Site icon Vocasia

Begini Nilai Pesan Moral Cerita Feature

Apa sih yang kamu ketahui tentang cerita feature ?. Secara umum, feature adalah suatu cerita atau karangan yang berpijak pada fakta-fakta, dan data yang telah diperoleh  dari proses jurnalistik. Dalam penulisan cerita feature tidak tunduk pada kaidah pola piramida terbalik dengan rumus 5W1H. Namun setiap karya dari cerita feature harus mengandung semua unsur yang terdapat 5W1H.

Sebuah karangan feature tentunya memiliki pesan moral didalamnya. Berdasarkan Buku Jurnalistik Indonesia (2017). Berikut dibawah ini adalah penjelasan secara lengkap mengenai pesan moral dari sebuah cerita feature. Simak dibawah ini yuk!

Nilai Pesan Moral Cerita Feature

Tidak setiap peristiwa berita layak diangkat menjadi carita feature. Sama halnya tidak setiap feature mengandung bobot dan nilai berita seperti yang disyaratkan dalam teori dan kaidah baku jurnalistik. Karena feature masuk dalam family atau keluarga besar berita. Maka nilai dasar (news value) sebuah feature, pertama-tama haruslah mengacu pada sebelas kriteria umum nilai berita. Keluarbiasaan (unusualness), akibat (impact), aktual (timeliness), kedekatan (proximity), informasi (information), konflik (conflict), orang penting atau ternama (prominence). Ketertarikan manusiawi (human interest), kejutan (surprising), dan seks (sex).

Di sini cukup ditegaskan, apa pun cerita feature yang ditulis. Ia harus memiliki bobot nilai berita (news value) yang layak muat, layak siar, atau layak tayang (saleable). Serta, ia harus menarik sekaligus menyangkut kepentingan sebagian terbesar khalayak. Jika tidak, cerita feature itu hanya cocok untuk koleksi pribadi. Selain itu, setiap cerita feature harus membawa atau dapat melahirkan pesan moral tertentu. Dari pesan moral itu, khalayak dapat memetik pengalaman dan pelajaran berharga tentang kehidupan. Pesan moral feature disampaikan dalam dua cara. Pertama dinyatakan secara tersurat melalui penuturan reporter secara langsung (manifest message). Kedua dinyatakan secara tersirat melalui jalan cerita, tokoh, karakter, plot, suasana, dan setting atau lokasi peristiwa. Maka, feature menyatu dalam keseluruhan materi dan jalan cerita.

Pesan moral feature misalnya kegigihan dalam perjuangan. Kejujuran di tengah kebatilan. Keikhlasan dalam mengulurkan tangan. Kesabaran dalam menerima berbagai cobaan dan ujian. Serta kesanggupan dalam memetik hikmah dan pelajaran dari setiap musibah (negatif) dan anugerah (positif). Adanya kandungan pesan moral tertentu inilah yang membuat cerita feature dimasukkan sebagai karya jurnalistik sastra bermutu tinggi. Bukan sekadar cerita peristiwa-berita biasa. Namun sekaligus juga juru bicara peradaban, dan sebuah pelita kehidupan.

Anatomi Cerita Feature

Sebagai sebuah cerita, feature memiliki anatomi atau susunan kerangka cerita yang tidak sulit dan rumit. Sederhana sekali. Susunan bangunan cerita feature terdiri atas: judul, intro, perangkai tubuh, dan penutup. Bahkan secara garis besar, susunan feature terbagi dalam tiga bagian saja: pembukaan, penceritaan, penutup. Bagian pembukaan disebut intro. Sedangkan bagian penceritaan, dinamakan tubak cerita. Pada bagian inilah cerita dikembangkan. Sementara bagian penutup, lazim disebut juga klimaks.

Sebagai bahan bandingan berita ditulis dengan teknik melaporkan, menggunakan pola piramida terbalik, dan merujuk kepada rumus 5WIH. Pesan disusun dimulai dari informasi paling penting sampai dengan informasi yang kurang dan tidak penting. Informasi terpenting dinyatakan pada bagian atas yang disebut lead (teras berita). Sedangkan, informasi kurang dan tidak penting ditempatkan pada bagian bawah yang disebut leg (kaki). Secara teknis, bila dianggap terlalu panjang, berita pada bagian bawah bisa dipotong kapan saja. Tanpa mengganggu keseluruhan isi berita.

Teknik dalam Cerita Feature

Bagaimana dengan teknik cerita feature? Cerita feature ditulis dengan menggunakan teknik mengisahkan. Selain itu, menurut teori jurnalistik sastra, sebagai sebuah cerita kreatif yang berpijak kepada fakta objektif. Feature tidak dapat ditulis dengan menggunakan pola piramida terbalik. Asumsinya jelas dan tegas, bagian bawah feature tidak berarti tidak penting dan bisa dibuang kapan saja. Namun feature justru sebaliknya. Bagian penutup sama pentingnya dengan bagian intro. Jadi, bagian penutup tidak bisa dipenggal atau dipotong begitu saja. Untuk mudahnya, seperti tampak pada gambar, pola khas feature ini sebut saja pola bejana seimbang. Walau ditulis dengan teknik mengisahkan dan menggunakan pola bejana seimbang. Setiap cerita feature tetap harus mengandung unsur siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (5W1H).

Jika salah satu atau apalagi beberapa unsur dari keenam unsur itu tidak dijumpai pada feature, maka feature tersebut dinamakan cacat teknis. Dalam perspektif jurnalistik. Setiap karya cacat teknis yang sifatnya elementer, tidak boleh diturunkan untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan. Ibarat pesawat, ia dikategorikan tidak layak terbang. Keselamatan penerbangan bagaimanapun harus diutamakan. Sifatnya mutlak, tanpa kompromi. Tak bisa ditawar-tawar lagi.
Nah, itu tadi penjelasan secara lengkap mengenai nilai pesan moral dalam sebuah cerita feature. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kamu, dan jangan lupa berikan komentar dibawah ini ya!

Exit mobile version