Tanggal:23 December 2024

Dimensi-dimensi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli

Budaya organisasi adalah suatu sistem yang mengacu ke suatu makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya. Kemudian budaya organisasi inilah yang membedakan antara satu organisasi dengan yang lainnya. Sebuah budaya memberikan pedoman bagi para anggotanya akan segala sesuatu yang penting untuk dilakukan.

Baca Juga : Ciri-ciri Motif Individu dalam Menemukan Motivasi

Dimensi-dimensi Budaya Organisasi

Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini memengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidaksepakatan atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Gibson (1996) menyebutkan 7 dimensi budaya, yaitu. Hubungan manusia dengan alam. Individualisme versus kolektivisme. Orientasi waktu. Selanjutnya, orientasi aktivitas. Informalitas. Bahasa dan kepercayaan.

Sedangkan dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi. Menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, antara lain:

  • Inovasi dan pengambilan risiko. Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko.
  • Perhatian ke hal yang rinci. Sebagaimana para karyawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian.
  • Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
  • Orientasi orang. Sebagaimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu.
  • Selanjutnya, orientasi Tim. Diperlihatkan dari kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja, bukannya individu-individu.
  • Keagresifan. Yaitu, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan bersantai.
  • Kemantapan. Yang mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

Baca Juga: Pentingnya Mengenal Budaya Organisasi

Dimensi-dimensi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli

Berdasarkan Buku Komunikasi Organisasi Lengkap (2014). Berikut dibawah ini penjelasan mengenai dimensi-dimensi budaya organisasi menurut beberapa para ahli:

Pendapat Luchans

Menurut pendapat Luchans (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, yang meliputi:

1. Aturan-aturan Perilaku

Yaitu bahasa, terminologi dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.

2. Norma

Adalah standar perilaku yang meliputi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma sosial, norma susila, norma adat, dll.

3. Nilai-nilai Dominan

Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota. Misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.

4. Filosofi

Merupakan kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan dan pelanggannya. Seperti “Kepuasan Anda adalah Harapan bagi Kami”. “Konsumen adalah Raja”, dll.

5. Peraturan-peraturan

Merupakan aturan yang tegas dan organisasi. Pegawai baru harus mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi.

6. Iklim Organisasi

Yaitu keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota berinteraksi. Serta bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.

Baca Juga: Perbedaan Budaya Organisasi dan Iklim Organisasi

Pendapat Hofstede

Sementara menurut Hofstede (dalam Gibson, 1996). Beliau mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:

1. Penghindaran atas Ketidakpastian

Ialah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk memercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga yang melindungi penyesuaian. Masyarakat yang memiliki penghindaran ketidakpastian yang kuat. Menjaga kepercayaan dan perilaku yang ketat dan tidak toleran terhadap orang dan ide yang menyimpang. Sebaliknya, masyarakat dengan penghindaran ketidakpastian yang lemah. Terus menjaga suasana yang santai. Dimana praktik ini dianggap lebih daripada prinsip dan penyimpangan lebih dapat ditoleransi.

2. Maskulin vs Feminim

Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan dan keberhasilan materiil. Lawannya, feminitas, berarti kecenderungan akan hubungan, kesederhanaan, perhatian pada yang lemah dan kualitas hidup. Isu utama pada dimensi ini adalah cara masyarakat mengalokasikan peran sosial atas perbedaan jenis kelamin.

3. Individualisme vs Kebersamaan

Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial di mana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku atau kelompok lainnya melindungi mereka. Sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.

4. Jarak kekuasaan

Ukuran di mana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini mempengaruhi perilaku anggota yang kurang berkuasa dan yang berkuasa. Isu utama dimensi ini adalah bagaimana suatu masyarakat menangani perbedaan di antara penduduk ketika hal itu terjadi. Hal ini mempunyai konsekuensi logis terhadap cara orang-orang membangun lembaga dan organisasi mereka.

Baca Juga: Mengenal Culture Shock Dalam Organisasi

Pendapat Schein

Selanjutnya, menurut Schein, budaya organisasi dapat ditemukan dalam 3 tingkatan, yaitu:

1. Artefak

Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata. Tetapi seringkali tidak dapat diartikan. Seperti misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.

2. Nilai

Dalam hal ini, nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung, sehingga untuk menyimpulkannya. Seringkali diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci. Atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.

3. Asumsi Dasar

Bagian penting dan budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai. Terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.

Nah, itu tadi penjelasan secara lengkap mengenai dimensi-dimensi budaya organisasi menurut para ahli. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu. Jangan lupa berikan komentarmu, dan cek postingan artikel lainnya, ya!

Baca Juga : 5 Program Kerja Public Relation dalam Suatu Organisasi

Sukses Membangun Kesan - Personal Development
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *