Tanggal:29 April 2024

Pengertian dan Sejarah Perkembangan Retorika

Khalayak bukanlah sesuatu yang bersifat tunggal sangat heterogen dan dengan demikian pandangan atau opini mereka terhadap sebuah persoalan akan menjadi sangat beragam. Aubrey Fisher (1980) juga menyatakan bahwa setiap individu memiliki daya saring berupa filter konseptual. Filter tersebut merupakan fokus dari perspektif atau paradigma psikologis dalam komunikasi manusia.

Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch (1974) juga mengembangkan konsep. Bahwa khalayak yang selektif akan memilih pesan atau pembicaraan politik berdasarkan kegunaan bagi dirinya atau untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Reaksi atau respons yang diberikan oleh individu khalayak terhadap terpaan media didasarkan pada kegunaan dan kepuasan dirinya. Atau biasa dikenal sebagai model atau teori uses and gratifications.

Berdasarkan hal tersebut. DeFleur dan Bell Rokesch (1979) menyatakan bahwa pertemuan khalayak dengan media massa dapat didasarkan pada dua kerangka teori. Pertama teori perbedaan individu. Teori tersebut menerangkan bahwa setiap orang memiliki potensi biologis yang berbeda sehingga menimbulkan pengaruh media yang tidak sama terhadap khalayak. Kedua, teori kategori sosial yang memandang bahwa golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, pendapatan, dan tempat tinggal. Tentunya teori tersebut akan menampilkan kategori respons tertentu yang tidak sama antara satu kategori dan kategori lainnya. 

Penjelasan tersebut menunjukkan, untuk membentuk sebuah opini publik, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi khalayak yang heterogen tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya untuk memengaruhi, membujuk, dan mengarahkan opini publik, yang pada umumnya sudah dikenal dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan yang biasa digunakan dalam mempengaruhi opini publik adalah retorika. Nah, di artikel ini kita akan membahas mengenai pengertian, dan juga sejarah perkembangan dari retorika. Berikut dibawah ini adalah pengertian, dan sejarah perkembangan retorika berdasarkan buku Opini Publik (2019). Simak yuk!

Pengertian Retorika

Retorika berasal dari bahasa Yunani, rhetorica, yang berarti seni berbicara sehingga dapat dipakai untuk memengaruhi publik. Sebagai seni berbicara, retorika mengandung banyak unsur persuasif. Seperti penggunaan suara dan bahasa lisan yang indah serta berirama dalam menyampaikan pesan ketika berpidato. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa retorika adalah seni wacana. Dimana seorang penulis atau pembicara berusaha untuk menginformasikan, membujuk, atau memotivasi khalayak tertentu dalam situasi tertentu.

Penjelasan mengenai retorika yang paling terkenal datang dari Aristoteles yang menganggap retorika sebagai sebuah perpaduan antara logika dan politik. Serta menyebutnya “kecakapan untuk mengamati makna yang ada dalam setiap upaya persuasi”. Retorika juga memberikan kemampuan untuk memahami, menemukan, dan mengembangkan argumen untuk situasi tertentu. Seperti yang disampaikan Aristoteles mengenai tiga pendekatan persuasif khalayak, yakni, logos, pathos, dan ethos.

Sistematika ajaran retorika sebagai akar ilmu komunikasi paling tua diletakkan oleh orang-orang Syracuse, sebuah daerah koloni Yunani di Sicilia. Dikisahkan, daerah tersebut sudah lama dikuasai oleh sistem pemerintahan tiran yang menindas rakyat. Pemerintahan saat itu memiliki kegemaran menyerobot tanah milik rakyat. Sekitar 465 SM, rakyat yang sudah tidak kuat menahan derita kekuasaan tirani, kemudian melakukan revolusi. Tiran ditumbangkan, demokrasi ditegakkan. dan tanah rakyat yang sebelumnya dirampas oleh negara, dikembalikan kembali kepada rakyat. Masalahnya, bagaimana cara mengembalikan tanah rakyat yang sebelumnya dikuasai oleh negara tersebut?

Di sinilah awal proses retorika terjadi. Rakyat yang sebelumnya kehilangan tanah harus dapat meyakinkan dewan juri di pengadilan bila ingin tanahnya kembali. Dewan juri membutuhkan keyakinan kuat sebelum menyerahkan tanah tersebut kepada pemiliknya. Jika rakyat tidak dapat meyakinkan, dewan juri tidak akan melepaskan tanah yang telah dikuasai oleh negara kepada rakyat.

Pada masa iniliah bermunculan ahli retorika sekaligus ahli logika. Sejumlah tokoh retorika yang muncul pada masa tersebut adalah Empedocles (430-490 SM) yang hidup di Agregentum, Sicilia.

Sejarah Perkembangan Retorika

Sepanjang sejarah Eropa, retorika berkaitan dengan persuasi dalam pengaturan publik dan politik, seperti majelis serta pengadilan. Karena asosiasi dengan lembaga-lembaga demokrasi retorika umumnya dengan hak kebebasan berbicara, berkumpul. Serta pemberian hak dikatakan berkembang di masyarakat yang terbuka dan demokratis politik untuk beberapa bagian dari masyarakat. Mereka yang mengklasifikasikan retorika sebagai seni sipil percaya bahwa retorika memiliki kekuatan untuk membentuk komunitas, membentuk karakter warga. Selain itu juga sangat memengaruhi kehidupan sipil.

Dikarenakan retorika dianggap sebagai seni publik yang mampu membentuk opini, beberapa orang dahulu, termasuk Plato, menemukan kesalahan di dalamnya. Mereka mengklaim bahwa meski hal itu bisa digunakan untuk meningkatkan kehidupan sipil. Namun retorika bisa digunakan untuk menipu atau memanipulasi dengan efek negatif pada masyarakat. Massa dianggap tidak mampu menganalisis atau memutuskan sesuatu sendiri, dan oleh karena itu akan terpengaruh oleh pidato yang paling persuasif. Dengan demikian, kehidupan sipil bisa dikendalikan oleh orang yang bisa menyampaikan pidato terbaik. 

Dalam perkembangannya, retorika bergeser dari komunikasi dialogis ke komunikasi massa. Dipelopori oleh kaum Sofis pada masa Romawi dan Yunani, dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dengan jalan membentuk opini publik. Oleh karena itu, retorika kemudian berubah menjadi sebuah fenomena komunkasi politik yang menarik bagi tokoh-tokoh politik. Pada waktu itu dikenal banyak ahli pidato atau orator, misalnya Dhemsthenes, Philippus, dan Lycurgus. Kemudian pada era modern, terutama pada masa perang dunia, dikenal orator-orator ulung, seperti Hitler, Rossevelt, Lenin, Nehru, dan Soekarno. Mereka dikenal sebagai orator yang bukan hanya mampu memukau publik, melainkan juga mampu memengaruhi masyarakat. Salah satu dari tokoh itu, Hitler, bahkan mendefinisikan retorika sebagai pers yang tidak tertulis. Retorika dipidatokan sebagai media propaganda untuk membentuk opini publik.

Nah itu tadi, penjelasan mengenai pengertian dan juga sejarah perkembangan retorika. Bagaimana pendapatmu? komen dibawah ya!

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *