Tanggal:23 November 2024

3 Pendekatan dalam Mempelajari Teknologi Komunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi tentu saja menimbulkan berbagai respons masyarakat. Namanya juga respon, ada yag positif dan ada yang negatif tergantung dari sudut pandang saat memandangnya. Kaitannya dengan respons, teknologi komunikasi memunculkan berbagai pendekatan. Tentu saja, masing-masing pendektan itu berbeda, juga sangat tergantung kepentingan, latar belakang, konteks zaman dan lingkungan, dimana manusia itu berbeda.

Kaitannya dengan pendekatan atau aliran pemikiran dalam merespon atau memahami perkembangan teknologi komunikasi, pernah dikemukakan oleh Anthony G.Wilhelm. Dalam Democracy in the Digital Age: Challenge to Political Life in Cyberspace (2000), ia membaginya menjadi tiga antara lain; dystopian, neo-futuris, dan  tekno-realis. Bedasarkan buku Perkembangan Teknologi Komunikasi (2017). Berikut dibawah ini adalah tiga pendekatan dalam mempelajari teknologi komunikasi. Simak yuk!

Baca Juga | Begini Perkembangan Revolusi Teknologi Komunikasi, Yuk Simak!

3 Pendekatan dalam Mempelajari Teknologi Komunikasi

1. Dystopian

Teknologi komunikasi(pexels.com/vlada karpovich)

Dystopian berasal dari kata dystopia yang berarti pengikut atau pendukung aliran, pendapat atau penganjur dystopia. Namun dystopia ini kebalikan dari utopia. Utopia secara singkat berarti khayalan tentang masa depan atau segala sesuatu yang agak sulit untuk diwujudkan. Jika utopia diartikan sebagai gambaran masyarakat masa depan yang lebih cerah, maju, dan bagus (yang hanya menjadi khayalan, maka dystopia diartikan sebagai gambaran masa depan yang lebih buruk dari mas kini.

Dystopia adalah aliran yang sangat hati-hati dan bersikap hati-hati untuk tak mengatakan curiga atau berprasangka negatif tergadap teknologi. kelompok ini beranggapan, bahwa dampak yang ditimbulkan dari teknologi biasanya mengacaukan kehidupam sosial dan politik, Makanya, aliran ini mengkritik habis dampak negatif teknologi. Teknologi itu hanya membawa dampak negatif saja.

Namun demikian, aliran ini tidak sekadar mengkritik dan cemas, tetapi dampak negatif saja. Juga melakukan penyadaran dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang mulai menyusut dari masyarakat kontemporer. Misalnya, interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada menggunakan media. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain; Edmund Husserl, martin Heidegger, David Thoreau, Hannah Arendt, dan Benjamin Barber.

Thoreau mengatakan, bahwa teknologi hanya bersifat menolong. Pendapat Thoreau ini, jika dijelaskan lebih lanjut mengungkapkan bahwa teknologi diposisikan sebagai yang utama dalam kehidupan, padahal posisi utama tetaplah manusia. Sedangkan Arendt menyesali hilangnya hubungan antar manusia karena keberadaan teknologi. Terjadi pelemahan hubungan politik, juga karena pemusnahan ruang-ruang publik yang muncul bersamaan dengan rezim totalitarian (rezim komunikasi modern).

Manusia berkomunikasi tidak lagi bertemu secara langsung dalam ruang publik, tetapi telah dialokasikan oleh teknologi. Lihat saja untuk berkomunikasi antar manusia lebih menggunakan teknologi daripada bertemu langsung. Berkembanganya media sosial akibat internet membuktikan itu semua. Orang lebih suka berkomunikasi menggunakan media sosial daripada bertemu langsung. Jika itu ditarik dalam permasalahan yang lebih luas, politik misalnya, ia lebih hiruk-pikuk di media sosial daripada kernyataan sehari-hari.

Baca Juga | Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknologi Komunikasi

2. Neo-futuris

Teknologi(pexels.com/roberto nickson)

Aliran ini merupakan refleksi dari warisan tak terkendali dari gelombang pertama futurisme. Akibat perkembangan teknologi, muncul suatu keyakinan yang tidak kritis, yaitu penerimaan terhadap hal-hal baru dan teknologi high speed. Hal-hal baru ini mempunyai kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang melewatinya, dan meletakkan dasar kerja masa depan dengan penuh harapan. Tokoh-tokoh pendukungnya adalah Jhon Naisbitt, Globa Paradox, Alvin TofflerRichard Groper, Nicholas Negroponte. 

Kita ambil contoh pendapat yang pernah dikemukakan oleh Alvin Toffler. Fuurolog yang lahir di Los Angeles, California pada 4 Oktober 1928 pernah mengatakan. “Untuk menghindari goncangan/keterkejutan masa depan (ketidakmampuan manusia mengadaptasi kemajuan masa depan). maka manusia harus terus-menerus memperbaiki dan berpikir ulang mengenai rujuan sosialnya”. 

Senada dengan Toffler, Grooper dan Negroponte juga menegaskan dengan optimismenya. bahwa “menjadi digital” adalah sesuatu yang utama dari kehidupan politik yang menyehatkan saat ini. Menjadi digital ini tak lain sebuah ungkapan perasaan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Bahwa teknologi adalah fenomena yang membuat manusia harus mengikutinya, diatur, bahkan diarahkan kemana masa depan manusia ini. Antisipasi dari berbagai perubahan teknologi komunikasi sudah selayaknya dilakukan.

Baca Juga | Yuk Baca! 3 Kekuatan Masyarakat Maya Dalam Teknologi Komunikasi

3. Tekno-Realis

Teknologi(pexels.com/tranmautritam)

Tekno-Realis adalah aliran penengah antara dystopian dan neo-futuris. Aliran ini mencoba menjembatani antara pesimisme atas dampak dari teknologi dan harapan muluk masa depan ideal yang bisa dicapai dengan teknologi. Aliran ini mencoba realistis, tetapi juga tidak mengingkari adanya harapan baru di masa datang akan keberadaan teknologi komunikasi. Sebagai aliran tengah, tekno-realis memandang, bahwa penerapan teknologi komunikası dan dampak-dampaknya dalam masyarakat sangat mungkin terjadi. Untuk mengatasi bukan menghindari, tetapi bagaimana kita mengantisıpasinya.

Teknologi itu sebuah keniscayaan, tetapi juga tidak perlu “mendewakan”. Salah satu aspek penting dari aliran ini adalah munculnya kepedulian manusia akan dampak teknologi komunikasi. Jika diringkas bisa dikatakan bahwa teknologi telah mencabut sisi-sisi kemanusiaan seseorang.

Teknologi telah menghubungkan banyak pihak yang sekian lama berpisah bisa saling terhubung. Bahkan lalu lintas pesan dengan kolega di luar jangkauan secara fisik bisa diatasi. Kita bisa ambil contoh akibat munculnya media sosial. seperti Tiwitter, Facebook, Instagram, whatsapp, line, BBM, dan software komunikasi lain. Namun begitu, media sosial telah menjauhkan dari yang awalnya sangat dekat. Sisi kemanusiaan yang dibangun dengan bertemu langsung sudah mulai pudar. 

Ketiga aliran tersebut terus berkembang dengan pengikutnya sendiri-sendiri. Aliran-aliran itu muncul sejalan dengan pemahaman manusia atau dari dampak teknologi. Karenanya, tidak perlu diperdebatkan lebih lanjut. Aliran hanya sebuah cara manusia untuk memahami teknologi yang tentu saja sifat subjeknya tergantung dari berbagai sudut pandang, kepentingan, dan lainnya. Semakin banyak aliran, semakin membuktikan bahwa ada kepentingan manusia atau teknologi yang diciptakan. Bisa dikatakan kepdulian manusia agar tercapai kehidupan masa datang lebih baik.

Nah itu tadi tiga pendekatan dalam mempelajari teknologi komunikasi. Semoga artikel ini bermanfaat, dan jangan lupa komen dibawah ini, ya!

Baca Juga | 7 Teori Media Massa Menurut para Ahli

Sukses Membangun Kesan - Personal Development

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *