Rima merupakan istilah yang tak asing di telinga. Rima ialah persamaan bunyi yang terdapat dalam suatu ragam sastra. Dalam ragam sastra rima terikat dengan irama, matra, serta larik dan bait. Keseluruhan elemen ini berguna sebagai penambah nilai estetika pada bunyi dan visual dari ragam sastra. Biasanya, ragam sastra yang memiliki persamaan bunyi ini ialah puisi serta pantun. Untuk mengetahui penjelasan mengenai rima secara lebih lengkap, perhatikan penjelasan berikut ini.
Baca juga: 11+ Contoh Majas Metafora Beserta Pengertian Dan Contohnya
Pengertian Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang terdapat dalam ragam sastra, seperti puisi dan pantun. Pengulangan ini dilakukan untuk menghadirkan estetika, baik dari segi pendengaran maupun visual dari ragam sastra tersebut.
Salah satu elemen dalam ragam sastra ini dijelaskan juga sebagai pengulangan terhadap bunyi yang terjadi secara berselang, baik dalam larik sajak maupun larik yang jaraknya berdekatan. Hal ini dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Adapun pendapat Zaidan dkk (1996: 71) yang menegaskan kembali perihal rima sebagai pengulangan bunyi berselang. Beliau juga menyebutkan bahwa pengulangan bunyi tersebut dapat berupa tampilan dari tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara.
Meninjau penjelasan tersebut, persamaan bunyi ini merupakan peristiwa yang dapat terjadi di larik sajak atau puisi yang jaraknya dapat berdekatan. Persamaan bunyi ini juga dapat terlihat di dalam larik atau akhir larik karya sastra.
Baca juga: 11+ Contoh Majas Repetisi
Jenis Rima dan Contohnya
Berdasarkan buku Apresiasi Puisi (Teori dan Aplikasi), jenis-jenis dari rima dapat dijelaskan dalam beberapa kategori, diantaranya:
Baca juga: 10 Rekomendasi Novel Terbaik & Terbagus 2022
1. Rima Berdasarkan Persesuaian Bunyi dalam Kata atau Suku Kata
Dalam hal ini rima dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Rima penuh, yaitu persamaan bunyi yang terjadi pada seluruh suku kata terakhir dalam suatu larik atau frasa. Contoh dari persesuaian bunyi ini ialah “sayur mayur”.
- Rima mutlak ialah persesuaian bunyi yang hadir pada akhir seluruh kata. Contohnya, “Mendatang-datang jua. Kenangan masa lampau. Menghilang muncul juga. Yang dulu silau-silau.”
- Rima paruh merupakan persamaan bunyi yang terjadi di suku akhir kata. Contohnya, “campur baur”.
- Rima aliterasi adalah persamaan bunyi yang ada pada awal kata. Contoh dari persesuaian bunyi ini ialah “sedu sedan”.
- Rima asonansi dapat terjadi karena adanya persesuaian bunyi pada bagian vokal dalam kata. Contohnya, “ketekunan kegemukan”
- Rima konsonansi merupakan kebalikan dari persamaan bunyi asonansi di mana persamaan bunyinya terjadi pada konsonan. Contohnya, “kocar kacir”
- Rima disonansi merupakan persamaan bunyi yang menyatakan pertentangan pada bunyi vokal. Contohnya, “kisah kasih”
- Rima rangkai, yaitu persesuaian bunyi yang terjadi pada beberapa kata, seperti rima a-a-a-a atau b-b-b-b
- Rima rupa ialah persamaan bunyi pada huruf yang memiliki kemiripan, namun memiliki arti berbeda. Contohnya, “kumbang” dan “kembang”
2. Rima Berdasarkan Letak Kata dalam Baris
Persesuaian bunyi berdasarkan letak kata dalam baris dapat dijelaskan dalam penjelasan berikut ini.
Baca juga: 11 Contoh Puisi Pendek Pendidikan Menyentuh Hati
- Rima awal, ialah persesuaian bunyi yang letaknya berada di awal kalimat. Contohnya, “Dari mana hendak ke mana. Dari sawah hendak ke rumah. Dari mana kita berkelana. Dari rumah menuju dunia”.
- Rima tengah merupakan persamaan bunyi yang berada di tengah kalimat atau baris. Contohnya, “Pohon nangka buahnya jarang. Pohon asam tingginya menjulang. Siapa sangka dinda senang. Muka masam rai tak riang”
- Rima akhir, yaitu persamaan bunyi pada kata atau suku kata pada akhir kalimat atau baris. Contohnya, “Burung nuri terbang tinggi. Burung dara menari-nari. Hati siapa takkan iri. Melihat dara si jantung hati”
3. Rima Berdasarkan Letak Pasangannya dalam Bait
Jenis persamaan pada letak pasangannya dalam bait ini dapat terlihat pada penjelasan berikut ini.
Baca juga:
- Rima terus merupakan persamaan bunyi yang ada pada akhir setiap baris dalam kata atau suku kata. Contohnya, “Abdul Muluk putra Baginda. Besaran sudah bangsawan muda”
- Rima kembar, yaitu persesuaian bunyi saling berpasangan pada kata atau suku kata. Misalnya, “Sedikitpun matamu tak mengerling. Memandang ibumu sakit berguling. Air matamu tak bercucuran. Tinggalkan ibumu tak penghiburan.”
- Rima silang ialah persesuaian bunyi yang peletakannya dilakukan secara silang. Misalnya, “Kalau ada sumur di ladang. Boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umurku panjang. Boleh kita berjumpa lagi.”
- Rima peluk ialah persamaan bunyi yang suku katanya diapit satu atau dua suku kata yang memiliki kesamaan bunyi. Maka dari itu, persesuaian bunyi ini kerap disebut juga sebagai persesuaian bunyi peluk. Misalnya, “Hati memuja Tuhan kuasa. Gerak laku jauhlah hari. Maafkan aku yang Gusti. Dalam usaha yang alpa.”
- Rima putus merupakan persesuain bunyi yang suku katanya terputus. Misalnya, “Padamu seribu mawar sudah kuberi. Sekedar membeli cintamu. Tapi kau tetap membatu, diam dan bisu. Walau seribu tahun sudah aku menunggu, rindu, pilu”
- Rima bebas merupakan salah satu persesuaian bunyi yang peletakannya dilakukan secara bebas.
Demikianlah paparan mengenai rima yang biasanya terdapat dalam ragam sastra, seperti puisi dan pantun. Keberadaan rima atau persamaan bunyi ini dilakukan untuk memperindah bunyi dan visual dari ragam sastra yang diciptakan. Persamaan bunyi ini juga digunakan untuk memvariasikan gaya bahasa pada karya sastra.
Untuk mengetahui artikel lain mengenai elemen dalam sastra atau artikel lainnya, klik tautan ini. Selain itu, kamu juga dapat mengakses tautan ini untuk menambah hard skill-mu guna memperluas kariermu. Ayo, bergabung bersama vocasia!
Leave a Reply