Site icon Vocasia

Brand Dilution: Apa Itu, Penyebab, Contoh Beserta Cara Menghindarinya

Kalau kamu membuka usaha, hal apa yang paling mungkin akan kamu lakukan? Menggencarkan promosi? Memproduksi produk-produk berkualitas? Atau mungkin mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya dengan memperluas target konsumen? Semua itu merupakan upaya yang seringkali dilakukan brand-brand untuk meningkatkan brand awareness serta penjualan produk. Namun, apa jadinya jika merek yang kamu miliki justru mengalami brand dilution dan berdampak pada penurunan penjualan?

Waduh, gawat banget kan kalau sampai kejadian! Maka dari itu, yuk kita pahami bersama apa sih brand dilution itu beserta dengan penyebab, contoh nyatanya, hingga cara menghindarinya!

Apa itu Brand Dilution?

Melansir dari Indeed, brand dilution adalah pelemahan, kemunduran, hingga kehancuran merek yang disebabkan oleh perluasan atau ekspansi merek yang berlebihan sehingga hal ini berakibat pada menurunnya value merek tersebut. Sederhananya, brand dilution terjadi ketika merek melakukan perluasan atau pengembangan yang terlalu berlebihan bahkan cenderung tidak wajar. Hal ini seringkali terjadi saat sebuah merek mengeluarkan sebuah produk yang tidak sesuai dengan nilai utama yang dijunjung oleh merek tersebut.

Pengertian Brand Dilution (Sumber: freepik.com)

Sebagai contoh, sebuah merek yang selama ini memproduksi produk perawatan rambut natural tiba-tiba mengeluarkan produk pemutih sintetis karena ingin mengikuti tren dan memperluas pasar. Hal ini tentunya akan memunculkan kebingungan bagi konsumen serta menurunkan loyalitas mereka terhadap brand karena nilai yang telah melenceng dari konsep awal yang diusung oleh merek. Situasi ini tentunya sangat berbahaya dan harus dihindari oleh perusahaan lantaran dapat menurunkan minat konsumen hingga angka penjualan.

Penyebab Brand Dilution

Penyebab utama yang menimbulkan terjadinya brand dilution ialah kepercayaan diri merek yang terlalu berlebih. Ketika brand merasa sudah cukup banyak dikenal dan memiliki banyak penggemar setia, bukan hal yang salah jika merek ingin memperluas target pasar dan merilis produk-produk baru untuk menggaet lebih banyak pelanggan. Namun, kepercayaan diri yang terlalu tinggi ini dapat menjadi bumerang yang bisa membuat brand ditinggalkan konsumennya.

Penyebab Brand Dilution (Sumber: freepik.com)

Baca juga: Social Media Branding: Pengertian, Manfaat, dan Fungsi!

Secara lebih rinci, penyebab yang umumnya menjadi pemicu brand dilution adalah ketika brand merilis produk yang tidak sesuai dengan nilai awal yang dimiliki brand. Penyebab lainnya ialah ketika brand meluncurkan banyak produk dalam waktu yang bersamaan sehingga mengurangi kualitas produk secara keseluruhan. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar terjadinya brand dilution yang membuat brand ditinggalkan konsumennya.

Contoh Brand Dilution

Contoh nyata brand dilution yang dialami oleh sebuah brand ialah apa yang dialami oleh salah satu merek ponsel yang sangat terkenal pada masanya, yakni Nokia. Nokia sendiri merupakan salah satu merek ponsel yang menjadi penguasa pasar handphone di Indonesia sejak awal kemunculan ponsel genggam hingga mulai ditinggalkan sejak melejitnya BlackBerry OS dan Android OS pada kisaran tahun 2012 hingga 2014.

Ponsel Nokia Zaman Dulu (Sumber: freepik.com)

Sebagai salah satu merek yang menguasai pasar telekomunikasi, Nokia menjadi brand rujukan yang namanya dikenali oleh hampir semua orang. Jangankan penggemar setia, orang yang masih awam dengan telepon genggam pun akan langsung merujuk merek ponsel tersebut jika ingin membeli handphone. Namun, masa kejayaan Nokia runtuh saat mereka salah mengambil langkah dalam bisnisnya.

Pesaing Nokia pada kala itu melakukan berbagai inovasi seiring dengan semakin berkembangnya zaman. Mulai dari Apple yang meluncurkan IOS serta Iphone, BlackBerry yang meluncurkan BlackBerry OS yang menjadi pesaing kuat bagi Nokia serta Samsung yang mengusung OS Android besutan Google. Kala itu, banyak yang menilai bahwa android memiliki prospek yang paling cerah di antara yang lain lantaran merek-merek lain berbondong-bondong menelurkan smartphone android.

Bukannya merilis ponsel smartphone berbasis android seperti para pesaingnya, Nokia justru bertahan dan terlalu percaya diri dengan OS Symbian yang mereka kembangkan. Model ponsel dengan desain ala BlackBerry yang dipadukan dengan jeroan OS Symbian pun mulai banyak diproduksi dan bermunculan kala itu. Sebenarnya, saat itu (tahun 2010-an) Nokia masih cukup kuat lantaran banyak yang masih setia menggunakan merek tersebut serta OS yang mereka usung.

Baca juga: Mengenal Lobi Sebagai Strategi Branding

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena penjualan yang semakin menurun. Di saat merek ponsel lain seperti Sony, Cross, Smartfren, dan lainnya mulai beralih ke android, Nokia justru mengambil langkah yang pada akhirnya membuat merek mereka hancur dan dilupakan. Langkah yang membuat mereka mengalami brand dilution yang cukup parah ialah dengan menggunakan Windows sebagai OS bawaan. Lantaran melakukan inisiasi sendiri dan enggan mengekor pabrikan ponsel lain untuk menggandeng Google dengan OS android, Nokia pun semakin ditinggalkan dan bahkan sempat absen dari pasar handphone. 

Mereka sempat kembali ke pasar ponsel internasional dengan mengeluarkan smartphone android dengan tipe Nokia X pada 2014 silam. Namun, Nokia tidak menyediakan playstore atau layanan Google lain pada ponselnya sehingga handphone tersebut tidak cukup sukses di pasaran. Hingga saat ini Nokia sudah cukup jarang terdengar lantaran kemunculan brand-brand ponsel kuat lainnya seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan sebagainya.

Cara Menghindari Brand Dilution

Waduh, etelah membaca contoh di atas kamu pasti sudah bisa memperkirakan betapa menyeramkan brand dilution itu. Merek yang sudah terkenal di seantero dunia seperti Nokia pun bisa mengalami hal tersebut jika tidak berhati-hati, loh! Oleh karena itu, kamu perlu melakukan penelitian dan analisis menyeluruh untuk mengembangkan brand kamu. Selain itu, kamu juga perlu mempertimbangkan semua komponen gagasan serta ide dan target pasar supaya inovasi yang nantinya akan kamu buat tidak hanya sesuai dengan minat pasar, tetapi juga dengan identitas brand kamu.

Secara lebih rinci, berikut ini adalah tips yang bisa kamu lakukan agar brand kamu terhindar dari brand dilution.

  1. Prioritaskan Value

Di samping memperluas pasar, hal paling utama yang perlu dilakukan oleh brand adalah memegang teguh value proposition yang sedari awal kamu tawarkan serta menjadi inti dari merek kamu. Selain itu, sebaiknya kamu juga mengedepankan konsumen yang loyal serta berusaha mempertahankan loyalitas mereka dengan pelayanan terbaik. Pelanggan yang loyal merupakan kunci yang dapat menghindarkan kamu dari brand dilution.

Hal yang juga perlu diperhatikan adalah kamu dan brand-mu tidak boleh sembarangan dalam menentukan produk atau layanan yang ingin ditawarkan. Cobalah untuk memastikan terlebih dahulu bahwa produk atau layanan yang hendak kamu luncurkan sejalan dengan misi, nilai, reputasi, visi, serta image yang dimiliki oleh merek.

  1. Buat Entitas yang Berbeda

Jika kamu merasa cukup serius untuk mengembangkan produk atau layanan baru yang sedikit berbeda dengan nilai brand kamu saat ini, kamu bisa mengembangkan usaha baru menjadi entitas yang berbeda dengan tetap berada di bawah perusahaan induk yang sama. Sebagai contoh, Paragon awalnya memperkenalkan Wardah sebagai produk kecantikan halal yang aman dengan target utamanya adalah wanita-wanita muslim. 

Baca juga: Cara Membuat Brand Skincare Sendiri dengan Modal Murah

Saat perawatan kulit dan kecantikan mulai populer di kalangan remaja, Paragon tidak bereksperimen dengan Wardah melainkan mengeluarkan brand Emina yang menggunakan brand image yang lebih ceria dan bahan-bahan yang sesuai dengan target pasarnya, yakni remaja dan anak muda. Hal ini dapat kamu terapkan dan bisa menjadi cara untuk melakukan uji pasar dan konsumen pada produk baru.

  1. Perkenalkan Produk Secara Perlahan

Menggunakan Teknik Branding yang Tepat (Sumber: freepik.com)

Masyarakat membutuhkan waktu untuk bisa menerima sesuatu yang baru. Sebaiknya kamu dan brand memperkenalkan produk atau layanan baru secara perlahan dengan menggunakan strategi yang tepat. Jangan terlalu terburu-buru dan melakukan perombakan atau produksi besar-besaran agar kualitasnya tetap terjaga da tidak mengecewakan konsumen. Kamu bisa memulai dengan skala kecil atau melakukan uji coba terlebih dahulu. Selain itu, kamu juga bisa memberikan wadah bagi mereka untuk memberikan kritik dan masukan agar produk baru tersebut lebih siap untuk diluncurkan di pasaran.

  1. Komunikasikan Brand

Kamu perlu memastikan KOL atau Key Opinion Leader yang merepresentasikan perusahaan telah mengetahui dan memahami pesan serta nilai yang nantinya akan dibawa ke konsumen serta masyarakat luas. Pastikan mereka mampu menjembatani perusahaan dengan masyarakat agar produk dan brand dapat diterima dengan baik oleh semua orang.

Selain tips di atas, hal terpenting yang perlu kamu lakukan ialah membuat konten promosi yang mampu memperkenalkan dan menarik minat orang untuk menjadi konsumen di brand yang kamu miliki. Caranya? Tentu saja dengan kemampuan membuat konten yang baik dan menarik. Tingkatkan engagement serta pembelian melalui konten berkualitas dengan mengikuti kursus berikut ya!

Exit mobile version