Sejak pandemi corona yang tak kunjung berakhir, banyak negara yang dilanda ketakutan akibat buruknya pertumbuhan ekonomi. Salah satu keadaan yang paling menghantui adalah depresi ekonomi. Sebab depresi ekonomi adalah suatu kondisi resesi yang luar biasa.
Mungkin sebelumnya kamu pernah mendengar, salah satu peristiwa depresi ekonomi terburuk sepanjang sejarah yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1929 hingga 1939. Menurut History, hal tersebut dimulai dari jatuhnya pasar saham di bulan Oktober 1929 yang membuat pialang di Wall Street panik dan kehilangan jutaan investor.
Fenomena yang disebut dengan The Great Depression tersebut mengakibatkan banyaknya pengangguran di Amerika Serikat. Menilik peristiwa tersebut, kini banyak pakar yang memprediksi hal yang lebih buruk dari depresi ekonomi bisa terjadi.
Lantas, apa sebenarnya depresi ekonomi itu? Apa saja penyebabnya? Serta bagaimana cara mengatasinya? Nah, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, kamu harus menyimak artikel ini sampai habis, karena kami akan membahasnya satu per satu di bawah ini. Check it out!
Baca juga: Menghadapi Tantangan Era Ekonomi Digital, Sudah Siap?
Pengertian Depresi Ekonomi
Depresi ekonomi (economic depression) adalah periode penurunan aktivitas ekonomi yang berkepanjangan, bahkan lebih parah daripada resesi. Biasanya, resesi berlangsung ketika pertumbuhan ekonomi turun selama dua kuartal secara berturut-turut dan dapat berlangsung hingga dua tahun.
Sementara pada periode depresiasi, PDB (Produk Domestik Bruto) riil jatuh lebih dari 10% dan berlangsung hingga 3 tahun atau lebih. Dalam ilmu ekonomi, depresi umumnya disebut juga sebagai resesi ekstrem. Jadi, sederhananya, saat suatu negara sudah mengalami resesi dan tidak segera bangkit, hal itu bisa mengantarkannya pada kondisi perekonomian yang terburuk.
Adapun tanda-tanda negara yang mengalami depresi ekonomi adalah sebagai berikut:
- Menurunnya daya beli
- Saham dijual besar-besaran
- Produksi barang berkurang hingga 50%
- Bank pailit
Baca juga: Apa Itu Ekonomi Kreatif? Pengertian, Ciri, Faktor Dan Contohnya
Penyebab Depresi Ekonomi
Dua teori utama yang menjelaskan penyebab depresi ekonomi adalah teori keynesian dan monetarisme. Jadi berdasarkan kedua teori tersebut penyebab depresi ekonomi di antaranya sebagai berikut.
1. Kelesuan Permintaan Agregat
Keynesian percaya bahwa guncangan permintaan agregat dapat membawa perekonomian jatuh. Penyebabnya mungkin berasal dari guncangan permintaan rumah tangga, investasi bisnis, anjloknya ekspor bersih. Dan, seringkali guncangan permintaan rumah tangga adalah motor utama mengingat kontribusinya yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB).
2. Penyusutan Jumlah Uang Beredar
Monetaris percaya penyusutan jumlah uang beredar menjelaskan periode depresi. Suku bunga melonjak karena likuiditas di perekonomian mengering. Bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman baru lebih mahal. Hal itu memperburuk situasi ekonomi, membawa kejatuhan permintaan, dan memunculkan peningkatan gagal bayar.
3. Kejatuhan Harga dan Penjualan Real Estate
Kejatuhan pasar real estate mengawali resesi besar 2008-2009, meski tidak mengarah ke depresi. Ketika aktivitas spekulatif meningkatkan harga pasar real estate, aktivitas dan biaya konstruksi pun meningkat, euforia juga terjadi di kalangan investor. Serta gelembung harga terus berlanjut sampai di titik di mana harga sudah jauh di atas nilai wajarnya. Hingga akhirnya gelembung pecah.
4. Kejatuhan Pasar Saham
Spekulasi di pasar saham juga memunculkan gelembung harga, sebagaimana pada saat bubble dotcom pada akhir tahun 1990-an atau pada saat depresi hebat. Harga saham meroket karena spekulasi dan euforia berlebihan. Dan, tiba-tiba harga jatuh dan membuat kepanikan. Hingga terjadi penurunan harga saham yang berarti uang mereka menguap seketika.
5. Pengetatan Kredit
Penyusutan jumlah uang beredar membuat uang murah langka. Likuiditas pasar keuangan mengetat, mendorong naik suku bunga. Bank sentral tidak segera menyuntikkan uang ke perekonomian, membuat situasi semakin memburuk. Kekeringan likuiditas dan kelesuan permintaan akibat crash di pasar saham ini memperparah situasi ekonomi.
Baca juga: Bagaimana Sih Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Itu? Cek Jawabannya di Sini!
Solusi Untuk Mengatasi Depresi Ekonomi
1. Melalui Kebijakan Moneter dan Fiskal Ekspansif
Kebijakan moneter ekspansif melibatkan pemotongan suku bunga untuk mendorong konsumsi dan investasi (permintaan agregat). Ketika suku bunga lebih rendah, biaya pinjaman turun. Konsumen dan bisnis dapat mengajukan pinjaman baru dengan lebih murah, mendorong mereka untuk meningkatkan belanja dan investasi.
Kebijakan fiskal ekspansif berarti meningkatkan pengeluaran pemerintah, mengurangi pajak, atau kombinasi keduanya. Pengurangan pajak meningkatkan pendapatan disposabel, yang pada gilirannya, mendorong pengeluaran. Begitu juga, pengeluaran pemerintah melalui pembayaran transfer (seperti tunjangan pengangguran) membantu daya beli agar tidak jatuh semakin dalam.
2. Pengganda Fiskal untuk Mengatasi Depresi
Investasi pemerintah menjadi pilihan yang masuk akal untuk mengeluarkan perekonomian dari periode depresi. Selama depresi, swasta enggan berinvestasi. Profil keuangan dan arus kas yang buruk tidak memungkinkan mereka untuk melakukannya.
Prospek investasi oleh swasta juga suram karena permintaan sedang jatuh. Jika mereka berinvestasi, pasar belum tentu dapat menyerap output dari kapasitas baru mereka. Oleh karena itu, jika mereka berinvestasi, itu hanya akan membebani keuangan mereka. Dalam kondisi ini, investasi dan pengeluaran pemerintah adalah opsi yang mungkin. Sebagaimana teori Keynes, investasi pemerintah bekerja melalui efek pengganda.
3. Meluncurkan Kebijakan Stabilisasi Pasar Keuangan
Stabilitas keuangan melibatkan pemerintah untuk menjamin simpanan bank, yang mempromosikan kredibilitas bank dan sistem keuangan. Misalnya, setelah Franklin D. Roosevelt menjabat presiden pada tahun 1932, Amerika Serikat mendirikan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk melindungi rekening deposan dan membentuk, Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar saham.
Baca juga: Ekonomi Makro: Pengertian, Tujuan, dan Bedanya Dengan Ekonomi Mikro
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pengertian depresi ekonomi beserta penyebab dan solusi untuk mengatasinya. Efek kemerosotan ekonomi tidak hanya dirasakan oleh individu saja lho, namun sampai ke level perusahaan, bahkan ke level negara. Di level individu, depresi bisa dilihat dari meningkatnya jumlah pengangguran.
Sementara di level perusahaan, depresi bisa dilihat dari banyaknya perusahaan yang bangkrut sehingga memecat para karyawannya. Kalau ditarik garis besar, kondisi depresi menyambung dari satu level ke level lainnya, hingga level negara. Semoga artikel ini bermanfaat, ya! Jangan lupa ikuti Vocasia di sosial media lainnya, agar kamu tak ketinggalan informasi terbaru lainnya!
Leave a Reply