Dewasa ini, storytelling menjadi salah satu komponen penting yang ada dalam melakukan strategi pemasaran atau marketing. Pada dasarnya, storytelling adalah kemampuan seseorang dalam menceritakan sesuatu kepada para pendengarnya.
Namun, storytelling tidak hanya sebuah kemampuan untuk bercerita atau mendongeng. Kemampuan ini merupakan sebuah alat yang penting bagi seorang marketer atau pemasar untuk mau menarik hati para calon pelanggan atau konsumennya.
Berdasarkan fakta tersebut, tak heran bila teknik ini sering digunakan oleh berbagai profesi, mulai dari content writer hingga product manager sekalipun. Nah, maka dari itu, penting juga untuk kamu mengetahui apa yang dimaksud dengan storytelling. Baik untuk menambah wawasan, serta juga bisa untuk mendukung perkembangan kariermu.
Yuk, simak rangkuman kami mengenai definisi, fungsi, struktur, hingga proses dari storytelling berikut ini!
Baca juga: Perbedaan Content Writer dan Content Creator
Definisi Storytelling
Storytelling terdiri dari dua kata, yaitu story yang berarti ‘cerita’ dan telling berarti ‘penceritaan’. Singkatnya, storytelling adalah kegiatan menyampaikan cerita. Orang yang melakukan storytelling disebut dengan storyteller (pencerita, pendongeng). Secara tradisional, storytelling ini dilakukan secara lisan.
Mengutip Hubspot, storytelling adalah suatu upaya dalam menghimpun data dan juga cerita, agar bisa disampaikan pada para pembaca atau pendengar untuk membuat mereka tertarik dengan apa yang sedang kamu tawarkan. Cara ini bisa digunakan saat ingin menawarkan atau mengiklankan suatu produk barang atau jasa dengan kata-kata atau cerita.
Tidak hanya menggunakan lisan, storytelling juga bisa dilakukan dengan bantuan beberapa alat dan media. Seperti misalnya; penulis yang menggunakan media kertas atau buku atau bahkan blog untuk menuangkan ceritanya, musisi yang menggunakan lagu untuk bercerita, bahkan para designer yang menggunakan media pakaian untuk bercerita.
Storytelling juga biasanya digunakan para guru dalam metode belajar khususnya belajar bahasa Inggris agar mereka lebih mudah mencerna materi. Dan tak hanya itu saja, teknik storytelling ini pun sering digunakan dalam presentasi bisnis, lho.
Baca juga: Kenali Storyboard dan Cara Membuatnya untuk Memasarkan Produkmu!
Fungsi Storytelling
- Storytelling berfungsi untuk menambah kosa kata, frasa, hingga pandai merangkai kalimat yang enak untuk didengar dan dibaca.
- Storytelling berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi. Hal ini dikarenakan pembaca atau pendengar pasti akan fokus terhadap cerita yang sedang dibawakan secara lisan atau tertulis.
- Storytelling berfungsi untuk menambahkan wawasan seseorang. Ketika mendengarkan atau membaca storytelling pasti akan ada wawasan baru yang didapat, sehingga menghadirkan sudut pandang baru juga dalam menilai suatu masalah.
- Storytelling berfungsi untuk meningkatkan rasa senang seseorang, baik itu melalui storytelling secara lisan atau melalui media. Dengan meningkatkan rasa senang, maka rasa seseorang akan lupa dengan rasa sedihnya.
- Storytelling berfungsi untuk memperoleh nilai moral yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Begini Nilai Pesan Moral Cerita Feature
Struktur Storytelling
1. Orientation
Struktur pertama ini dinamakan orientation, yang di mana storyteller akan memberikan informasi yang berasal dari pertanyaan agar pembaca atau pendengar penasaran dengan storytelling seperti apa yang akan dihadirkan.
Pada struktur ini, akan dijelaskan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita beserta karakternya. Selain itu, ketika masuk pada struktur ini, akan dijelaskan juga kapan suatu peristiwa terjadi hingga di mana peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain pada struktur orientation bisa dibilang sebagai tahap pengenalan.
2. Complication
Struktur kedua dari storytelling adalah complication. Pada struktur ini, seorang tokoh atau beberapa tokoh mulai menghadapi berbagai macam konflik yang membuat pembaca atau pendengar seolah-olah merasakan konflik tersebut.
Pada umumnya, struktur complication akan berisi tentang adanya gesekan antara tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Dari gesekan-gesekan yang terjadi itulah, maka hadir sebuah konflik dalam cerita. Konflik ini berbagai macam jenisnya, tetapi berdasarkan teori yang ada, konflik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu natural conflict, psychological conflict, dan social conflict.
3. Resolution
Struktur ketiga dari storytelling adalah resolution. Struktur ini terletak pada bagian akhir cerita. Setiap akhir cerita pasti berisi tentang penyelesaian dari konflik-konflik yang terjadi. Setiap tokoh yang ada di dalam cerita akan menemukan sebuah penyelesaian.
Dengan kata lain, konflik para tokoh diredakan, sehingga memunculkan akhir cerita yang menyenangkan atau akhir cerita yang menyedihkan. Akhir cerita yang menyenangkan sering disebut dengan istilah happy ending story dan akhir cerita menyedihkan sering disebut dengan istilah sad ending story.
Baca juga: Cara Mudah Menulis Cerpen Untuk Pemula
Proses Storytelling yang Efektif
1. Kenali Audiens
Tahapan pertama yang harus dilalui adalah mengenali audiens yang akan mendengarkan ceritamu. Beberapa hal yang perlu diketahui antara lain usia, tingkat pendidikan, dan berbagai referensi dari audiens tersebut. Mengetahui beberapa hal dasar tersebut akan membantumu dalam memilih gaya bercerita, pemilihan bahasa, dan sebagainya. Kamu pun dapat menghasilkan storytelling yang baik dan menarik.
2. Tentukan Pesan Inti
Penting untuk menentukan pesan inti dalam cerita yang akan kamu sampaikan. Pasalnya, apabila terlalu panjang audiens juga akan merasa bosan. Sebaiknya, ringkas waktu dan kata-kata serta tentukan pesan inti yang ingin disampaikan.
3. Tentukan Call to Action (CTA)
Call to action atau CTA merupakan istilah yang kerap digunakan dalam marketing untuk menyebut ajakan kepada audiens untuk melakukan aksi. CTA dapat disampaikan melalui berbagai media, termasuk kalimat ajakan, gambar, tombol, dan sebagainya.
Dalam menyusun cerita, jangan lupa untuk menentukan aksi yang ingin kamu dapatkan dari audiens. Misalnya kamu ingin pendengar atau pembaca membeli produk, mengunjungi halaman web, dan sebagainya. Hal ini harus ditentukan secara pasti agar cerita yang disampaikan tidak sia-sia.
4. Tulis dan Bagikan
Proses terakhir yang harus kamu lakukan yaitu merangkai kalimat dan menyusunnya menjadi kesatuan cerita yang utuh. Masukkan pula hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya seperti pesan inti dan call to action (CTA).
Ketika cerita sudah selesai ditulis, sekarang waktunya untuk membagikannya kepada audiens. Untuk membagikannya, kamu dapat memanfaatkan berbagai media, seperti cerita langsung di depan audiens, melalui video, tulisan di media sosial, dan sebagainya.
Baca juga: Apa itu Content Creator dan Bagaimana Cara Membangunnya?
Kesimpulan
Itu dia penjelasan singkat mengenai definisi, fungsi, dan struktur serta proses dalam membuat storytelling. Saat ini, storytelling bukan hanya sekadar membawakan atau menyampaikan cerita saja, tetapi sudah bisa diterapkan pada dunia pendidikan yang dijadikan sebagai metode pembelajaran, hingga diterapkan pada dunia kerja atau bisnis untuk mempromosikan suatu produk.
Intinya komponen satu ini harus diterapkan dengan baik dan tepat oleh para pekerja, supaya dapat mengembangkan kualitas diri untuk jangka waktu yang panjang. Jadi, sudah memutuskan untuk memulai mengasah skill storytelling? Yuk, mulai latihan dari sekarang!
Leave a Reply