Tanggal:23 December 2024

Citra dalam Iklan sebagai Realitas Sosial Media

Ketika kita ingin menggambarkan zaman ini kata Jacques Ellul. Maka gambaran yang terbaik untuk dijelaskan mengenai suatu realitas masyarakat. Adalah masyarakat dengan sistem teknologi yang baik atau masyarakat teknologi. Untuk mencapai masyarakat teknologi maka suatu masyarakat harus mempunyai sistem teknologi yang baik. Dengan demikian, maka fungsi teknologi adalah kunci utama perubahan di masyarakat.

Teknologi secara fungsional telah menguasai masyarakat. Bahkan pada fungsi yang substansial seperti mengatur beberapa sistem norma di masyarakat. Umpamanya sistem lalu lintas di jalan raya, sistem komunikasi, seni pertunjukan, dan sebagainya. Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran masyarakat. Televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun teater dalam pikiran manusia (theater of mind). Sebagaimana gambaran realitas dalam iklan televisi. Suatu contoh, ketika iklan shampo Clear menggunakan iklan dengan gaya seperti adegan dalam film Matrix. Dimana seorang pemuda bersampo Clear dapat menghindari tembakan peluru dengan lekukan tubuh yang fleksibel. Alhasil seluruh adegan dalam iklan tersebut begitu mengagumkan pemirsa.

Berdasarkan sumber buku Penelitian Kualitatif edisi ke-2 (2007). Berikut adalah penjelasan mengenai citra dalam iklan sebagai realitas sosial media. Simak dibawah ini, ya!

Baca juga : Perspektif Mengenai Karakteristik Realitas Sosial

Citra dalam Iklan sebagai Realitas Sosial Media

Pada iklan lain, sabun Surf umpamanya atau Rinso. Gambaran mengenai kemudahan dan kekuatan produk detergen itu dalam iklan. Tidak selamanya dapat dibuktikan dalam dunia nyata. Pengetahuan itu hanyalah realitas yang dibangun oleh iklan televisi dalam media televisi. Untuk menjelaskan betapa hebatnya sebuah produk, sehingga pemirsa sampai kepada kesimpulannya mengenai produk tersebut. Bahwa kalau ia membeli dan menggunakan sabun detergen tersebut akan memudahkan pekerjaannya. Jadi, realitas iklan televisi merupakan gambaran terhadap sebuah dunia yang hanya ada dalam televisi. Realitas itu dibangun berdasarkan pada gambaran realitas seorang copywriter dan visualizer. Tentang dunia atau citra produk yang diinginkannya. 

Semua itu, selain kekuatan media mengkonstruksi theater of mind. Dalam dunia periklanan media, copywriter dan visualizer memiliki kemampuan membangun realitas media tersebut. Keduanya adalah manusia kreatif yang bekerja setiap hari untuk membangun berbagai realitas. Berdasarkan dunia apa yang diinginkannya tentang suatu produk yang akan diiklankan. Sejauh kemampuan mereka itu di dalam membangun sebuah realitas. Seorang copywriter dan visualizer juga dipengaruhi oleh klien, lingkungan mereka, budaya, pandangan terhadap produk. Serta pengetahuan tentang dunia periklanan, keahlian teknologi, dan lainnya.

Penciptaan realitas tersebut menggunakan satu model produksi yang oleh Baudrillard disebutnya dengan simulasi. Melalui model simulasi, manusia dijebak di dalam satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata. Meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka.

Menurut Piliang, ruang realitas semu itu bisa digambarkan melalui analogi peta. Bila di dalam suatu ruang nyata sebuah peta merupakan representasi dari sebuah teritorial. Maka di dalam model simulasi, petalah yang mendahului teritorial. Pada realitas (teritorial) sosial kebudayaan, atau politik. Kini dibangun berdasarkan model-model (peta) fantasi yang tawarkan televisi, iklan, bintang-bintang layar perak, sinetron, atau tokoh-tokoh kartun.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai citra dalam iklan sebagai realitas dari sosial media. Bagaimana menurutmu? komen dibawah, ya!

Baca juga : Prosedur Informan dalam Penelitian Kualitatif

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *