Tanggal:05 May 2024

Stunting Pada Anak

Akhir – akhir ini sedang ramai diperbincangkan isu stunting anak yang menyita perhatian warganet, khususnya para pengguna sosial media. Lalu apa yang menyebabkan stunting begitu ramai dibicarakan? Untuk mengetahui lebih dalam mengenai stunting, berikut pembahasannya!

Apa itu Stunting?

Menurut WHO stunting diartikan sebagai kondisi yang membuat pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu, disebabkan oleh kekurangan gizi dan infeksi berulang yang dapat dilihat melalui tinggi badan yang dibawah standar. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah kondisi pada balita yang memiliki z-scorenya kurang dari -2.00 standar deviasi dan kurang dari -3.00 severely stunted. Jadi, dapat dikatakan bahwa stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak yang berada dibawah standar karena disebabkan oleh beberapa kondisi.

Apa penyebab stunting?

Pastinya penyebab utama dari stunting adalah kekurangan gizi dan nutrisi yang cukup pada anak. Hal ini juga dilatarbelakangi karena adanya kesalahan dalam pola asuh maupun tidak adanya kesiapan bagi seorang ibu dalam merawat anak. Sanitasi lingkungan yang buruk juga menjadi faktor pendukung yang menyebabkan kasus stunting di Indonesia sering dijumpai. Namun, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia ditemukan bahwa kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022 turun dari 24,4% menjadi 21,6%. Penurunan angka stunting terbanyak berasal dari beberapa daerah di Indonesia, antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten. Kabar baik ini turut menjadi prestasi yang semakin ditingkatkan dalam menjaga stabilitas pertumbuhan anak di Indonesia.

Bagaimana gejala stunting pada anak?

Umumnya gejala stunting pada anak dapat terlihat ketika anak menginjak usia 2 tahun yang akan menunjukan tinggi rata – rata anak. Jika anak tersebut memiliki tinggi yang kurang dari anak seusianya maka anak tersebut berkemungkinan mengalami stunting. Selain dilihat dari tinggi badan, berikut beberapa bentuk gejala yang terlihat ketika stunting terjadi pada anak:

  1. Ukuran tubuh terlihat normal tetapi terlihat lebih muda/kecil dari anak seusianya
  2. Memiliki berat badan yang rendah untuk anak seusianya
  3. Pertumbuhan tulang yang lambat

Melihat dari gejala – gejala tersebut, maka dianjurkan untuk selalu memeriksa kondisi anak secara rutin. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pelayanan kesehatan di puskesmas, posyandu, maupun rumah sakit terdekat. Bentuk pemeriksaannya mulai dari memeriksa tinggi badan, berat badan, dan gizi pada anak.

Apa dampak dari stunting pada anak?

Dampak yang ditimbulkan dari stunting dapat berjangka pendek maupun panjang. Sehingga diperlukan beberapa penanganan untuk mengatasi kondisi tersebut. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi pada anak yang mengalami stunting:

Gangguan Kognitif

Hal ini dapat mempengaruhi kinerja IQ pada anak dan membuat penurunan prestasi pada usia sekolah.

Mengalami Kesulitan Belajar

Anak – anak yang mengalami stunting akan sulit berkonsentrasi dan memiliki tingkat fokus yang rendah dalam memahami pembelajaran. Sehingga dapat mempengaruhi prestasi anak dalam lingkungan sekolahnya.

Mudah Mengalami Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular yang dimaksud seperti obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi. Umumnya penyakit ini akan timbul ketika anak sudah beranjak dewasa.

Imunitas Lebih Rendah

Rendahnya nutrisi pada anak yang mengalami stunting menjadikan imunitas tubuh rendah. Dengan kata lain, anak tersebut akan mudah terserang penyakit yang selanjutnya mempengaruhi daya tahan tubuh. Apabila tidak ditangani maka kondisi ini akan menjadi siklus yang berulang.

Hilangnya Produktivitas

Biasanya orang dewasa yang pernah mengidap stunting akan memiliki produktivitas yang kurang. Maka gejala stunting saat usia balita tidak boleh dianggap remeh, karena dampaknya akan terus berlanjut hingga ke usia dewasa.

Bagaimana mencegah stunting?

Setiap penyakit pastinya memiliki cara tersendiri untuk mencegahnya, seperti halnya stunting yang merupakan gangguan pada tumbuh kembang anak. Lalu pencegahan stunting tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, namun dibutuhkan kesadaran seluruh pihak baik itu pemerintah desa, pemerintah daerah, maupun pemerintah kota dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Dalam menurunkan jumlah stunting, maka diterapkan Strategi Nasional Percepatan penurunan stunting dalam waktu 5 tahun ke depan. Upaya yang dilakukan antara lain:

  1. Memperhatikan asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan ibu menyusui
  2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil, bayi dan balita
  3. Mengatasi permasalahan anak yang susah makan dengan cara memberikan variasi makanan kepada anak
  4. Menjaga sanitasi lingkungan tempat tinggal yang baik bagi keluarga;
  5. Memberikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting, pola asuh yang baik untuk mencegah stunting serta mendorong para ibu untuk senantiasa mencari informasi terkait asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak;
  6. Melakukan vaksinasi lengkap semenjak bayi lahir sesuai dengan anjuran dan himbauan IDAI.

Sedangkan upaya yang dilakukan untuk pengobatan stunting jika anak sudah didiagnosa menderita stunting yaitu sebagai berikut:

  1. Melakukan terapi awal seperti memberikan asupan makanan yang bernutrisi dan bergizi;
  2. Memberikan suplemen tambahan berupa vitamin A, Zinc, zat besi, kalsium dan yodium;
  3. Memberikan edukasi dan pemahaman kepada keluarga untuk menerapkan pola hidup bersih dengan menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal

Selain berbagai upaya yang dijalankan tersebut, maka diperlukan juga asupan makanan yang sehat dan bergizi. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor utama penyebab stunting adalah kurangnya gizi yang cukup pada anak. Lalu berikut beberapa makanan yang dapat dijadikan sebagai asupan bagi anak maupun ibu hamil:

  • Tempe dan tahu: kedua makanan ini sudah dikenal sebagai penghasil sumber protein nabati. Kandungan protein pada tempe yaitu sebesar 14 gram dan 10,9 gram pada tahu. Selain itu, keduanya juga mengandung zat besi yang mampu meningkatkan sistem imun dan energi serta menjaga kesehatan tulang.
  • Kacang – kacangan: jenis makanan ini dapat memenuhi protein pada tubuh anak. Misalnya saja kacang hijau yang memiliki 8,7 gram protein, lalu kacang tanah yang memiliki kandungan asam folat dan magnesium.
  • Telur: ibu hamil yang mengonsumsi telur dapat menjadi sumber protein harian dan mengandung asam amino yang baik untuk bayi. Lalu telur juga bermanfaat untuk perkembangan otak bayi melalui kolin dan vitamin yang terkandung di dalamnya.
  • Hati ayam: hati ayam memiliki protein yang lebih tinggi dari daging ayam yaitu sebesar 27,4 gram. Hati ayam juga rendah kalori dan kaya vitamin B yang baik untuk ibu hamil dan bayi.

Referensi: https://rsudblora.blorakab.go.id/2022/12/15/mengenal-stunting-penyebab-hingga-cara-pencegahannya/#:~:text=Stunting

Ditulis Oleh HILDA ADHITYA NINGSIH (Mahasiswa Peserta Studi Independen Batch 4) Kelompok B

Ini Adalah Akun Publikasi Artikel Buatan Mahasiswa & Mahasiswi Studi Independen di Vocasia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *