Tanggal:23 December 2024

7 Teknik Dasar Propaganda yang Sering Muncul dalam Dunia Politik

Salah satu cara lain yang digunakan untuk memengaruhi opini publik. Propaganda berasal dari kata latin, propagare, yang berarti menyemaikan tunas suatu tanaman. Para pemikir di Amerika memandang propaganda sebagai praktik komunikasi yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, mereka justru berusaha untuk mempelajarinya. Pakar psikologi sosial, Hadley Cantril, pada 1930-an, menyampaikan sebuah ceramah melalui stasiun radio di Boston mengenai propaganda. Keesokan harinya, ia menerima telpon dari Edward A. Filene. Seorang pengusaha yang juga ketua gerakan persatuan piutang di AS dan pendiri yayasan Twentieth Century Fund. Keduanya kemudian mendirikan Institute for Propaganda Analysis (IPA) pada 1937. Cantril sebagai ketuanya, dan kemudian melibatkan beberapa nama, termasuk Edgar Dale dan Leonard Dobb.

IPA menaruh perhatian pada dampak kekuasaan Nazi di Jerman yang mungkin juga akan membawa pengaruh ke Amerika Serikat (AS). Apalagi saat itu Hitler dan menteri propagandanya, Joseph Goebbels, dianggap sukses dengan propagandanya di Jerman. Sementara itu, IPA sangat takut jika model pemimpin seperti Hitler berkuasa di Amerika. Apalagi kampanye pro-Nazi juga pernah berlangsung di As, di Madison Square Garden dan melintasi seluruh AS sepanjang 1930-an. Penggiatnya adalah pastor Charles E. Coughin, seorang imam Katolik yang melakukan siaran di lebih dari 47 stasiun radio.  Ia kemudian dikenal sebagai pendeta radio. Dalam pidatonya, Coughin menyajikan filsafat fasis dalam setiap pidatonya, dan ia memiliki banyak pendengar.

Selanjutnya, IPA kemudian melakukan studi terhadap pidato-pidato yang dilakukan Coughin. Hasilnya diterbitkan dalam buku The Fine Art of Propaganda (1979) yang diedit oleh Alfred McClung Lee dan Elizabeth Briant Lee. Buku tersebut menyajikan tujuh alat umum propaganda yang diberi nama-nama sederhana agar menarik ketika diajarkan di sekolah-sekolah. Bedasarkan buku Opini Publik (2019), berikut adalah penjelasan lengkap mengenai tujuh teknik dasar yang sering muncul dalam dunia politik. Simak dibawah ini, yuk!

7 Teknik Dasar Propaganda

1. Name calling

Name calling bisa diartikan sebagai penjulukan, tetapi penjulukannya lebih bersifat menjelek-jelekan suatu gagasan atau seseorang. Kemudian, name calling adalah pemberian label buruk pada suatu gagasan dipakai untuk membuat kita menolak dan mengutuk ide tanpa mengamati bukti. Salah satu contoh dari name calling adalah “teroris” dan “terorisme”. Sebagaimana dikatakan pepatah lama, “Teroris bagi seseorang adalah pejuang kemerdekaan bagi orang yang lain”. Pakar semantik mengatakan bahwa kita menyebut atau menjuluki seseorang berdasarkan tujuan, proyeksi, dan evaluasi kita. Tetapi sebenarnya orang tersebut tidak berubah ketika kita mengubah label atau julukannya. Dengan memberi julukan (namecalling) pada pihak yang tidak disukai (pihak lawan). Hal tersebut akan memberi pengaruh kepada orang lain untuk ikut membencinya.

2. Glittering generality

Glittering generality adalah upaya menghubungkan sesuatu dengan “kata yang baik” dipakai untuk membuat kita menerima dan menyetujui sesuatu. Tanpa memeriksa bukti-bukti. Ketika pemakaiannya semakin meluas, khalayak cenderung tidak mengenali atau menyadarinya. Salah satu contoh glittering generality adalah istilah yang digunakan oleh Franklin D. Roosevelt, Presiden AS, yang menyebut programnya sebagai New Deal. Untuk menunjukkan seolah programnya itu merupakan upaya untuk membenahi “misdeal” atau kesepatakan yang gagal. Atau istilah “perang seratus jam” yang dikemukakan oleh Jenderal Norman Schwarzkopf dalam Perang Teluk pada 1991. Istilah “perang seratus jam” dianggap lebih diterima oleh khalayak ketimbang hanya menggunakan istilah “perang” saja.

3. Transfer

Transfer adalah teknik propaganda dengan cara membawa otoritas, dukungan, dan gengsi dari sesuatu yang dihargai. Serta disanjung kepada sesuatu yang lain agar sesuatu yang lain itu lebih dapat diterima. Kemudian, tansfer bekerja melalui sebuah proses asosiasi. Tujuan komunikator adalah menghubungkan gagasan atau produk dengan sesuatu yang dikagumi orang. Lalu, transfer dapat terjadi melalui pemakaian objek-objek simbolik. Sebagai contoh, kampanye-kampanye Ku Klux Klan bercirikan pembakaran salib, sebuah simbol Kristen. Atau seorang calon presiden yang tidak diunggulkan dari Chicago bernama Lar Daley, biasa berkampanye dengan berpakaian ala Paman Sam. Hal itu dilakukan untuk menarik simpati pendukung.

4. Testimoni

Testimoni (kesaksian) adalah memberi kesempatan kepada orang-orang yang mengagumi atau membenci. Untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk. Ini merupakan teknik yang sudah biasa dalam periklanan dan kampanye politik. Kemudian, testimoni sangat tergantung dari kepopuleran dan daya tarik orang yang memberikan testimoni. Apalagi jika hal itu berkaitan dengan profesi atau kesehariannya. Selain itu, testimoni seorang artis cantik mengenai sebuah sabun mandi yang bisa membuat kulit halus akan lebih dipercaya. Ketimbang hal yang sama dikemukakan oleh seorang atlet.

5. Plain folks

Plain folks (orang biasa) adalah metode yang dipakai oleh pembicara dalam upayanya meyakinkan khalayak. Bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka adalah “bagian dari rakyat” atau “rakyat kebanyakan”. Sebagai contoh, Bill Clinton ketika mencalonkan diri sebagai Presiden AS memiliki citra sebagai politisi yang lemah dan tidak berbicara lugas. Kemudian, penasihat politiknya menciptakan citra baru Clinton sebagai. “seorang suami idealis yang jujur, orang biasa yang sederhana serta Hillary Clinton adalah seorang istri yang mesra dan penuh cinta”. Atau dalam konteks di Indonesia. Joko Widodo disebut sebagai “presiden wong cilik”. Dengan berbagai penggambaran, termasuk kebiasaannya blusukan untuk bergaul langsung dengan masyarakat.

6. Card stacking

Card stacking adalah sebuah metode yang meliputi pemilihan dan pemanfaatan fakta serta kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan. Serta pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis, untuk memberikan kasus terbaik serta terburuk pada sebuah gagasan, program, orang, atau produk. Pada dasarnya card stacking sama dengan teknik slanting dari ilmu semantik umum. Teknik ini memilih argumen dan bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal-hal yang tidak mendukung posisi ini. Argumen-argumen yang dipilih bisa benar, bisa juga salah. Cara ini mungkin berjalan paling efektif apabila argumen itu benar, tetapi beberapa argumen yang benar lainnya diabaikan.

7. Bandwagon

Bandwagon memiliki tema “setiap orang-paling tidak kita semua sedang melakukannya”. Dengannya, para pelaku propaganda berusaha meyakinkan kita bahwa semua anggota suatu kelompok dimana kita menjadi anggotanya menerima programnya. Oleh karena itu kita harus mengikuti kelompok kita serta “menggabungkan diri dalam kelompok itu”. Kemudian bandwagon dianggap efektif dalam propaganda. Misalnya ditunjukkan oleh sebuah eksperimen yang dilakukan Asch (1958) dan Sherif (1958). Mereka menunjukkan bahwa dalam situasi yang agak tertata. Pendapat sebagian besar orang dapat dipengaruhi ketika sekelompok orang lain menyajikan pendapat yang berbeda. Dampak paling kuat terjadi apabila terdapat suatu mayoritas yang sepakat menentang orang itu.

Dari berbagai penelitian, teknik-teknik propaganda tersebut menunjukkan efektivitas yang tinggi. Meski demikian, efektif atau tidaknya sebuah propaganda sangat bergantung pada faktor-faktor lainnya. Termasuk karakteristik orang yang menerima pesan, seperti tingkat pendidikan, dan sikap awal terhadap topik tersebut. Juga tidak bisa dilupakan karakteristik latar belakang. Misalnya sepakat atau tidaknya kelompok yang berbeda pendapat dengan orang itu. Teknik-teknik tersebut membuat pandangan orang AS yang demokratis memandang propaganda sebagai kegiatan komunikasi politik yang berbahaya bagi kemanusiaan. Itulah sebabnya di negara yang demokratis, kegiatan propaganda politik sangat tidak disukai bahkan ditolak.

`Nah, itu tadi penjelasan mengenai tujuh teknik dasar propaganda yang sering muncul dalam dunia politik. Bagaimana menurutmu ? komen dibawah ya!

sukses wawancara - personal development

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *