Salah satu faktor penting dalam pembentukan opini publik adalah adanya pemimpin opini (opinion leader) dan kepemimpinan opini (opinion leadership). Kepemimpinan opini adalah kepemimpinan oleh pengguna pengguna media yang lebih rendah. Biasanya pemimpin opini dijunjung media aktif yang menafsirkan makna pesan media atau konten untuk tinggi. Oleh orang-orang yang menerima pendapatnya.
Baca Juga : Apa itu Massa, Publik, dan Bagaimana Kepentingan Publik dibentuk?
Opinion Leader Berdasarkan Perspektif para Ahli
Menurut Lasswell (1979), terdapat tiga bentuk pengaruh kelompok yaitu attention area, public area, dan sentiment area. Attention area, merupakan bidang di mana perhatian individu sesuai dengan masyarakat. Perhatian ini dipengaruhi oleh pengalaman sendiri, tetapi yang menjadi pokok persoalan bagaimana seseorang mengambil tindakan. Terhadap sesuatu persoalan yang sama atau berbeda dengan tindakan masyarakat.
Public area, yaitu bidang yang memberi pengaruh terhadap seseorang. Karena adanya keterikatan psikologis yang amat kuat antara kelompok dan individu. Dengan keterikatan ini, seseorang merasa sangat terikat oleh kelompoknya. Sehingga ia tidak suka menyeleweng dari tindakan-tindakan yang sesuai dengan norma-norma yang mengikat kelompok. Sedangkan sentiment area adalah sesuatu yang dalam diri seseorang terdapat ikatan-ikatan yang sangat sukar untuk dijelaskan dan hanya dirasakan kebenarannya. Sentiment area merupakan bidang yang lebih besar pengaruhnya terhadap seseorang.
Lasswell (1979) juga memperkenalkan apa yang disebut activity and organization area. Sebagai dasar dari pembentukan filter konseptual (daya saring) seseorang. Hal ini dimaksudkan bahwa sikap atau tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh keaktifan seseorang dalam kelompok organisasinya. Artinya, semakin aktif seseorang dalam kelompok organisasinya maka pengaruh kelompok semakin kuat pada dirinya.
Pengaruh Opinion Leader dalam Proses Pembentukan Opini Publik
Dapat dipahami bahwa sebagian standar nilai-nilai hidup manusia diperoleh dari kelompok dan lingkungan sosialnya. Individu cukup yakin bahwa nilai-nilai dan norma-norma dari kelompoknya sangat memiliki ketertiban dan keserasian dalam hidup berkelompok. Justru itu, ketaatan kepada nilai-nilai dan standar kelompok serta masyarakat perlu diwujudkan. Agar keserasian dalam kehidupan sosial tetap terpelihara dan tetap lestari.
Ketiga bidang tersebut tergolong dalam psychological area manusia, dan akan menentukan. Serta merupakan symbolic area dari pengalaman dan pengaruh masyarakat atas diri seseorang. Bidang ini akan menentukan relasi atau sistem hubungan sosial dengan diri seseorang serta pengaruh masyarakat. Sehingga menjadi bagian dari kerangka referensinya. Semakin terikat seseorang akan kelompoknya, semakin besar pula pengaruh kelompok tersebut atas diri orang itu. Juga semakin identik serta sama kerangka referensinya dengan masyarakat yang melingkupinya.
Kelompok ini pun memiliki daya pengikat kepada anggota-anggotanya. Hal inilah yang disebut dalam ilmu jiwa sosial group cohesiveness. Daya pengikat kelompok inilah kemudian menjadi penentang utama pengaruh dari luar kelompok. Dalam proses komunikasi, khususnya komunikasi politik. Disebutkan bahwa jika ada stimulus yang mengandung nilai-nilai menyentuh individu, responnya dibuat dalam kelompok. Pesan yang merangsang dievaluasi dalam kelompok, khususnya, dan masyarakat, umumnya. Jadi, pada dasarnya sikap seseorang selalu diukur dengan mengacu kepada kelompok primernya.
Di sinilah posisi social control menemukan eksistensinya. Kontrol sosial memberikan sorotan setiap saat pada individu warganya. Setiap orang cenderung untuk taat pada kontrol sosial. Manusia pada umumnya tidak ingin dicela apalagi dihukum oleh masyarakatnya maupun kelompoknya. karena baginya kelompok dan masyarakatnya mempunyai nilai-nilai yang tinggi untuk hidupnya. Hal ini merupakan kecenderungan umum pada diri manusia.
Klasifikasi Individu Khalayak dalam Komunikasi Politik
Meskipun individu yang menerima pesan. Sesungguhnya pengaruh kelompok dan masyarakat sangat melekat serta memberi pengaruh besar pada efek dari suatu pesan. Terutama yang disalurkan melalui media massa. Dalam hal ini, penelitian tentang publik atau khalayak tidak mengindividualisasikan, tetapi mengklasifikasikan khalayaknya. Ada beberapa klasifikasi individu khalayak dalam komunikasi politik, yaitu sebagai berikut.
1. Tipe Rasional
Pada hakikatnya, tipe rasional adalah individu yang rasional. Yaitu orang yang selalu dapat mengambil keputusan bila dihadapkan pada sejumlah opsi. Dengan memilih opsi secara sadar dan menyusun opsi-opsi secara transitif. Selain itu, orang yang rasional juga memilih opsi yang tingkat referensinya paling tinggi dan mampu mengambil keputusan yang sama. Demikian juga orang yang rasional aktif dalam mengikuti pembicaraan politik, rajin berdiskusi dan mencari informasi politik. Serta bertindak berdasarkan prinsip yang bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk.kepentingan umum. Selain itu, orang yang rasional juga mampu bersikap, berpendapat, dan bertindak secara konsisten dalam menghadapi tekanan serta kekuatan politik.
2. Tipe Reaktif
Individu yang memiliki keterkaitan emosional dengan partai politik dan menjadikan partai politik sebagai sumber utama referensinya. Semakin kuat ikatan partai, semakin besar pula daya.seleksinya dalam menghadapi pengaruh dari luar.
3. Tipe responsif
Adalah individu yang mudah berubah dengan mengikuti waktu, peristiwa politik, dan kondisi-kondisi sesaat. Meskipun memiliki kesetiaan kepada partai, afiliasinya ternyata tidak mempengaruhi perilakunya dalam pemilihan. Hubungannya dengan partai lebih rasional.
4. Tipe aktif
Merupakan individu yang terlibat aktif menafsirkan peristiwa, isu, partai, atau personalitas. Dengan menetapkan dan menyusun maupun menerima serangkaian pilihan yang dihadapkan kepadanya.
Selain itu, terdapat pula klasifikasi khalayak berdasarkan kelas, seperti kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Khalayak politik, khususnya calon pemberi suara dalam pemilihan umum, mempersepsikan citra diri kelas (strata). Artinya, rakyat akan memberikan suaranya kepada partai atau kandidat dengan mengacu pada kelas sosial tersebut. Tempat mereka mengidentifikasikan diri dan menganggap dirinya sebagai anggotanya.
Hal yang sama dapat juga ditentukan pada klasifikasi yang lain. Seperti kelompok buruh, pengusaha, tani, nelayan, cendekiawan, agamawan, perempuan, pemuda, dan sebagainya. Kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok kepentingan yang memiliki kebutuhan dan kepentingan yang dijaga serta dilindunginya.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai pengaruh opinion leader dalam proses pembentukan opini publik. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa cek postingan artikel lainnya, ya!
Baca Juga : 5 Program Kerja Public Relation dalam Suatu Organisasi
Leave a Reply