Tanggal:30 April 2024

Dead Stock: Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasinya

Menjalankan suatu bisnis menjadi salah satu opsi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Meski kadang membutuhkan modal yang tak sedikit, mencoba peruntungan di dunia bisnis dapat mendatangkan begitu banyak keuntungan bila dijalankan dengan tepat. Hanya saja, menjalankan bisnis bukanlah hal yang mudah.
Kita seringkali menjumpai beragam problem saat mengelola dan menjalankan bisnis. Mulai dari permasalahan dari segi bahan baku, saat proses produksi, masalah dengan konsumen, hingga masalah dengan pihak kurir atau distributor. Di antara banyaknya permasalahan tersebut, salah satunya ialah dead stock. Penasaran dan ingin tahu lebih lanjut mengenai pengertian, penyebab, hingga cara mengatasi dead stock? Simak selengkapnya dalam artikel berikut!

Apa Itu Dead Stock?

Secara umum, dead stock adalah kondisi dimana persediaan barang disimpan terlalu lama di dalam gudang sehingga membuat barang-barang yang ada di gudang tersebut sudah tidak laku untuk dijual. Dalam kasus ini mencakup barang yang sudah rusak, kedaluwarsa, sisa penjualan yang tidak laku, hingga barang yang salah kirim.

Penyebab Terjadinya Dead Stock

Terdapat berbagai hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya dead stock atau penumpukan barang yang pada akhirnya barang-barang tersebut tidak dapat terjual. Hal ini seringkali terjadi karena pelaku usaha kurang optimal atau bahkan tidak melakukan analisis pergerakan barang yang ada di gudang.

Penyebab Terjadinya Dead Stock (Sumber: canva.com)

Perlu diketahui bahwa pergerakan barang di gudang terbagi menjadi dua hal, yakni fast moving dan slow moving. Barang-barang fast moving adalah jenis barang cepat keluar atau meninggalkan gudang karena mudah atau laku terjual. Barang-barang yang termasuk ke jenis ini umumnya termasuk dalam produk yang sering dipakai atau dikonsumsi sehari-hari, seperti sabun mandi, minyak, mi goreng, dan lain sebagainya.
Sementara itu, istilah slow moving digunakan untuk barang-barang yang terlambat atau memakan waktu lama untuk keluar dari gudang. Dengan kata lain, barang-barang slow moving adalah barang yang sulit terjual atau kurang laku. Barang-barang inilah yang seringkali menjadi penyebab dead stock. Maka dari itu, pelaku bisnis sebaiknya menguasai kemampuan untuk menganalisis stok barang fast moving dan slow moving di gudang untuk meminimalkan terjadinya dead stock.

Dampak Terjadinya Dead Stock 

Usai mengulas pengertian serta penyebab terjadinya dead stock, kini kita beralih pada dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi tersebut. Berikut adalah kerugian, permasalahan, serta dampak negatif lain dengan terjadinya dead stock:

1. Kerugian Materiel

Dampak terbesar yang dirasakan oleh pelaku usaha dengan terjadinya dead stock tentunya adalah kerugian materiel. Sebagaimana diketahui bahwa barang yang ada di dalam gudang merupakan investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk keberlangsungan bisnisnya. Sementara itu, investasi tersebut baru bisa dikatakan berhasil apabila barang-barang yang ada di gudang dapat laku terjual dan mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha. 
Dengan adanya dead stock, pelaku usaha tidak dapat menjual barang-barangnya yang mana ia tidak mendapatkan keuntungan dan kemungkinan besar justru kerugian uang. Terlebih jika barang-barang tersebut terjual dengan harga yang lebih murah dari harga belinya, bukannya untuk yang ada malah buntung.

2. Inventory Barang yang Lebih Sedikit

Inventory yang Terlalu Penuh (Sumber: canva.com)

Pelaku usaha umumnya akan melakukan re-stock barang apabila terdapat barang-barang yang laku dan habis terjual. Namun, dengan adanya dead stock tentunya akan banyak terdapat barang-barang tidak terjual di gudang. Hal ini akan memangkas ruang penyimpanan untuk barang-barang baru lantaran telah banyak terpakai oleh barang-barang yang belum laku.

3. Membuang-buang Waktu dan Tenaga

Bagaimanapun juga agar tidak semakin mengganggu operasional pelaku usaha, kondisi dead stock harus segera ditangani. Untuk menangani hal ini diperlukan biaya dan upaya yang nantinya akan menyita waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Padahal, pelaku usaha dapat mengalokasikan waktu dan usahanya untuk kegiatan produktif lainnya. Namun, ia justru harus mengurusi dead stock yang menumpuk di gudang.

4. Biaya Holding yang Semakin 

Biaya holding atau dikenal juga sebagai inventory carrying cost yang dengan kata lain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan barang. Biaya ini sudah termasuk dengan biaya tenaga kerja, asuransi, ruang penyimpanan, hingga listrik dan sebagainya. Semakin banyak barang yang mengalami kondisi dead stock, maka biaya holding yang dikeluarkan oleh pelaku usaha juga semakin besar.

Cara Mengatasi Dead Stock

Berdasarkan penjabaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dead stock merupakan suatu permasalahan yang seringkali terjadi dalam suatu kegiatan usaha. Namun, kerugian yang ditimbulkannya menuntut pelaku usaha untuk dapat menangani serta mengatasinya dengan baik. Berikut adalah beberapa cara mengatasi dead stock dengan mengolaborasikan strategi jangka pendek serta strategi jangka panjang.

1. Strategi Jangka Pendek

  • Menawarkan Diskon Kepada Pelanggan

Pernah mendengar istilah ‘cuci gudang’? Hal itu merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha untuk menghabiskan stok barang yang belum laku terjual dengan cara menjualnya dengan harga lebih murah dari harga pasaran.
Hal ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan produk. Kamu mungkin tidak akan mendapat keuntungan dari produk tersebut, tetapi setidaknya kamu bisa memulihkan biaya produksi dan mengosongkan penyimpanan atau gudangmu.
  • Mencoba Membuat Strategi Bundling

Mungkin kamu pernah menjumpai beberapa produk bundling di berbagai kesempatan. Cara ini biasa digunakan untuk mengurangi dead stock dengan cara membuat bundling produk dead stock dengan produk lain yang masih sejenis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk dan menyingkirkan dead stock dengan menjual lebih banyak produk.
  • Jual Secara Online

Kamu bisa mempertimbangkan untuk menjual produk secara online melalui media sosial atau marketplace. Dengan menggunakan promosi yang menarik, strategi ini diharapkan mampu menjangkau lebih banyak konsumen dan meningkatkan penjualan produk dead stock.

2. Strategi Jangka Panjang

  • Melakukan Stock Opname Secara Rutin dan Berkala

Hal ini penting dilakukan dan sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap bulan agar diperoleh persediaan barang yang sebenarnya. Hal ini dapat menjadi dasar dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan produksi serta melakukan pembelian material produk.

Stock Opname Berkala (Sumber: canva.com)

  • Perbarui Layout Gudang

Kamu bisa mencoba untuk memperbarui layout gudang kamu dengan cara mengelompokkan produk berdasarkan jenis, tipe, dan lain sebagainya. Hal ini diharapkan mampu memudahkanmu memantau stok barang di gudang.
Itulah dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui seputar dead stock. Jika kamu ingin mendapatkan tips serta bimbingan secara langsung dari ahli untuk bisnis yang kamu miliki, kamu bisa mengunjungi kursus Scale Up bisnis berikut ini!
banner Kursus Online Bisnis Growth Hacking di Vocasia
scale up bisnis
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *