Secara umumnya, pers memiliki 2 arti, yaitu arti sempit, dan arti luas. Dalam artian yang lebih sempit, pers merujuk pada media cetak berkala. Media cetak berkala ini seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Sementara dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala. Melainkan mencakup lebih luas lagi, yaitu media elektronik auditif, dan media audiovisual berkala. Contoh dari media audio visual berkala yakni radio, televisi, film, dan media online internet. Jadi pers dalam arti yang lebih luas bisa juga disebut sebagai media massa.
Berdasarkan Buku Jurnalistik Indonesia (2017). Berikut adalah penjelasan mengenai tiga jenis tipologi pers. Apa sajakah itu? Simak lebih lanjut dibawah ini, yuk!
- Baca Juga : Arti, Definisi, dan Karakteristik Feature
- Baca Juga : 4 Ciri Utama Cerita Feature, Lengkap Beserta Penjelasannya
3 Tipologi Pers
Apakah Anda punya pendapat tentang citra pers dewasa ini?. Ada yang menganggap pers kita sudah larut dalam iklim dan irama kapitalisme global. Dalam kapitalisme global, pers tidak berbeda dengan sebuah perusahaan yang senantiasa mengejar keuntungan maksimal dengan investasi minimal. Dengan logika industri dan perusahaan, apa pun akan disajikan pers selama hal itu bisa dijadikan sebagai komoditas.
Ada juga yang berpendapat pers kita sudah berada di luar jalur, yang dalam bahasa Jawa disebut kebablasan. Demi pers, apa pun ditulis, dilaporkan, diberitakan, disebarluaskan. Kemerdekaan pers akhirnya berubah drastis dari semula mengundang simpati, tetapi ternyata akhirnya malah menjadi pemicu gelombang antipati. Untuk mengenali lebih jauh masalah ini, kita dapat menganalisis pers berdasarkan kualitas dan wilayah sirkulasinya. Menurut Djen Amar (1984:31-32), kualitas pers dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pers Berkualitas
Penerbitan pers berkualitas memilih cara penyajian yang etis, moralis, intelektual. Pers berkualitas benar-benar dikelola secara konseptual dan profesional walaupun orientasi bisnisnya tetap komersial. Dalam pers jenis ini serius dalam segala hal dengan mengutamakan pendekatan rasional institusional. Materi laporan, ulasan, dan tulisan pers berkualitas termasuk berat. Sangat dihindari pola dan penyajian pemberitaan yang bersifat emosional frontal.
Segala sesuatu dilihat menurut pandangan, aturan, norma, etika, dan kebijakan yang sudah baku. Serta terbukti aman bagi kepentingan dan kelangsungan kemajuan perusahaan. Selain itu, pers jenis ini sangat meyakini pendapat kualitas, dan kredibilitas media hanya bisa diraih melalui pendekatan profesionalisme secara total. Penerbitan pers berkualitas, ditujukan untuk masyarakat kelas menengah atas.
2. Pers Populer
Pada penerbitan pers populer memilih cara penyajian yang sesuai dengan selera zaman. Cepat berubah-ubah, sederhana, tegas-lugas, enak dipandang, mudah dibaca, kaya warna, dan sangat kompromistis dengan tuntutan pasar. Selain itu, pers jenis ini menyukai pilihan kata, ungkapan, idiom, atau judul yang diambil dari dan sedang populer dalam masyarakat. Kemudian, pers populer sangat menekankan nilai serta kepentingan komersial. Dalam pengamatan Amar (1984), penerbitan pers populer memilih cara penyajian dan pendekatan yang kurang etis, emosional (bombastis), dan kadang kadang sadistis.
Dalam pandangan pers populer, segala sesuatu bisa dilakukan atau bisa diubah demi pemenuhan kebutuhan dan kepuasan khalayak pembaca. Materi laporan, tulisan, dan ulasan pers populer umumnya ringan. Biasanya, pers populer lebih banyak dimaksudkan untuk memberikan informasi dan rekreasi (hiburan). Sasaran pembaca pers populer adalah kalangan menengah-bawah. Baik dilihat dari sisi status sosial maupun diteropong dari kacamata strata intelektual.
3. Pers Kuning
Disebut pers kuning, karena penyajian pers jenis ini banyak mengeksploitasi warna. Segala macam warna ditampilkan untuk mengundang perhatian. Penataan judul sering tak beraturan, tumpang-tindih. Pilihan kata tak diperlukan, karena pers kuning tak menganut pola penulisan judul dan pemakaian kata yang benar dan baik. Apa pun bisa dipakai dan dicoba. Bagi pers kuning, kaidah baku jurnalistik tak diperlukan. Berita tak harus berpijak pada fakta, tetapi bisa saja didasari ilusi, imajinasi, dan fantasi.
Sementara itu, pers kuning menggunakan pendekatan jurnalistik SCC. Singkatan dari sex, conflict, crime (seks, konflik, kriminal). Berita, laporan, atau tulisan sekitar seks, konflik dan kriminal, selalu mendominasi pers kuning pada setiap edisi terbitan.
Di Dalam bahasa kalangan budayawan, pers kuning lebih banyak mengangkat persoalan dan gambar berselera rendah. Selain itu, pers kuning tak bisa dipercaya karena opini dan fakta sering disatukan, dibaurkan, dikaburkan, bahkan diputarbalikkan. Karena pers kuning lebih banyak ditujukan kepada masyarakat pembaca kelas bawah.
Maka dari itulah, menurut Amar (1984), pers jenis ini sering bersifat sensasional meledak-ledak. Dengan demikian, jika seorang wartawan menyusun berita, memuat gambar atau foto, dan memberi komentar. Alhasil mudah sekali dibedakan. Apakah wartawan tersebut termasuk kelompok penerbitan berkualitas, penerbitan populer, atau penerbitan pers kuning.
Nah, itu tadi penjelasan secara lengkap mengenai tiga jenis tipologi pers dalam jurnalistik. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu. Jangan lupa komen, dan cek postingan artikel yang lainnya, ya!