Pernah dengar pengertian Sunny 16 Rule? Mungkin ada di antara kamu yang tidak pernah tahu apa itu yang dimaksud dengan Sunny 16 Rule. Dalam fotografi di zaman orang-orang masih menggunakan kamera analog (35mm film), sistem metering, focusing di kamera masih tidak secanggih saat ini.
Maka dari itu, beberapa orang yang “jeli” dan “tekun” mempelajari bagaimana memotret secara efektif agar exposure-nya tepat di saat cuaca cerah (Sunny). Maka muncullah, rumus pintar Sunny 16 Rule tersebut.
Nah, untuk kamu penggemar fotografi atau seorang fotografer pemula yang ingin mempelajari setting exposure yang tepat, agar hasil potretmu menjadi lebih bagus, yuk simak penjelasan mengenai Sunny 16 Rule berikut ini.
Baca juga: 8 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Apa itu Sunny 16 Rule?
Pengertian Sunny 16 Rule adalah salah satu cara untuk memperkirakan exposure secara tepat tanpa menggunakan pengukur cahaya (light meter). Sunny 16 Rule juga sering disebut aturan sunny 16.
Jadi, aturan Sunny 16 adalah kondisi di mana kamu memotret di luar ruangan pada matahari terik (sunny) dengan menggunakan bukaan diafragma f/16 pada shutter speed 1/125 dan ISO 100.
Aturan Sunny 16 ini, dahulu biasanya dipakai dalam penentuan exposure, ketika fotografi masih menggunakan film seluloid dan lightmeter kamera. Pada saat itu tentu masih belum sebagus kamera sekarang.
Baca juga: 10 Rekomendasi Kamera untuk Pemula di 2022
Apakah Masih Relevan Menggunakan Sunny 16 Rule?
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, ada gambar matahari, awan, dan beberapa tulisan bukaan diafragma.
Artinya ketika matahari terik atau sedikit berawan pada kondisi daratan berpasir atau bersalju, kamu dapat menggunakan bukaan lensa f/16 dan shutter speed 1/125 detik. Kemudian pada kondisi matahari terang atau sedikit berawan, kamu bisa menggunakan bukaan f/11.
Pada kondisi langit berawan yang membuat benda-benda tidak mempunyai bayangan di daratan, gunakanlah bukaan f/5.6. Pada kondisi langit yang sangat mendung atau kondisi matahari terhalang bangunan, bisa menggunakan bukaan f/4.
Aturan tersebut berlaku ketika menggunakan ISO 100. Kemudian pada beberapa referensi, bukaan diafragma f/4 biasa digunakan ketika kondisi matahari terbenam.
Baca juga: Cara-Cara Kamu Untuk Menjadi Fotografer Profesional!
Asal Rumus Aturan Sunny 16
Bagaimanakah asalnya sehingga tercetus aturan sunny 16 atau Sunny 16 Rule? Asalnya yaitu dari rumus di bawah ini:
Di mana N adalah nilai relatif dari bukaan diafragma, dan t adalah shutter speed dalam satuan detik. Pada kondisi nilai shutter speed 1 detik dan bukaan diafragma f/1.0, maka nilai Exposure Value (EV) adalah nol (0).
Kemudian pada kondisi langit terik, nilai Exposure Value-nya adalah 15 pada ISO 100. Jika dihitung menggunakan rumus tersebut, akan menghasilkan nilai f/16 pada shutter speed 1/125 detik.
Baca juga: Sejarah dan awal mula lahirnya teknik Fotografi
Tantangan Ketika Menggunakan Kamera Analog
Jika kamu sampai saat ini masih menggunakan kamera analog manual, tantangan terbesarnya adalah menentukan setting saat pemotretan agar tidak terjadi under atau over exposure yang berlebihan.
Dengan isi film hanya sekitar 36 shoot per-rol film, tentunya penempatan polisi setting segitiga exposure yang tepat akan menjadi hal yang sangat penting, karena hasil foto tidak bisa dilihat secara langsung.
Untuk itu ada sebuah aturan yang dikenal dengan nama “SUNNY 16”, yang dalam Bahasa aslinya berbunyi:
The basic rule of thumb states that if you have a clear, sunny day and your aperture is at f/16, whatever ISO you are using, your shutter speed will be the reciprocal value of that ISO value (ISO X = 1/X seconds shutter speed)
Dalam hal ini yang jadi patokan adalah cuaca yang cerah (Sunny) dan kamu gunakan bukaan diafragma f/16, berapapun ISO yang digunakan, shutter speed harus sama dengan rumus ISO x = 1/x.
Baca juga: Daftar Kamera Analog Terbaik dan Harganya Tahun 2022
Nah, itulah penjelasan mengenai pengertian Sunny 16 Rule beserta seluk beluknya. Gimana, sudah mengenal Sunny 16 Rule sekarang? Jika kamu pengguna Digital-SLR penasaran untuk mencobanya, bisa dilakukan dengan kamera dan lensa apa pun juga.
Hal tersebut juga dapat menjadi salah satu patokan untuk menentukan bukaan diafragma dan speed dalam pemotretan. Namun untuk lebih serunya, dapat dicoba dengan menggunakan kamera Digital – SLR tetapi dengan lensa manual seri analog. Semoga tulisan ini bermanfaat, ya!
Leave a Reply