Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti. Tujuannya agar data atau informasi dapat diperolehnya. Karena itu, di dalam bahasan ini yang paling penting adalah prosedur informan dalam penelitian kualitatif. Menentukan informan bisa dilakukan oleh peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian. Serta memahami pola anatomi masyarakat di mana penelitian itu dilaksanakan.
Namun, apabila peneliti belum memahami anatomi masyarakat tempat penelitian. Maka peneliti berupaya agar tetap mendapatkan informan penelitian. Dari kedua usaha tersebut, maka dalam penelitian kualitatif dimungkinkan menggunakan tiga cara ini. Yaitu prosedur purposif, prosedur kuota, dan prosedur bola salju (snowball), dalam menentukan dan menemukan informan. Berdasarkan sumber buku Penelitian Kualitatif edisi ke-2 (2017). Berikut adalah penjelasannya, simak dibawah ini, yuk!
Baca juga : Konsep Penulisan Laporan dan Karya Ilmiah Kualitatif
Macam-Macam Klasifikasi Informan dalam Penelitian Kualitatif
1. Informan Utama
Informan utama adalah individu dan kelompok yang digunakan sebagai informasi pertama atau sebagai sumber berita dalam menyampaikan ilustrasi teknis tentang masalah penelitian. Informan utama dalam penelitian kualitatif, seperti “aktor utama” dari sebuah kisah atau cerita. Informan primer adalah orang yang mengetahui masalah penelitian untuk diteliti secara profesional dan lebih baik.
2. Informan Kunci
Informan kunci adalah informan yang memiliki pengetahuan luas tentang konflik yang dibahas oleh peneliti. Informan kunci tidak hanya mengetahui kondisi/fenomena umum masyarakat, tetapi juga mengetahui informasi tentang informan yang paling penting. Dalam pemilihan informan kunci tergantung asal unit analisis yang akan diteliti. Misalnya, dalam suatu unit organisasi, informan kuncinya adalah pimpinan organisasi.
3. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah individu atau kelompok yang digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai isu sekunder, ketika menyampaikan deskripsi yang mendukung asal informasi dasar yang berkaitan dengan dilema penelitian. Informan pendukung mengacu pada individu yang dapat memberikan informasi tambahan untuk melengkapi analisis dan pembahasan penelitian kualitatif. Informan tambahan terkadang menyampaikan pesan yang tidak disampaikan oleh informan utama atau informan kunci.
Prosedur Informan dalam Penelitian Kualitatif
1. Prosedur Purposif
Adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif. Yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih, serta yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Misalnya; penderita HIV, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, dokter, dan dosen. Contoh dari penggunaan prosedur purposif ini antara lain dengan menggunakan key person.
Ukuran besaran individu key person atau informan, yang mungkin atau tidak mungkin ditunjuk, sudah ditetapkan sebelum pengumpulan data. Tergantung pada sumber daya dan waktu yang tersedia, serta tujuan penelitian.
Dengan kata lain besaran key person yang digunakan sebagai informan, telah disesuaikan dengan struktur sosial saat pengumpulan data dilakukan. Kunci dasar penggunaan prosedur ini adalah penguasaan informasi dari informan. Selanjutnya secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci di dalam proses sosial, selalu langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu.
Ukuran sampel purposif sering kali ditentukan atas dasar teori kejenuhan. Yakni titik dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi membawa wawasan tambahan untuk pertanyaan penelitian. Namun, informan berikutnya akan ditentukan bersamaan dengan perkembangan review dan analisis hasil penelitian saat pengumpulan data berlangsung.
2. Prosedur Kuota
Pada prosedur ini, kadang-kadang dianggap sebagai jenis prosedur purposif. Dalam prosedur kuota, peneliti memutuskan saat merancang penelitian. Berapa banyak orang dengan karakteristik yang diinginkan untuk dimasukkan sebagai informan. Karakteristik mungkin termasuk usia, tempat tinggal, jenis kelamin, kelas, profesi, status perkawinan, penggunaan metode kontrasepsi tertentu, serta status HIV. Kriteria yang dipilih memungkinkan peneliti, untuk fokus pada orang yang peneliti perkirakan yang paling mungkin memiliki pengalaman, tahu tentang, atau memiliki wawasan ke dalam topik penelitian. Peneliti pergi ke masyarakat, lalu menggunakan strategi rekrutmen yang tepat untuk lokasi, budaya, dan populasi penelitian. Kemudian menemukan orang yang sesuai dengan kriteria ini, sampai peneliti memenuhi kuota yang ditentukan.
Perbedaan antara prosedur purposif dan kuota adalah bahwa keduanya berusaha untuk mengidentifikasi peserta berdasarkan kriteria yang dipilih. Namun, prosedur kuota lebih spesifik. Sehubungan dengan ukuran dan proporsi subsampel, dengan sub-sub kelompok yang dipilih. Untuk mencerminkan proporsi yang sesuai dalam populasi. Jika misalnya, jenis kelamin dijadikan kriteria untuk membedakan fenomena minat pada bagaimana orang mengalami infeksi HIV. Alhasil informan kuota akan mencari keseimbangan yang sama HIV-positif laki-laki dan HIV-positif perempuan di sebuah kota dalam objek penelitian.
Baca juga : Merancang Judul, dan Konsep Penelitian Kualitatif
3. Prosedur Snowball
Pada prosedur bola salju (snowball), dikenal juga sebagai prosedur “rantai rujukan”. Dalam prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan pernah di kontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti. Adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka. Untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi. Atau berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada peneliti.
Selain itu, prosedur snowball sering digunakan untuk mencari dan merekrut “informan tersembunyi”. Yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya.
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan disaat menggunakan prosedur snowball, yaitu apabila informan dengan karakter tertentu sulit ditemukan. Lalu informan yang ditemui bersedia merujuk peneliti ke informan lain. Memungkinkan perkembangan mata rantai rujukan sampai pada snowball yang memadai. Sebagai informan penelitian yang dibutuhkan peneliti. Namun, peneliti harus memverifikasi kelayakan setiap informan. Agar memastikan informasi yang diberikan adalah informasi yang akurat. Karena informan benar-benar memahami masalah penelitian yang diperlukan peneliti.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai prosedur informan dalam penelitian kualitatif. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa cek postingan artikel yang lainnya juga, ya!
Edited by: Marsella Shafira Lukmi
Instagram: @marsellasl
Leave a Reply