Tahukah kamu bahwa mencapai target penjualan bukan lah ujung tombak keberhasilan sebuah bisnis? Pasalnya, sebuah bisnis bisa dikatakan sukses bila para pelanggan setia merekomendasikan produkmu secara cuma-cuma kepada masyarakat. Nah, untuk mencapai fase tersebut, sebuah perusahaan harus menempuh cara berupa product market fit.
Baca Juga:
- Mengenal Digital Marketing
- Salesman: Pengertian, Skill, Tugas, Dan Tanggung Jawab
- Apa Itu Marketing Plan? Simak Penjelasan Dan Cara Membuatnya Di Bawah Ini!
Sebenarnya, istilah ini sudah familiar di dunia startup. Ketika sebuah bisnis mencapai fase tersebut, berarti ia telah berada di pasar yang tepat, menjual produk yang tepat, dan mampu memuaskan permintaan pasar tersebut.
Baca Juga:
- Growth Hacking: Pengertian, Tujuan, Strategi, Dan Contoh Lengkap
- 7 Tips Sukses Menjadi Marketing Handal, Auto Berhasil!
- Mengenal PPIC (Production Planning & Inventory Control)
Lantas, bagaimana cara menempuh product market fit? Yuk, simak artikel ini sampai selesai!
Baca Juga | Yuk, Kenali Siklus Hidup Produk
Apa itu Product Market Fit?
Product market fit adalah sebuah skenario di mana seorang konsumen melakukan pembelian, menggunakan, memberitahu orang lain tentang produk yang digunakan dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga, perusahaan tersebut bisa tetap tumbuh dan mendapatkan benefit dari produk. Bila ini terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, tentunya kondisi tersebut mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungannya.
Baca Juga:
- Yuk, Cari Tahu Apa Itu Gamification Dalam Marketing!
- 6 Perbedaan Sales Dan Marketing, Pengusaha Wajib Tahu!
- Yuk Simak Apa Itu Marketing Beserta Jenis-Jenisnya
- Pengertian Marketing Mix 7P Dan Contoh Penerapannya!
Konsep ini awalnya diciptakan dan dikembangkan oleh Marc Andreessen, seorang entrepreneur asal Amerika Serikat yang juga merupakan investor andal. Menurutnya, product-market fit secara singkat merupakan kondisi ketika bisnis telah berada di pasar dan memilih kelompok pelanggan yang tepat sesuai dengan produk yang ditawarkan. Dengan begitu, mereka puas dan merekomendasikannya kepada orang lain agar mencobanya.
Baca Juga:
- Pengertian Revenue Dan Perbedaannya Dengan Income
- Sistem Penjualan Langsung: Pengertian, Jenis, Kekurangan, Dan Kelebihannya
Namun, bila konsumen tidak dapat mendapatkan value dari produk, promosi dari mulut ke mulut tidak ada, penggunaan produk tidak berkembang, enggan memberi ulasan, dan banyak hal buruk lainnya. Sebagai pengusaha, kondisi tersebut pasti membuat frustrasi. Hal itu disebabkan karena product market fit yang tidak berjalan dengan baik, lho.
Baca Juga | Kenali Storyboard Dan Cara Membuatnya Untuk Memasarkan Produkmu!
Mengapa Startup Perlu Mengenal Product Market Fit?
Product market fit merupakan bagian penting dalam pengembangan suatu perusahaan, khususnya startup. Sebab, sebelum mencapai fase startup ini, kamu tidak akan pernah tahu apakah produk yang digunakan tersebut dapat mengatasi masalah yang diperlukan masyarakat luas atau tidak.
Baca Juga:
- Publisitas: Pengertian, Manfaat, Dan Jenisnya
- Perbedaan Reseller Dan Dropshipper Yang Wajib Kamu Tahu!
- Kenali Profesi Canvasser, Kunci Sukses Penjualan!
Jika sebuah startup tidak mencapai fase ini, kemungkinan besar mereka menawarkan produk di pasaran tanpa menganalisis kebutuhan masyarakat di luar sana. Secara tidak langsung, hal ini dapat menyebabkan kerugian besar karena terus-menerus mengeluarkan dana akan tetapi tidak menghasilkan keuntungan besar. Bahkan, skenario terburuknya bisa menyebabkan gulung tikar.
Baca Juga | Tips Membuat Bisnis Startup Bagi Pemula
Cara Mengukur Product Market Fit
Adapun beberapa cara untuk mengukur product market fit, di antaranya:
1. Net promoter score (NPS)
Kita semua pasti sepakat bahwa kepuasan pelanggan adalah kunci penting yang mempengaruhi keberhasilan sebuah bisnis. Oleh karena itu, net promoter score (NPS) adalah salah satu metode paling cocok untuk mengukur konsep ini.
Dengan metode ini, kita bisa langsung mengetahui feedback dari pelanggan tentang suatu produk. Selain itu, NPS juga menunjukkan seberapa tinggi minat pelanggan untuk merekomendasikan atau mempromosikan produkmu pada orang lain. Bila nilai NPSnya rendah, kamu bisa mencari cara untuk meningkatkannya sesuai dengan kekurangan yang bisa diidentifikasi.
Baca Juga | Apa Itu Unique Selling Point (USP)?
2. Churn rate dan retention rate
Churn rate dan retention rate merupakan dua metrik yang juga tepat digunakan untuk mengukur apakah bisnismu telah mencapai product market fit. Semakin tinggi churn rate-nya, kepuasan pelanggan justru semakin rendah. Tapi sebaliknya, jika retention rate tinggi, kepuasan pelanggan berarti baik.
Rentetion rate menunjukkan berapa orang yang tetap menggunakan produkmu dalam rentang waktu tertentu setelah pemakaian pertama. Kedua metrik ini juga akan membantumu dalam mengidentifikasi tren yang terjadi di antara pelanggan dan feedback mereka terkait produkmu.
Baca Juga | Kenali Tujuan Utama Dari Lean Startup
3. Customer lifetime value (CLV)
CLV menunjukkan berapa rata-rata keuntungan yang didapatkan dari satu orang pelanggan selama mereka menggunakan suatu produk. Ini pun berkaitan dengan poin sebelumnya, yaitu mengenai retention rate.
Semakin lama seseorang menggunakan produkmu, misalnya suatu aplikasi, keuntungannya pun semakin besar. Jika nilai CLV-nya tinggi, kemungkinan besar perusahaanmu telah mencapai product market fit.
Baca Juga | PRIME TIME: Waktu Terbaik Untuk Posting Di Media Sosial
4. Bounce rate
Bounce rate adalah pengukuran untuk mengetahui apakah produk sudah mencapai posisi kecocokan antar produk dan pasar sebuah bisnis. Jika bounce rate-nya masih tinggi, berarti pengguna cepat meninggalkan produk tanpa melakukan interaksi apa pun. Jadi, bounce rate harus ada di bawah 60% untuk bisa dikatakan baik.
Baca Juga | Pentingnya Engagement Rate Untuk Bisnis Online
5. Memahami lead
Product market fit tidak akan tercapai apabila kita tidak bisa mengubah lead menjadi pelanggan. Rendahnya minat lead untuk melakukan pembelian lebih lanjut menunjukan bahwa mereka kurang puas dengan produk yang digunakan. Dengan demikian, kita harus membuat perbaikan agar produk sesuai dengan klaim dan ekspektasi lead.
Baca Juga :