Baru-baru ini media sedang digemparkan oleh prediksi resesi yang akan terjadi di tahun 2023. Hal yang membuat publik khawatir dengan resesi ini ialah melemahnya perekonomian global yang akan memengaruhi ekonomi domestik negara-negara di seluruh dunia.
Hal ini juga memicu terjadinya efek domino yang akan merugikan sektor ekonomi negara seperti meningkatnya jumlah penganguran, melonjaknya utang negara, inflasi berlebihan, perusahaan-perusahaan bangkrut dan lain-lain. Untuk penjelasan lebih lanjut simak artikel berikut
Pengertian Resesi
Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sedangkan menurut Otoritas Jasa Keuangan, resesi adalah suatu kondisi saat perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Adapun dampak yang akan terdi mulai dari perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Kinerja instrumen investasi yang akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman hingga melemahnya daya beli masyarakat karena mereka cenderung lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu.
Penyebab Resesi
1. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Hal ini akan memicu masalah ekonomi yamg serius, seperti penumpukan utang secara individu, perusahaan, bahkan negara. Jika penumpukan utang itu terjadi maka biaya pelunasan pun juga semakin tinggi. Biaya pelunasan tersebut akan terus meningkat hingga ke titik dimana tidak bisa membayar tagihan.
2. Inflasi yang Berlebihan
Menurut Bank Indonesia, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi sebenarnya bukan hal yang buruk, namun inflasi secara tiba-tiba dan berlebihan, ini merupakan ciri-ciri yang akan memicu terjadinya resesi.
Bank sentral melakukan inflasi dengan cara menaikan suku bunga, kemudian jika suku bunga lebih tinggi akan menekan aktivitas ekonomi, meskipun inflasi juga akan berdampak pada resesi.
3. Deflasi yang Berlebihan
Jika inflasi yang berlebihan akan memicu terjadinya resesi, deflasi akan lebih buruk dari itu. Deflasi adalah kondisi harga menurun dari waktu ke waktu yang menyebabkan penekanan harga dan upah menyusut. Saat deflasi terjadi akan berdampak pada pelaku usaha (Produsen barang atau jasa).
Penyebab deflasi sendiri terjadi karena jumlah produksi yang membeludak secara bersamaan dari beberapa perusahaan, dan menurunnya jumlah permintaan suatu produk sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah uang di pasaran.
4. Gelembung Aset
Adanya isu resesi akan membuat para investor khawatir dan panik. Biasanya resesi terjadi ketika para investor yang mengambil keputusan dengan emosi. Mereka membeli banyak saham saat ekonomi sedang baik, kemudian berlomba menjualnya saat kondisi ekonomi berantakan. Hal tersebut bisa disebut dengan panic selling yang dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.
Cara Menghadapi Resesi
1. Mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terkena PHK
Demi keseimbangan moneter, bank sentral menaikan suku bunga. Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga berdampak pada ketahanan keuangan sebuah perusahaan. Demi bertahan dengan ancaman resesi, perusahaan secara sukarela melakukan PHK terhadap pegawainya.
Jika hal ini terjadi, pegawai harus mengulas kembali resumenya untuk mendapatkan pekerjaan baru. Meningkatkan atau memulai kembali menyisihkan pendapatan dana darurat maupun cari kesempatan berkarier di tempat lain. Jangan melewatkan kesempatan untuk belajar skill baru yang dibutuhkan. Karena hal tersebut merupakan investasi paling penting.
Pepatah mengatakan semakin kamu belajar, semakin kamu menghasilkan. Keahlian baru juga akan memungkinkan kamu mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik dari yang sebelumnya. Tidak ada alasan untuk berhenti belajar karena dengan ilmu tidak ada yang bisa menghentikanmu
2. Persiapkan Dana Darurat
Menyisipkan dana khusus yang disimpan untuk dana darurat memungkinkan kamu bisa bertahan dengan membeli kebutuhan pokok selama resesi. Sebelum resesi mengancam, alangkah baiknya kamu menggunakan kesempatan untuk menabung. Fokuslah untuk mengisi dana darurat kamu dengan biaya hidup satu bulan. Setelah itu, lunasi hutangmu terlebih dahulu, kemudian fokus untuk membangun cadangan dana selama tiga hingga enam bulan.
Baca juga: 5 Cara Mengatur Keuangan Meski Banyak Utang
3. Minimalisir Pengeluaran yang Tidak Penting
Para ahli merekomendasikan untuk membelanjakan tidak lebih dari 30 persen dari pendapatan bersih, yaitu penghasilan setelah pajak untuk barang-barang pilihan. Hal ini merupakan ide yang baik untuk membuat anggaran bulanan untuk memastikan bahwa kamu bisa hidup sesuai kemampuan dan tidak mengeluarkan uang berlebihan.
Jika pada kondisi ekonomi normal kamu merasa tidak ada beban untuk mengeluarkan uang pada suatu hal yang tidak penting seperti berlangganan netflix, nonton konser, nongkrong di kafe, dll. Sebaiknya, hal tersebut dikurangi atau ditunda sementara waktu, demi mampu bertahan terhadap ancaman resesi di tahun 2023.
Baca juga: Yuk, Pahami Perbedaan Kebutuhan Dan Keinginan!
4. Cari Alternatif Penghasilan Tambahan di Luar Gaji Pokok
Mengandalkan hanya pada pekerjaan tertentu untuk semua pendapatan kamu memiliki risiko yang melekat. Jika ekonomi merosot dan kehilangan pekerjaan, kamu juga akan kehilangan satu-satunya pendapatan dan kemampuan kamu dalam memenuhi semua kewajiban finansial.
Memiliki aliran pendapatan sangat membantu. Jika satu sumber pendapatan pokok mulai menyusut, kamu masih bisa mengandalkan sumber lain untuk digunakan agar tetap bertahan.
5. Pilih Investasi dengan Minim Resiko
Jika sebagian besar investasi kamu terikat pada pasar saham, kemerosotan ekonomi bisa menjadi bencana keuangan jika semua uang kamu diikat dalam satu jenis investasi ini. Pasalnya, saham merupakan salah satu jenis investasi yang tinggi resiko. Jika terjadi resesi akan berpengaruh terhadap kemerosotan harga di pasar saham, dan kamu juga akan rugi besar.
Maka dari itu, kamu disarankan untuk menyimpan sebagian uang pada jenis investasi minim resiko yaitu reksadana pasar uang. Meskipun keuntungannya sangat kecil, itu lebih baik daripada kamu mengalami kerugian selama resesi berlangsung.
Baca juga: Cara Mudah Investasi Reksadana Agar Untung!
Nah, itulah sekilas informasi mengenai resesi. Semoga kamu bisa mempersiapkannya dan kelola finansialmu dengan baik.
Leave a Reply