Pernahkan Sobat Vocasia mendengar istilah etnosentrisme? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Orang-orang yang memiliki pandangan etnosentrisme menganggap budaya mereka lebih baik daripada kelompok lain. Paham ini kemudian dapat memicu pertikaian antar kelompok.
Pengertian Etnosentrisme Menurut Ahli
- Poerwanti – etnosentrisme adalah pandangan bahwa kelompok sendiri merupakan pusat segalanya.
- Alo Liliweri – etnosentrisme merupakan paham yang dianut oleh kelompok atau suku bangsa yang menganggap lebih superior dibandingkan kelompok luar.
- Sumnel – etnosentrisme adalah kecenderungan manusia yang mementingkan diri sendiri, lebih unggul dari orang lain, dan menjadi individualistik.
- Adorno – etnosentrisme merupakan kecenderungan seseorang yang kurang belajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama fanatik.
- Joseph A DeVito – etnosentrisme adalah kecenderungan untuk evaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku dalam budaya sendiri yang lebih baik, lebih logis, dan wajar dibanding budaya lain.
- Dayakisni dan Yuniardi – etnosentrisme merupakan sikap dalam melihat dan melakukan interpretasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan nilai-nilai yang ada pada budaya sendiri.
Singkatnya, etnosentrisme merupakan fanatisme suatu bangsa/kelompok masyarakat yang menganggap kebiasaan, agama, bahasa, dan perilaku mereka paling baik dibandingkan bangsa/kelompok masyarakat lainnya. Sikap ini akan mengarah pada diskriminasi kelompok.
Baca juga: Pengertian Liberalisme
Penyebab Etnosentrisme
Etnosentrisme dapat dipicu oleh berbagai macam faktor, beberapa di antaranya adalah:
1. Stereotipe
Stereotipe adalah keyakinan seseorang terhadap orang lain yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman. Keyakinan seseorang terhadap orang lain dapat memengaruhi cara pandang mereka menanggapi adanya perbedaan antar kelompok. Stereotipe ini kemudian dapat berujung pada etnosentrisme, yaitu ketika suatu kelompok memandang rendah kelompok lainnya.
2. Prasangka Sosial
Prasangka sosial dapat mengarah pada konteks yang negatif ketika seseorang mencoba untuk membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain. Perbandingan yang disertai dengan kesombongan dapat menghambat efektivitas komunikasi antar kelompok yang berbeda budaya. Akibatnya, integrasi dalam masyarakat majemuk akan sulit diwujudkan.
3. Budaya Politik
Budaya politik menciptakan pemikiran subjektif dan penuh dengan ikatan emosional. Selain itu, budaya politik juga membawa paham atau pandangan yang sudah tertanam sejak kecil. Politik adalah kepentingan, jadi masyarakat yang terlibat dalam politik memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri mereka sendiri.
4. Jarak Sosial
Jarak sosial adalah hal-hal yang memisahkan individu atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan tertentu. Misalkan, kelompok masyarakat bertaraf ekonomi menengah ke bawah tentu memiliki tuntutan yang berbeda dengan kelompok masyarakat bertaraf ekonomi menengah ke atas. Disadari maupun tidak disadari, perbedaan ini akan menciptakan jarak sosial dalam masyarakat.
5. Pluralitas
Suatu wilayah atau daerah yang dihuni oleh berbagai macam suku, ras, agama, dan golongan sangat rentan mengalami konflik sosial. Setiap kelompok akan berusaha untuk mendominasi dan menguasai kelompok lainnya. Oleh karena itu, pluralitas adalah kekuatan sekaligus tantangan dalam interaksi sosial.
Baca juga: Pengertian Kapitalisme, Jenis, dan Contohnya
Dampak Etnosentrisme
A. Dampak Positif
- Meningkatkan kesatuan, kesetiaan, dan moral kelompok.
- Individu dan kelompok menjadi lebih toleran terhadap budaya sendiri.
- Menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme terhadap budaya sendiri.
- Melindungi perubahan, menjaga keutuhan, dan stabilitas kebudayaan.
- Menghambat masuknya kebudayaan asing.
- Individu dan kelompok dapat lebih mencintai diri sendiri dan budayanya.
B. Dampak Negatif
- Munculnya gerakan politik yang berbau budaya dan agama.
- Menyulut konflik dan pertikaian antara golongan mayoritas dan minoritas.
- Menghambat proses interaksi langsung antar kelompok.
- Kesulitan dalam melakukan penyesuaian dengan kebudayaan yang berbeda.
- Ilmu pengetahuan yang ideal tidak merata diterima semua orang.
- Menghambat terjadinya pertukaran budaya di suatu daerah.
- Menimbulkan kecintaan berlebih atau fanatisme terhadap budaya sendiri.
Baca juga: Mengenal Feminisme: Pengertian, Sejarah, dan Alirannya
Contoh Etnosentrisme
Masihkah Sobat Vocasia ingat dengan Adolf Hitler atau rezim Nazi? Masa kekuasaan rezim Nazi adalah salah satu tragedi etnosentrisme yang sangat memberkas di abad ke-20. Semuanya berawal pada tahun 1933 ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman. Hitler menganggap masyarakat Yahudi sebagai ras jahat yang berusaha untuk mendominasi dunia. Hitler mulai menyerang orang Yahudi pada April 1933 dengan memboikot bisnis mereka. Kemudian, mengusir orang-orang Yahudi dari layanan pemerintah. Partisipasi orang Yahudi di sekolah Jerman juga dibatasi dalam kuota tertentu. Pada Mei 1933, ribuan murid dan profesor Nazi menyerang perpustakaan dan toko buku di 30 kota Jerman untuk melenyapkan buku-buku karya orang non-Arya dan penentang ideologi Nazi. Puluhan ribu tersebut dibakar sebagai upaya untuk membersihkan budaya Jerman dari tulisan non-Jerman.
Baca juga: Mengenal Seksisme: Pengertian dan Contohnya di Kehidupan Sehari-Hari
Demikianlah uraian singkat tentang etnosentrisme. Menurut Sobat Vocasia, apakah masyarakat Indonesia perlu menumbuhkan paham etnosentrisme? Kita sudah ketahui bahwa etnosentrisme memiliki dua sisi, yaitu positif dan negatif. Etnosentrisme dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri, akan tetapi kecintaan tersebut dapat berubah menjadi fanatisme yang berujung pada kesombongan dan diskriminasi. Pernahkah Sobat Vocasia melihat fenomena etnosentrisme di lingkungan sekitar?
Baca juga: 8 Cara Tepat Mengatasi Perlakuan Rasisme di Masyarakat