melakukan riset perilaku pengguna pada website untuk mengetahui apa yang menyebabkan jumlah konversi tidak sesuai dengan target yang ditentukan.
Ketika riset tersebut bahwa banyak pengunjung halaman produk tidak mengetahui harus mengklik bagian mana untuk membeli produk. Maka, penyebabnya adalah tombol call to action pada halaman tersebut kurang terlihat jelas. Ada beberapa cara riset pasar yang bisa kamu terapkan, diantaranya adalah:
- Heatmap
Kamu bisa melakukan visualisasi tindakan pengunjung pada halaman website. Misalnya dengan klik, scroll, dan gerakan kursor. Cara ini akan cocok untuk mengetahui elemen website apa saja yang menarik perhatian pengunjung.
- Scroll Map
Selanjutnya adalah scroll map, cara ini memiliki kemiripan dengan heatmap. Namun, fokus scroll map adalah pada seberapa jauh pengunjung menyimak halaman website. Dengan demikian, kamu bisa mengetahui ketika ada elemen penting yang letaknya terlalu jauh di bawah halaman.
- Visitor Recordings
Cara ini adalah versi lebih canggih dari heatmap. Visitor recordings akan merekam seluruh kegiatan pengunjung website dalam bentuk video. Kamu bisa menganalisis perilaku pengunjung secara mendetail melalui rekaman tersebut.
- Form Analysis
Selanjutnya adalah form analysis. Sesuai dengan namanya, cara ini digunakan untuk memantau efektivitas formulir. Jika konversi yang kamu inginkan berupa pengumpulan formulir atau pembuatan akun, form analysis adalah cara yang tepat.
- Website Survey
Cara website survey akan menggunakan pendekatan personal, yaitu meminta feedback langsung ke pengunjung website. Untuk melakukannya, kamu bisa menampilan pop-up atau halaman yang berisi kolom feedback.
Ketika menerapkan cara-cara riset seperti di atas, kamu akan membutuhkan tools untuk memaksimalkannya. Berikut adalah beberapa contoh tools yang bisa kamu gunakan:
- VWO
- Hotjar
- FullSession
- HubSpot
Tools-tools di atas berbayar, namun kamu bisa mendapat demo-nya atau mencobanya dengan gratis.
Langkah 9: Tentukan Hipotesis
Dengan data-data yang telah diperoleh melalui tahapan di atas, kamu bisa membuat hipotesis atau dugaan sementara tentang upaya CRO yang telah dilakukan. Untuk membuat hipotesis, kamu bisa menggunakan formula: “Saya percaya X akan berdampak pada X karena X”, contohnya adalah:
- Saya percaya bahwa pengunjung lebih tertarik mengklik tombol call to action dengan teks perintah karena terdapat unsur persuasif yang lebih kuat.
- Saya percaya bahwa meningkatkan kecepatan situs akan mengurangi bounce rate karena informasi akan tampil lebih cepat.
Kamu akan mendapatkan beberapa hipotesis dan perlu mengujinya untuk memastikan bahwa dugaan itu benar.
Untuk menguji semuanya secara sekaligus akan memerlukan banyak waktu dan tenaga. Oleh karena itu, kamu perlu membuat prioritas hipotesis yang berdampak paling besar terhadap konversi. Caranya adalah membuat sistem skor dengan tiga faktor berikut ini:
- Potensi dampak: Halaman atau komponen website yang terburuk dan jika diperbaiki akan berdampak besar.
- Level kepentingan: Halaman website yang paling sedikit dikunjungi.
- Kemudahan: Potensi halaman website tersebut diubah atau menerapkan solusi yang ada.
Langkah 10: Lakukan Testing
Setelah menentukan beberapa hipotesis, selanjutnya adalah menguji performanya masing-masing. Ada dua jenis tes yang bisa kamu lakukan. yaitu A/B test dan multivariate test.
A/B test, atau split test adalah pengujian beberapa variasi sebuah halaman website secara bersamaan. Tujuannya adalah untuk melihat variasi mana yang menghasilkan lebih banyak konversi.
Berbeda dengan A/B test, multivariate test akan menentukan beberapa elemen halaman website dan membuat variasinya. Misal, kamu ingin mengubah header dan footer halaman. Kemudian, variasi-variasi itu diuji untuk mencari kombinasi elemen yang paling efektif.
Contohnya ketika kamu melakukan A/B test untuk halaman produk. Versi A menggunakan call to action bertuliskan “beli”, sedangkan Versi B bertuliskan “Masukkan ke Keranjang”.
Setelah melakukan testing, Versi B lebih unggul 10% dalam penjualannya dibandingkan dengan Versi B. Maka, kamu layak menggunakan Versi A. Dari hasil pengujian tersebut, kamu bisa menggunakannya untuk sementara waktu karena perilaku pengunjung website akan terus dinamis.
Itulah alasan mengapa conversion rate optimization harus dilakukan secara berkala.
Apa yang Perlu Dilakukan Setelah Mendapatkan Hasil Testing?
Langkah conversion rate optimization selanjutnya adalah melakukan pengelolaan website. Tujuannya, agar pengunjung tetap merasa terpuaskan ketika mengunjungi halaman website. Ada tiga jenis pengelolaan website yang bisa diterapkan, diantaranya adalah:
- Pengelolaan Mingguan
- Cek dan pastikan semua halaman dan link bisa diakses.
- Pastikan komponen-komponen website selalu update agar kinerjanya optimal.
- Jika memiliki blog, hapus komentar-komentar spam.
- Pengelolaan Bulanan:
- Pantau performa SEO website agar ranking website di Google stabil.
- Lakukan review konten website agar informasinya terus update.
- Cek kecepatan loading website agar pengunjung nyaman.
- Pengelolaan Kuartal
- Pastikan semua informasi kontak di website masih aktif agar pengunjung bisa terus terkoneksi dengan bisnis.
- Update desain website agar selalu sesuai dengan tren dan kebutuhan pengunjung.
- Periksa masa aktif domain website.
Selain itu, lakukan juga usability testing untuk melakukan evaluasi pengalaman pengunjung di website bisnismu. Yang tidak kalah penting adalah memantau dan mengevaluasi secara berkala conversion rate yang telah diperoleh.
Dengan metode-metode tersebut, kamu dapat menemukan masalah-masalah di website bisnismu dan melakukan evaluasi untuk meningkatkan conversion rate-nya.
Baca juga| Minimum Viable Product Adalah: Manfaat Dan Karakteristik
Nah, sekian informasi mengenai conversion rate optimization (CRO). Pada dasarnya conversion rate optimization adalah upaya untuk menambah jumlah transaksi dari jenis konversi agar bisnis yang telah dibangun bisa terus berkembang.
Caranya dengan meningkatkan pengalaman pengunjung agar lebih nyaman. Terutama dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti kecepatan akses dan keamanan website. Ketika kedua faktor tersebut telah dipenuhi, upaya conversion rate optimization akan lebih mudah.
Leave a Reply