Tanggal:22 November 2024

Proses Uji Keabsahan Hasil Penelitian

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal. Pertama, subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif. Kedua, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi. Apapun bentuknya mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka. Apalagi tanpa kontrol dalam observasi partisipasi. Ketiga, sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Di dalam penelitian kuantitatif uji validitas dan uji reliabilitas dapat dilakukan terhadap alat penelitian. Untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian instrumen penelitian. Sehingga data yang diperoleh dari penyebaran instrumen penelitian itu dianggap sudah valid. Kemudian sesuai dengan data yang diinginkan.

Berdasarkan sumber buku Penelitian Kualitatif edisi ke-2 (2007). Berikut adalah penjelasan mengenai proses uji keabsahan hasil penelitian. Simak dibawah ini, ya!

Baca juga : Teorisasi dalam Penelitian Kualitatif, Beserta Penjelasannya

Proses Uji Keabsahan Hasil Penelitian

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam setiap penelitian kualitatif, kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti. Untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena itu hampir dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan. Bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

Moleong (2006: 327) mengatakan apabila peneliti lebih lama di lapangan. Maka ia akan akan membatasi:

  • Ganggungan dari dampak peneliti pada konteks
  • Kekeliruan (biases) peneliti
  • Mengompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.

Bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi.informan. Lalu memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna lainnya. Yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup bersama peneliti. Peneliti di lapangan lebih lama. Berarti pula ia dapat menghindari distorsi yang kemungkinan terjadi selama pengumpulan data. Bahkan peneliti dapat melakukan cek ulang setiap informasi yang didapatnya. Sehingga apabila kesalahan mendapat informasi. Seperti informan berdusta bahkan kesengajaan informan untuk menipu peneliti akan dapat dihindari. Hal ini karena peneliti memiliki waktu yang cukup untuk melakukan periksa ulang berkali-kali terhadap informan. Bahkan semakin lama ia berada di lapangan. Alhasil ia dapat memperbanyak informasi sehingga informasi yang diperolehnya semakin banyak pula.

2. Menentukan Siklus Kesamaan Data

Tidak ada kata sepakat mengenai kapan suatu penelitian kualitatif dihentikan. Dalam arti kapan selesainya suatu penelitian dilakukan secara kualitatif. Ketika peneliti mengatakan bahwa setiap hari ia menemukan data baru. Maka artinya ia masih terus bekerja untuk menemukan data lainnya karena informasi yang ingin diperolehnya masih banyak. Akan Tetapi suatu hari ia menemukan informasi yang sama yang pernah didapatkan. Begitu pula hari-hari berikutnya ia hanya memperoleh data yang pernah diberikan oleh informan.sebelumnya. Dengan demikian, ia harus melakukan langkah akhir. Yaitu menguji keabsahan data penelitiannya dengan informasi yang baru saja ia peroleh. Apabila tetap sama maka ia sudah menemukan siklus kesamaan data. Atau dengan kata lain ia sudah berada di penghujung aktivitas penelitiannya.

3. Ketekunan Pengamat

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi. Jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan panca indra. Namun juga menggunakan semua panca indra. Termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan. Alhasil derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.

4. Pengecekan Melalui Diskusi

Diskusi dengan berbagai kalangan yang memahami masalah penelitian. Akan memberikan informasi yang berarti kepada peneliti. Sekaligus sebagai upaya untuk menguji keabsahan hasil penelitian. Cara ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara dan atau hasil akhir untuk didiskusikan secara analitis. Diskusi bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian. Serta mencari titik-titik kekeliruan interpretasi dengan klasifikasi penafsiran dari pihak lain.

Moleong (2006:334) mengatakan bahwa diskusi dengan kalangan sejawat akan menghasilkan:

  • Pandangan kritis terhadap hasil penelitian,
  • Temuan teori substantif,
  • Membantu mengembangkan langkah berikutnya,
  • Pandangan lain sebagai pembanding,

Namun ada bias yang besar terhadap hasil penelitian yang didiskusikan. Karena apabila peneliti tidak hati-hati dan tidak mampu menjelaskan hasil penelitian dengan baik. Pada akhirnya diskusi ini akan mengacaukan semua langkah. Dan desain penelitian serta hasil-hasilnya ini akan menghancurkan kerja keras peneliti selama ini. Berarti dalam hal ini peneliti merasa bahwa gagal melakukan penelitian.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai proses uji keabsahan dari hasil penelitian. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!

Baca juga : Keterbatasan Metode Analisis Data Kualitatif

sukses wawancara - personal development
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *