Metode pembayaran lump sum merupakan sebuah metode yang biasanya dilakukan dalam jumlah uang yang cukup besar. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membayar barang dan jasa yang dapat digunakan oleh pihak yang membayar dalam jangka waktu tertentu. Istilah lump sum sebenarnya lebih sering digunakan dalam dunia konstruksi.
Para kontraktor umumnya menjadi pihak yang melakukan cara pembayaran secara lump sum. Selain itu, lump sum biasanya digunakan untuk mendanai perjalanan bisnis dari kantor dan di dunia investasi. Untuk mengenal lebih dalam terkait lump sum, yuk, simak penjelasan Vocasia berikut ini!
Pengertian Lump Sum
Lump sum adalah metode pembayaran yang hanya membutuhkan satu kali pembayaran saja. Pembayaran lump sum adalah uang yang dibayarkan sekaligus, sebagai lawan dari serangkaian pembayaran yang dilakukan dari waktu ke waktu(angsuran). Metode ini dapat digunakan untuk transaksi dalam jumlah besar dan sering disebut sebagai kontrak lump sum.
Mirip dengan definisi pembayaran lump sum itu sendiri, definisi kontrak lump sum adalah kesepakatan antara beberapa pihak mengenai bagaimana metode suatu transaksi harus dibayar. Umumnya dalam transaksi komersial atau urusan bisnis, perjanjian ini dilakukan dengan atau tanpa kewajiban kontraktual tertentu. Selain itu, karena kekuatan finansial pihak-pihak terkait tinggi, dimungkinkan untuk mengalihkan beban biaya ke satu sisi untuk sementara waktu.
Jenis-Jenis Kontrak Lump Sum
Banyak orang berpikir bahwa definisi kontrak lump sum sama dengan definisi pembayaran total di muka, tetapi tidak selalu demikian. Tidak semua pembayaran dilakukan di awal transaksi. Ada beberapa jenis pembayaran lump sum yang umum digunakan, antara lain:
1. Fixed Price
Lump sum fixed price adalah kontrak pembayaran total berdasarkan jumlah keseluruhan biaya saja. Biaya ini meliputi, biaya material, biaya tenaga kerja, biaya administrasi, dan biaya lain yang dikhawatirkan akan muncul, seperti denda, kerusakan, dan sebagainya. Untuk transaksi antara pihak yang berbeda, seperti pemerintah dan perusahaan konstruksi, metode pembayaran yang paling umum adalah lump sum fixed price. Namun, transaksi pembayaran yang melibatkan jenis kontrak ini ternyata sangat rentan dieksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
2. Cost Plus Contract
Cost plus contract adalah metode membayar jumlah penuh kepada produsen, termasuk biaya produksi dan biaya produksi. Metode ini sering digunakan dalam dunia arsitektur. Jumlah biaya langsung dan tidak langsung harus ditentukan secara rinci dan jelas saat menggunakan metode pembayaran ini. Pihak Penerima tidak boleh menambahkan biaya risiko apa pun pada biaya bahan atau tenaga kerja. Selain itu, untuk cost plus contract, biaya tenaga kerja tidak termasuk dalam perhitungan biaya total, tetapi langsung dalam kontrak, yang biasanya lebih tinggi.
3. Time and Materials Contract
Berikutnya adalah jenis kontrak lump sum time and materials contract. Kontrak ini sangat cocok jika kamu menjalankan proyek kecil dengan dana terbatas. Dalam perjanjian ini, pemilik dan penerima manfaat biasanya setuju bahwa proyek akan diselesaikan dengan investasi waktu dan material tertentu. Jika proyek tidak selesai dalam waktu dan bahan yang disepakati, penerima manfaat wajib menanggung konsekuensinya.
4. Unit Pricing Contract
Di antara jenis kontrak lainnya, unit pricing contract adalah kontrak yang paling fleksibel dan dianggap paling aman. Dalam kontrak ini, penerima manfaat terlebih dahulu melaksanakan proyek dengan biaya sendiri dan kemudian mengunci harga jual per unit kepada pembeli. Unit pricing contract sering digunakan dalam pembangunan perumahan kolektif. Oleh karena itu, pembangun pertama-tama membangun rumah dengan dana sendiri dan kemudian menawarkannya kepada orang yang memesannya dengan harga tertentu.
Setelah mengetahui jenis-jenis dari kontrak lump sum, sekarang kita akan membahas keuntungan dalam menggunakan metode ini dalam perhitungan biaya, yaitu sebagai berikut:
1. Meminimalisir Kendala Finansial
Keuntungan pertama dari kontrak harga tetap adalah batas keuangan minimal yang mungkin kamu temui. Jika pendanaan 100% tersedia pada awalnya, pelaksana tidak perlu khawatir proyek terhenti karena alasan biaya. Apalagi jika nanti ada keadaan darurat, aparat tidak perlu berurusan dengan birokrasi untuk membayar dana karena 100% dana sudah dikuasainya.
2. Pelaksanaan Proyek Lebih Lancar
Keuntungan lump sum selanjutnya adalah semua kebutuhan kamu dapat dipenuhi dalam waktu singkat, sehingga proyek kamu dapat berjalan lebih lancar. Dengan metode pembayaran ini, dananya terjamin, sehingga orang-orang proyek tidak perlu khawatir ketika ingin menyerahkan kebutuhannya.
3. Kontrol Keuangan Ada di Pelaksana Proyek
Keuntungan selanjutnya dari penerapan metode pembayaran ini adalah pengendalian keuangan 100% ada di pelaksana proyek. Pemilik dana hanya memiliki hak atas proyek dan tidak punya hak dari segi pengelolaan keuangannya.
Kekurangan Lump Sum
Setelah membahas keuntungan dari metode pembayaran lump sum, berikut ini adalah beberapa kekurangan yang ada pada metode pembayaran ini, antara lain:
1. Dana Berjumlah Besar dan Tidak Dapat Dicicil
Kerugian pertama dari kontrak pembayaran lump sum adalah dananya besar dan tidak dapat dicicil. Seperti yang disepakati sebelumnya, investor awal harus memiliki cadangan kas yang signifikan untuk memulai proyek. Cadangan tunai ini harus sudah tersedia pada saat kontrak proyek ditandatangani.
2. Ada Kemungkinan Markup Dana
Pemilik proyek akan lebih merasakan kekurangan yang satu ini. Dengan tarif tetap, pengelolaan proyek 100% dilakukan oleh pelaksana. Pemilik proyek dapat berpartisipasi, tetapi hanya memiliki hak untuk memantau. Oleh karena itu, jika pemilik proyek tidak waspada, pelaksana pilihannya dapat menaikkan harga(kelebihan dana dari jumlah semula).
3. Pelaksana Bertanggung Jawab 100% Atas Kegagalan Proyek
Kelemahan terakhir dari kontrak lump sum adalah pelaksana wajib bertanggung jawab jika proyek gagal atau tidak selesai seperti yang diharapkan. Konsekuensi dari implementasi yang tidak berhasil juga biasanya didokumentasikan dalam perjanjian kontrak.
Setelah membahas definisi lump sum dan jenis-jenisnya, kali ini Vocasia akan membahas berbagai contoh penerapan kontrak ini dalam kehidupan sehari-hari, berikut ini lebih lengkapnya!
1. Dalam Dunia Konstruksi
Industri yang paling banyak menggunakan lump sum adalah industri bangunan dan konstruksi. Untuk memfasilitasi implementasi tanpa tekanan biaya, kontraktor biasanya menyepakati biaya dengan pemilik di muka, termasuk siapa yang akan menjadi penyandang dana proyek awal. Jika kontraktor adalah pemberi pinjaman asli, pilihan perjanjian pembayaran yang paling aman adalah fixed price atau unit pricing.
2. Dalam Dunia Perbankan
Jika kamu belum tau, kontrak lump sum adalah hal biasa di industri perbankan. Banyak produk di dunia perbankan yang tidak mengenal metode pembayaran yang satu ini. Contohnya adalah asuransi. Untuk asuransi, nasabah harus membayar sejumlah premi asuransi yang tetap setiap bulannya.
Pembayaran ini dilakukan dalam jangka waktu yang disepakati, misalnya dalam waktu 10 tahun. Jika premi asuransi tidak dibayar dalam jangka waktu pembayaran, maka akan dikembalikan. Dalam waktu dua tahun setelah pembayaran, perusahaan asuransi akan membayar premi sesuai kesepakatan. Namun, nasabah asuransi harus membayar premi sampai dengan 10 tahun dan tidak dapat berhenti setelah premi dibayarkan.
Dari uraian di atas, kamu dapat melihat bahwa pembayaran lump sum adalah metode pembayaran sejumlah besar uang sekaligus. Agar metode pembayaran ini berjalan dengan lancar, pembayar harus memahami situasi keuangannya dengan baik dan penerima harus dapat mengendalikan uangnya agar tidak menjadi boros.
Terus, bagaimana caranya agar kamu bisa mengelola uang dengan baik dan tidak menjadi boros? Salah satu caranya adalah dengan mencatat semua transaksi keuangan di laporan keuangan bisnis, dan jawabannya ada di Vocasia! Kamu dapat meenemukan beragam kelas akuntansi dan keuangan untuk mengasah skill menata pengelolaan keuangan perusahaan, dan masih banyak lagi! Ikuti kelasnya di tautan berikut!
Leave a Reply