Tanggal:23 December 2024

8 Syarat dalam Menulis Judul Berita, Calon Jurnalis Wajib Tahu!

Secara umum, judul adalah identitas berita. Tanpa judul, berita sehebat apa pun tidak ada artinya. Judul berita sangat mendasar dilihat dari dua sisi kepentingan. Pertama, bagi berita itu sendiri. Tanpa judul, ia adalah sesuatu yang anonim, tak dikenal, abstrak. Sehingga tak akan bicara apa-apa, la tak mampu memberi pesan, padahal salah satu inti komunikasi adalah pesan. Kedua, bagi khalayak pembaca, judul adalah pemicu daya tarik pertama bagi pembaca untuk membaca suatu berita/justru segera melewati dan melupakannya. Bedasarkan buku Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature (2017). Kriteria judul berita yang baik harus memenuhi 8 syarat. Berikut dibawah ini penjelasan secara lengkapnya, simak yuk!

8 Syarat dalam Menulis Judul Berita

1. Provokatif

Provokatif berarti judul yang kita buat harus mampu membangkitkan minat dan perhatian. Sehingga khalayak pembaca tergoda seketika untuk membaca berita yang kita tulis. Minimal sampai teras berita dan perangkainya (bridge) , atau dua paragraf pertama yang memuat unsur SWTH (who, what, when, where, why, how). Sifatnya psikologis. Fungsinya sangat strategis dan taktis. Kita mencubit wilayah afeksi, intuisi dan emosi mereka. Dalam bahasa pemasaran, judul adalah iklan. Bagi dan dalam dunia industri modern, iklan menjadi penentu sukses dan gagalnya pemasaran suatu produk ke tengah-tengah masyarakat global. Bagi mereka, tak ada produk yang baik tanpa iklan yang baik.

2. Singkat dan Padat

Singkat dan padat berarti langsung menusuk jantung, tegas, lugas, terfokus. Serta menukik pada pokok intisari berita, tidak bertele-tele (to the point). Bagi pers, judul yang singkat sangat diperlukan, paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena keterbatasan tempat pada halaman-halaman media. Kedua, karena waktu dan situasi yang dimiliki pembaca sangat terbatas dan bergegas. Secara teknis, judul berita yang baik tidak lebih dari 4-7 kata.

3. Relevan

Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan. Tidak menyimpang dari teras berita. Poin penting, judul yang baik harus diambil dari teras berita (lead). Sedangkan teras berita yang baik harus mencerminkan keseluruhan uraian berita. Bagaimanapun, judul berita sangat berlainan dengan judul yang biasa kita temukan pada karya karya fiksi seperti cerita pendek atau novel. Pada cerita pendek, setiap kata yang terdapat dalam bangunan cerita dapat kita jadikan judul. Bebas, semau kita saja.

Pada berita media massa tidak demikian. Tak ada pilihan lain kecuali harus berpijak pada teras berita. Sekali dilanggar, maka media kita divonis tidak berbobot. Kita sebagai wartawan dianggap bukan sebagai jurnalis sekolahan. Melainkan sebagai jumalis karbitan yang tidak tahu ruh dan tradisi luhur jurnalistik. Tugas redaktur media massa adalah memulangkan naskah berita seperti itu kepada wartawan yang menulisnya, atau melemparnya ke dalam keranjang sampah. Setiap jurnalis dituntut untuk terampil menulis berita siap saji (pressclaar). Seorang jurnalis profesional tidak akan pernah membiarkan berita yang dibuatnya ditulis ulang (rewrite) oleh pihak desk atau redaktur.

4. Fungsional

Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri, berdiri sendiri, tidak bergantung pada kata yang lain. Serta memiliki arti yang tegas dan jelas. Sekalipun demikian, ketika digabung, kata-kata yang mandiri itu melahirkan satu kesatuan pengertian dan makna yang utuh. Tidak saling menolak atau saling menegasikan. Contoh: Kegiatan kampanye Pemilu Capres Putaran yang kedua di Bandung Sepi. Dalam judul tersebut, terdapat dua kata yang tidak fungsional dan karena itu harus dibuang, yakni kata kegiatan dan kata yang. Alasannya adalah: kampanye mengandung arti kegiatan. Menurut bahasa jurnalistik, kata kegiatan karena itu termasuk kata mubazir. Sedangkan kata yang sama sekali tidak diperlukan. Setelah diedit, judul berita itu menjadi: Kampanye Capres Putaran Kedua di Bandung Sepi.

5. Formal

Berbeda dengan judul artikel yang sifatnya informal, maka judul berita harus dan wajib bersifat formal. Filosofinya berita ditulis dengan teknik melaporkan. Formal berarti resmi, langsung menukik pada pokok masalah. Sekaligus menghindari basa basi dan eufimisme yang tidak perlu. Selain itu, formal juga berarti judul yang kita buat tidak mendayu dayu, tidak meliuk-liuk, tidak ragu-ragu, tidak lunak. Apalagi mendua (ambigu). Sekali lagi, berita adalah laporan tentang fakta apa adanya (das Sein), dan bukan tentang fakta bagaimana seharusnya (das Sollen).

Dalam judul berita, tidak boleh muncul kesan seolah-olah pihak media yaitu redaktur atau jurnalis. Menghadirkan fakta atau peristiwa sebagai sesuatu yang feminis. Sesuatu yang lemah lembut, atau sesuatu yang lebih banyak bicara tentang perasaan. Jadi, bicaralah dalam bahasa judul berita yang tegas dan ringkas. Ketegasan hanya mungkin dicapai. Apabila kita sebagai jurnalis tahu persis berita yang kita buat itu memang benar benar faktual, aktual, dan akurat.

  • Contoh judul berita yang sifatnya formal:

Presiden Tolak Permohonan Orasi Terpidona Mati

  • Contoh judul berita yang sifatnya informal:

Presiden Ragu, Tolak atau Terima Grasi Terpidana Mati

6. Representatif

Representatif berarti judul berita yang sudah kita tetapkan memang mewakili dan mencerminkan teras berita. Merujuk pada logika dan kaidah penelitian ilmiah, judul berita harus mengandung dua variabel. Variabel bebas (independent variable), dan variabel terikat (dependent variable). Sebagai contoh, teras berita tentang kesiapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberantas praktik korupsi di tubuh Kejaksaan Agung. Tidak masuk dalam kategori representatif bila judul yang dipilih berbunyi:

  • Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
  • Kejaksaan Agung
  • Presiden Yudhoyono dan Kejaksaan Agung
  • Korupsi di Kejaksaan Agung.

    Tetapi judul yang memenuhi kategori representatif adalah:

  • Presiden Yudhoyono
  • Bertekad Berantas Korupsi di Kejaksaan Agung,
  • Presiden Bertekad Berantas Korupsi di Kejaksaan Agung,
  • Presiden Berantas Korupsi di Kejaksaan Agung.

7. Merujuk pada Bahasa Baku

Pada umumnya judul adalah identitas terpenting sebuah berita. Sebagai identitas, tentu posisi dan reputasi media yang memuat, menyiarkan, atau yang menayangkannya dipertaruhkan. Bahkan karakter dan profesionalitas media sedikit banyak tercermin pada judul-judul berita yang ditulisnya.

Media massa yang kapabel dan kredibel tidak mungkin membuat judul berita yang bertolak belakang dengan kapasitas dan reputasinya. la ingin dipandang intelektual, dinilai proporsional dan profesional. Serta dihargai dan dihormati sebagai media massa yang mengemban fungsi edukasional (mendidik). Selain itu, ia tidak mau dituding merusak bahasa hanya karena menulis judul berita dengan kata-kata dan istilah yang tidak baku. Kemudian, ia menyadari, pers mengemban fungsi pendidik masyarakat dan bangsa. Ini berarti media massa dituntut untuk senantiasa memberi contoh yang baik. Fungsi itu semestinya juga tercermin pada judul-judul berita dan artikel yang disajikannya.

8. Spesifik

Spesifik berarti judul berita tidak saja harus mewakili dan mencerminkan teras berita. Tetapi sekaligus juga harus mengandung kata-kata khusus. Spesifik berarti pula judul berita jangan menggunakan kata-kata umum. Menurut para pakar bahasa, kata-kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas dan tepat (Soedjito, 1988: 5-6).

Contoh Judul Berita yang Bisa Kamu Coba

Dari beberapa cara membuat di atas, berikut ini adalah beberapa contoh judul yang bisa kamu coba sesuai dengan jenis berita yang kamu tulis.a.

a. Judul Bombastis

  • Berani Sehat! Lawan Corona dengan 3M
  • Prokes Ketat Turunkan Corona!

b. Judul Kutipan

  • Nadiem Makarim: Kampus Merdeka Berikan Kebebasan Belajar Bagi Mahasiswa!
  • BMKG: Gempa Malang Tak Berpotensi Tsunami

c. Judul Puitis

  • Kisah Pilu Keluarga Korban Kecelakaan di Jalan Tol
  • Hiruk Pikuk Biduk Rumah Tangga Lesti dan Billar

d. Judul Analogi

  • Bagai Kacang Lupa Kulit, Dewi Persik Ungkap Perlakuan Sang Suami!
  • Ada Gula Ada Semut, Undian Gubernur Jakarta Ramai Didatangi Warga

e. Judul Nyeleneh

  • Mirip Dilan Beneran, Ini Dia Potret Alif Cepmek!
  • Uang No Limit, Jess No Limit Resmi Tunangan dengan Sisca Kohl

Jadi, hindari kata bermakna umum dalam judul-judul berita. Sebagai contoh, buah-buahan termasuk kata bermakna umum. Sekian puluh nama atau jenis buah bisa termasuk di dalamnya. Seperti apel, mangga, pear, durian, pisang, salak, rambutan, alpukat, melon, pepaya, jambu, anggur. Tetapi apabila kita hanya menyebut satu nama, misalnya alpukat, maka alpukat termasuk kata bermakna khusus. Sebagai contoh, dalam teras berita ditegaskan ternyata hanya harga mangga yang jatuh di Bandung. Maka kita tidak boleh membuat judul berita: harga buah-buahan di Bandung merosot drastis. Karena judul berita seperti itu, jelas mengaburkan fakta serta sekaligus bisa dituduh mengelabui masyarakat. Faktanya: jenis buah yang lain seperti apel, durian, anggur, tetap normal dan bahkan cenderung bergerak naik.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai delapan syarat dalam menulis judul berita. Bagaimana menurutmu ? komen dibawah ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *