Tanggal:23 December 2024
ilustrasi belum hidup seutuhnya (pixabay.com)

5 Ciri Bahwa Belum Hidup Seutuhnya, Jangan Sia-siakan Hidupmu!

Konsep rasional dalam sebuah pandangan mengenai hidup seutuhnya itu ya harus seimbang antara apa-apa yang saling berlawanan, ya. Contoh sederhananya seperti keseimbangan antara apa yang kamu kerjakan dengan apa yang kamu hasilkan, nih. Dimana ketika seseorang berlebihan dalam mengejar progresif untuk hidupnya secara jangka panjang, ternyata yang terjadi justru kehidupannya menjadi tak rasional, lho. Mengapa bisa demikian? Simak langsung bukti-bukti penjelasannya di bawah ini, ya.

1. Selalu bekerja keras meskipun weekend tiba

Ilustrasi tak hidup seutuhnya (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Iya sih untuk memetik hasil yang maksimal itu perlu bekerja keras. Yang mana sesuai dengan istilahnya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil, ya. Maka dari itu, bekerja keras adalah salah satu wujud progresif dalam mencapai sebuah tujuan besar, nih. Eitss tapi nih artinya juga bukan bekerja keras sampai tak mengenal waktu, ya. Ingat bahwa hidup itu harus seimbang, lho. Rasionalnya, kehidupan itu seimbang dengan adanya kesedihan dan kebahagiaan.

Lantas, untuk alasan apa bekerja keras hingga tak ada hari untuk beristirahat? Hal tersebut jelas tak seimbang dan ketidakseimbangan itu merugikan dirimu sendiri, lho. Lebih lanjutnya, alasan rasional dari adanya hari libur itu untuk apa? Ya, untuk istirahat sejenak dari segala usaha atau masalah besar yang tengah kamu perjuangan dengan bekerja keras.

Baca juga : 7 Tips Self Improvement Untuk Meningkatkan Kualitas Diri

2. Selalu menomorsatukan kualitas daripada kuantitas

ilustrasi tak hidup seutuhnya (pixabay.com/1388843)

Seberapa penting sih kualitas atas suatu hal itu? Rasanya semua orang menganggapnya penting, bahkan sangat penting, ya. Dengan mengutamakan kualitas maka keinginan kita atau hasil yang kita diharapkan bisa begitu memuaskan, nih. 

Dari hal tersebut, tak jarang orang yang progresif lebih mengutamakan kualitas dibandingkan dengan sekadar kuantitas. Mungkin untuk beberapa kasus bisa diterapkan bahwa kualitas itu di atas segala-galanya dari kuantitas. Namun, tak bisa selamanya selalu mementingkan kualitas saja. Dimana secara rasional, keseimbangan itu perlu terjalin antara kualitas dan kuantitas supaya hasilnya lebih maksimal.

Contoh sederhananya nih, untuk bisa menurunkan berat badan apakah hanya satu kali olahraga dengan kualitas yang tinggi itu sudah cukup? Jelas tidak. Dimana hasilnya akan terlihat maksimal saat kamu menyeimbangkan antara kuantitas dengan kualitas olahragamu.

Meskipun dengan kualitas yang tinggi terkadang hasilnya bisa langsung terlihat dalam sekali waktu. Namun, satu hal yang pasti bahwa segala sesuatu yang instan itu ya akan instan pula hilangnya. Di mana kalau mau mempertahankan sesuatu yang hasilnya instan karena berkualitas tinggi itu ya harus terus-menerus melakukan perawatan. Nah, dari ilustrasi tersebut artinya balik lagi pada keseimbangan antara kualitas dan kuantitas, ya! 

Baca juga : 5 Kegiatan Ini Bisa Membangun Self Awareness (Kesadaran Diri)

3. Selalu menerapkan mindset kebutuhan di atas keinginan

ilustrasi tak hidup seutuhnya (pixabay.com/vdnhieu)

Memang sih kebutuhan itu pemenuhannya lebih penting daripada sekadar memenuhi keinginan-keinginan yang mungkin tak seberapa bermanfaat. Dengan begitu, orang yang progresif juga berpandangan serupa untuk mengindari keinginan atas hal-hal yang cuma menyia-nyiakan tenaga, waktu, bahkan secara finansial.

Namun, bagaimana dengan selalu mengabaikan keinginan dengan dalih kebutuhan itu jauh lebih penting? Rasanya cukup tak adil, nih. Hal tersebut karena pemenuhan keinginan itu untuk kebahagiaan dirimu sendiri, lho. Dimana saat kamu memiliki kemampuan untuk mewujudkannya, maka tak ada alasan untuk sesekali merealisasikan keinginan yang bukan kebutuhanmu itu. Ingat bahwa hanya sesekali saja, bukan untuk menjadi kebiasaan sehari-hari.

Kalau selalu mementingkan sisi keinginan atau kebutuhan saja, hidupmu jadi tak rasional karena pada satu sisi terlalu progrsif tapi sisi satunya justru kamu tak menikmati apa yang sebenarnya kamu mampu. Jadi, seimbangkan antara kebutuhan dan keinginan adalah jalan keluarnya.

Baca juga : 6 Tips Memiliki Rasa Percaya Diri Berani Mengambil Keputusan

4. Terlalu Berlebihan dalam Memperhatikan Kelemahan dan Kesalahan

ilustrasi tak hidup seutuhnya (pixabay.com/lukasbieri)

Siapa sih yang tak mau mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya? Rasanya semua orang menginginkannya, ya. Oleh karenanya, seseorang yang progresif dengan tujuan menjadi orang sukses, selain mengembangkan kelebihannya juga akan berusaha keras untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahannya. 

Sebenarnya sih hal tersebut tidak salah dan tujuannya juga sangat baik untuk masa depanmu. Tapi, pernah gak sih kamu berpikir bahwa setiap manusia itu punya batasannya masing-masing? Coba pikirkan. Makna dari batasan tersebut yakni secara rasional bahwa dengan sekuat apapun kamu mempertaruhkan segalanya kalau memang sudah sampai titik paling ujung ya kamu bisa apa? Jangan buang-buang tenaga, waktu, bahkan finansialmu untuk hal besar yang realitanya tak mampu kamu gapai.

5. Memaksa memperbaiki hidup dengan keluar dari zona nyaman

ilustrasi hidup tak seutuhnya (pixabay.com/Free-Photos)

Pernah gak sih kamu terpikirkan untuk keluar dari zona nyamanmu? Rasanya zona itu tak membuatmu progresif saat di dalamnya. Hal tersebut karena orang-orang itu yang mungkin juga kamu merasa bahwa zona nyamanmu itu tak memberikan keuntungan apapun dalam hidup. 

Tapi, apakah kamu sudah yakin bahwa zona nyamanmu itu bukan pintu dari kebaikan masa depanmu? Coba pikirkan baik-baik daripada kamu terjerumus masuk pada zona tak nyaman dengan dalih ingin memperbaiki hidup padahal aslinya kuncinya berada pada zona nyaman yang telah kamu tinggalkan.

Apakah kamu tak kepikiran untuk memperluas atau mengembangkan zona nyamanmu saja daripada harus memaksa masuk pada zona yang tak membuatmu nyaman? Ingat bahwa passion itu sejatinya berada dalam zona nyaman, lho. Mengapa demikian? Karena passion itu tentang apa yang kamu kuasai bahkan kamu sukai, ya itu artinya saat kamu menjalankan kehidupannya kamu sedang berada di zona nyamanmu.

Lantas untuk alasan rasional yang seperti apa kamu bersikeras keluar dari zona nyaman? Jika karena di dalamnya kamu merasa tak progresif atau jadi memiliki banyak kekurangan yang harus diperbaiki dengan jalan keluar dari zona nyaman, apakah kamu yakin saat berada di luar zona nyaman itu tak akan menemui kekurangan atau masalah yang lebih besar lagi? Secara rasional sih hal tersebut sangat mungkin untuk terjadi karena ya dengan berada di zona nyaman saja kamu bermasalah apalagi saat keluar dari zona nyaman.

Kunjungi berbagai kursus yang ada di vocasia deh, siapa tahu ketemu dengan makna kehidupan yang senyatanya definisi dari dirimu. Langsung aja cek link yang ada di bawah ini, ya!

Educational Community Platform | Vocasia

Sukses Membangun Kesan - Personal Development
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *